Oleh: Rudi Hendrik, wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Di saat pasukan keamanan di Perancis dan di negara-negara Eropa lainnya berburu orang-orang yang terlibat dalam serangan terkoordinasi pada Jumat, 13 November 2015 di Paris, teori konspirasi telah muncul sendiri ke permukaan secara online. Mencoba untuk memberikan penjelasan alternatif atas apa yang terjadi sesungguhnya.
Islamic State (ISIS/Daesh) telah mengaku bertanggung jawab atas penembakan dan bom bunuh diri di sejumlah lokasi di seluruh ibukota Perancis, menewaskan 129 orang dan melukai lebih 350 orang lainnya.
Perancis tidak ragu-ragu menempatkan ISIS sebagai dalang serangan dan segera meningkatkan kampanye pengeboman udara terhadap ISIS di Suriah.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Tapi itu tidak mencegah penyebaran teori konspirasi secara online yang memberikan pertanyaan yang masuk akal terhadap bukti yang diperdebatkan.
Di YouTube, beberapa video yang diterbitkan tak lama setelah serangan, disebutkan untuk mengekspos dugaan “rekayasa”, telah menyita ratusan ribu penonton.
Banyak yang meragukan narasi resmi hasil dari penemuan paspor warga Suriah oleh polisi Perancis yang diyakini palsu. Paspor itu ditemukan di dekat mayat salah satu pelaku bom bunuh diri di luar stadion sepak bola Stade de France.
Beberapa pengguna Facebook dan Twitter mempertanyakan, “Bagaimana paspor penyerang yang dibawa bisa tahan ledakan, mengingat itu terbuat dari kertas?”
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Tak berapa lama setelah serangan, sebuah meme menyebar cepat di media sosial yang menyarankan bahwa paspor harus digunakan sebagai pelindung tubuh dari bahan peledak.
Al Jazeera berbicara kepada ahli bahan peledak dan forensik untuk meminta penjelasan “bagaimana sebuah dokumen kertas bisa bertahan dari ledakan bunuh diri, meskipun dekat dengan pembom?”.
Philip Gill, seorang ahli bahan peledak dan amunisi di Cranfield University di Bedford, Inggris, mengatakan, sebuah bom dari jenis yang diduga telah digunakan, biasanya hanya menghancurkan bahan yang kontak langsung dengan bom.
“Jika paspor mungkin berada di ransel atau saku mantel, jarak itu sudah cukup jauh untuk menghindari intensitas awal ledakan,” katanya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
“Representasi Hollywood tidak benar, mungkin bahan rusak dan mendorongnya, tapi itu tidak akan selalu membakarnya,” kata Gill.
John Bond, dosen kriminologi di Leicester University dan mantan ahli forensik polisi, mengatakan kepada Al Jazeera, gelombang kejut yang diciptakan oleh ledakan hanya akan membuat benda kecil menjauh seperti paspor, asalkan terhindar bersentuhan dengan proyektil.
“Dalam kasus paspor, jika lolos dari kerusakan oleh bahan ledakan, maka saya menduga, (paspor) cukup ringan dan fleksibel,” kata Bond.
Di luar skeptisisme tentang bagaimana paspor bisa selamat dari ledakan, salah satu bukti yang diklaim digunakan oleh teori konspirasi telah sulit untuk dijelaskan.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Hal lain yang dianggap ganjil adalah, dua hari sebelum serangan, akun Twitter yang dikenal dengan nama “PZfeed” memposting tweet yang bertujuan menunjukkan ramalan akan terjadinya serangan, dengan menyebut jumlah korban tewas yang sangat dekat dengan jumlah serangan di Paris.
“BREAKING: Korban serangan teror Paris naik setidaknya 120 dengan 270 lainnya luka-luka,” kata tweet tertanggal 11 November, dua hari sebelum serangan Paris terjadi pada 13 November.
Postingan itu telah mencatat hampir 10.000 retweets sejak serangan 13 November dan telah dimanfaatkan oleh teori konspirasi.
Namun, pengguna Reddit telah menawarkan penjelasan tentang cara tweet yang tampaknya bisa melihat apa yang akan terjadi.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Pengguna ‘burningempires‘ menunjukkan sebuah akun yang tampak menggabungkan headline beberapa berita secara acak.
Akun PZfeed diduga telah menggabungkan judul tentang serangan terhadap kantor Charlie Hebdo Paris pada Januari lalu dengan sebuah serangan terhadap masjid di Nigeria tahun lalu yang menewaskan lebih dari 120 orang.
Publikasi tweet yang begitu dekat angkanya dengan serangan Jumat malam di Paris, dinilai “kebetulan”.
Munculnya teori konspirasi setelah serangan di Paris Jumat lalu, bukanlah fenomena baru.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Serangan terhadap New York dan Washington DC oleh Al-Qaeda pada 11 September 2001, memunculkan gerakan “truther“, yang menuduh pemerintah Amerika Serikat terlibat dalam serangan itu. Gerakan serupa dibentuk setelah serangan terhadap London pada tahun 2005.
Psikolog sosial Karen Douglas dari Kent University mengatakan kepada Al Jazeera, ide-ide tersebut muncul dari rasa ketidakpastian setelah tragedi seperti Paris terjadi.
“Teori konspirasi memungkinkan orang untuk mendapatkan kembali rasa kekuatan, karena mereka memberikan penjelasan konkret untuk apa yang mungkin terjadi,” kata Douglas.
Viren Swami, dosen psikologi di Anglia Ruskin University mengatakan, mempertanyakan rincian dari suatu peristiwa tidak boleh digabungkan dengan teori konspirasi.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
“Mempertanyakan bagaimana sebuah dokumen kertas selamat dari ledakan tampaknya seperti sebuah pertanyaan yang adil. Menunjukkan bahwa serangan teroris Paris adalah operasi ‘bendera palsu’ (false flag),” ujarnya. (P001/P2)
Sumber: Al Jazeera
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat