Ngawi, 25 Rabi’ul Awwal 1438/25 Desember 2016 (MINA) – Tindakan diskriminasi dan intoleran kembali terjadi di negeri mayoritas penduduk Muslim Indonesia.
Siswi Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Harapan Umat, Ngawi Jawa Timur, Auliya, menerima perlakuan diskriminasi ketika akan mengikuti Kejuaraan Karate Se-Jawa Timur, di Gedung Olah Raga (GOR), Magetan, beberapa hari lalu.
Aulia dilarang mengenakan jilbab dan diminta oleh juri penyelenggara untuk melepas jilbabnya jika ingin ikut kejuaraan.
Informasi tindakan diskriminasi juri kejuaraan Karate ini disampaikan langsung oleh Guru Aulia, bernama Janan Farisi melalui akun Facebook miliknya.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
“Seorang juri menyuruhnya melepas jilbab, ia tak dibolehkan mengikuti pertandingan dengan jilbabnya” tulis Janan Farisi di akun Facebook pribadinya, Sabtu (24/12), sebagaimana dikutip Kantor Berita Islam MINA.
Yang mengharukan menurut Janan Farisi, Aulia memilih untuk mundur dari pertandingan Karate daripada melepas jilbabnya. Padahal penuturan Farisi, muridnya tersebut sudah berlatih dengan gigih sejak lama untuk mengikuti kejuaraan tersebut.
“Peserta yang lain, yang sebelumnya berjilbab, mulai melepas jilbabnya satu persatu. Tapi anak itu, perlahan, dengan air mata menggenang di pelupuk, ia melangkah meninggalkan arena pertandingan. Ia telah memenangkan pertandingannya, pertandingan mempertahankan izzatul Islam,” jelas Janan bercerita di status Facebooknya.
Hingga berita ini diturunkan belum ada keterangan resmi dari pihak penyelenggara Kejuaraan Karate Se-Jawa Timur terkait alasan larangan mengenakan Jilbab saat pertandingan. (L/R09/R01)
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)