Kolombo, MINA – Sri Lanka menggelar pemilihan umum pertama, Sabtu (21/9) sejak krisis ekonomi yang memicu protes massa pada 2022 silam.
Channel News Asia melaporkan, sejak penggulingan presiden Gotabaya Rajapaksa, negara itu dalam kemerosotan ekonomi yang parah.
Sedikitnya, 17 juta orang akan memberikan suara dalam pemilihan umum tersebut dan lebih dari 63.000 polisi dikerahkan untuk mengamankan suasana menjelang pemilu.
dalam pemilu kali ini, Presiden Ranil Wickremesinghe berjuang keras untuk mendapatkan mandat baru guna melanjutkan langkahnya dalam menanggulangi krisis di negaranya itu.
Baca Juga: Enam Orang Tewas dalam Kecelakaan Pesawat di San Diego, AS
Salah satu penantang Presiden Ranil Wickremesinghe adalah Anura Kumara Dissanayaka.
Dissanayaka adalah pemimpin National People’s Power (NPP) atau Jathika Jana Balawegaya (JJB), partai sayap kiri yang sempat terasing karena masa lalu yang penuh kekerasan.
Partai tersebut sempat memimpin dua pemberontakan yang gagal pada dekade ’70-80-an dan menewaskan lebih dari 80 ribu orang. Dalam pemilu parlemen terakhir kali, partai itu masih mendapatkan suara meski kurang dari empat persen.
Namun krisis Sri Lanka yang terjadi beberapa tahun terakhir menjadi peluang bagi Dissanayaka yang kini berusia 55 tahun. Ia mendapatkan lonjakan dukungan untuk merevolusi budaya politik negara tersebut. []
Baca Juga: Kota-Kota di Eropa Kembali Diwarnai Aksi Protes atas Genosida di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hong Kong Buka Pintu bagi Mahasiswa Asing yang Diusir AS