Oleh: Bahron Ansori, jurnalis MINA
Pilkada DKI Jakarta telah selesai, dan menurut hasil hitung cepat, Anies-Sandi keluar sebagai pemenangnya. Patut disyukuri adalah proses Pilkada DKI Jakarta yang berjalan lancar dan damai, walaupun isu santer tersebar beberapa hari menjelang pesta demokrasi itu akan ada huru-hara.
Kemenangan Anies-Sandi, tidak bisa dilepas dari beberapa faktor berikut ini antara lain.
Pertama, peran umat Islam. Semua tahu, Anies-Sandi adalah muslim yang tak perlu diragukan lagi ke-Islamannya. Mayoritas pemilih DKI adalah muslim, dan itu menjadi faktor pertama yang sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Ditambah kasus yang mengguncang Ahok terkait pelecehan terhadap kitab suci umat Islam; Al-Quran surat Al-Maidah ayat 51, tentang larangan memilih pemimpin kafir.
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Jika pada putaran pertama Pilkada lalu, umat Islam mungkin belum merasa ‘dipaksa’ dan perlu untuk ikut memilih pemimpin DKI, maka setelah mencuat kasus penistaan al Maidah 51 yang dilakukan oleh Ahok, seperi api disiram bensin; umat Islam bergerak cepat dengan lahirnya Aksi Damai 212 dan diikuti aksi-aksi lainnya.
Aksi Damai 212 itu pun tak ayal menimbulkan kecurigaan pemerintah. Hal itu terlihat dengan diciduknya beberapa tokoh seperti Sri Bintang Pamungkas dan lainnya, yang dianggap akan melakukan makar. Bahkan, bukan hanya tokoh-tokoh itu saja yang diciduk. Para ulama GNPF yang menjadi motor penggerak aksi itu pun harus berurusan dengan aparat, dengan fitnah beraneka macam.
Kedua, belum selesai kasus peleceha al Maidah 51, Ahok pun sempat mencela ulama Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia KH. Ma’ruf Amin, saat sidang sedang berlangsung. Tentu saja, aksi nekad Ahok itu mengundang reaksi tajam dari umat Islam. Artinya, hati umat Islam semakin terluka dan semakin mengkristallah untuk memilih pasangan Anies-Sandi sebagai pemimpi Jakarta.
Sebenarnya, bukan hanya KH. Ma’ruf Amin yang mendapat perlakukan buruk dari kubu Ahok. Habib Rizieq Shihab pun menjadi bulan-bulanan fitnah. Di antara fitnah yang dilekatkan kepada Imam Besar FPI itu antara lain; dituduh menggerakkan aksi massa untuk makar. “Aksi itu murni menuntut penegakan hukum terkait penistaan agama,” katanya.
Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina
Ketiga, faktor lain yang juga seolah menjadi momentum kemenangan Anies-Sandi adalah peristiwa bagi-bagi sembako sehari dua hari menjelang pilkada berlangsung kepada warga. Terlepas apakah pembagian sembako itu atas perintah langsung dari timses Ahok atau tidak.
Namun, yang jelas aksi bagi-bagi sembako itu termasuk bagian dari black campaign dan hal itu dilarang oleh undang-undang. Sebab sudah bukan waktunya lagi bagi timses Ahok bagi-bagi sembako untuk merubah hati warga DKI agar beralih memilih Ahok.
Keempat, jauh sebelum muncul kasus tentang pesnistaan terhadap Quran surat Al-Maidah ayat 51, diakui atau tidak, warga DKI sebenarnya sudah muak dengan prilaku dan ucapan Ahok yang seperti tidak pernah dikontrol. Bukan itu saja, Ahok juga telah melakukan penggusuran tanpa nurani kepada warga Kalijodo. Faktanya, tidak semua warga daerah itu senang dengan cara yang dilakukan Ahok.
Meski janjinya akan direlokasi ke rumah susun, tapi fakta di lapangan warga setelah dipindah ke rumah susun itu tetap banyak yang tak mampu membayar sewa. Kekecewaan dari hari ke hari pun mulai dirasakan warga tersebut. Hal itu tentu menjadi salah satu sebab semakin kecil kemungkinan warga memilih Ahok sebagai gubernur Jakarta.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Kelima, masalah reklamasi. Tentu saja, setelah melalui pengkajian mendalam, reklamasi yang akan dilakukan oleh Ahok akan mengancam posisi nelayan yang sehari-hari mencari penghidupan di daerah tersebut. Berapa banyak nelayan yang akan hilang mata pencahariannya jika reklamasi itu diwujudkan. Karena itu, salah satu dari 23 program Anies-Sandi adalah berjanji untuk membatalkan rencana reklamasi yang digagas oleh Ahok.
Keenam, program yang ditawarkan paslon Anies-Sandi di antara yang tak kalah menarik adalah DP rumah 0 persen. Bagi warga DKI yang belum mempunyai rumah, tentu melihat program itu sebagai peluang sehingga bisa mendapatkan rumah. Program rumah DP 0 persen ini tentu saja menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Jakarta.
Di atas, hanyalah sebagian bukti beberapa faktor yang menjadi penunjang kesuksesan Anies-Sandi yang berlaga di Pilkada DKI Jakarta. Masih banyak hal lain menjadi faktor kemenangan Anies-Sandi yang tidak disebutkan dalam tulisan ini. Dari 23 program kerja yang ditawakan Anies-Sandi, maka salah satu di antaranya yang menarik bagi rakyat Jakarta adalah DP 0 persen untuk sebuah rumah tinggal.
Yang pasti, gubernur Jakarta sudah jelas siapa pemenangnya; Anies-Sandi. Tugas keduanya baru saja dimulai, dan itu artinya warga DKI menanti perbaikan dari gebernur dan wakil gubernur baru untuk menjadikan Jakarta dan warganya menjadi lebih baik dalam semua hal; sejahtera, sehat, aman dan damai di tengah hiruk pikuknya.
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam
Bagi pasangan yang belum beruntung; Ahok-Djarot, hendaknya bisa mengambil pelajaran dari Pilkada ini. Bisa jadi Anda berdua tidak menang dalam pertarungan Pilkada DKI Jakrta bukan karena Anda tidak terpilih, tapi karena Anda berdua mungkin mempunyai nasib yang lebih baik di waktu dan tempat yang lain. Bravo. (RS3/R01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina