Oleh : Meilina Fitrianti, Aktivis Fatayat Cikampek, Karawang, Jawa Barat
Belakang ini istilah insecure sering sekali digunakan dalam media sosial. Mungkin tidak sedikit orang yang bertanya-tanya, sebetulnya apa itu insecure? Pasalnya, insecure dapat membawa pengaruh negatif pada berbagai aspek kehidupan, termasuk juga kesehatan mental yang perlu diwaspadai.
Insecure adalah bahasa kekinian yang digunakan di era millenial untuk menggambarkan perasaan minder atau tidak percaya diri.
Menurut istilah “ Insecure adalah perasaan tidak percaya diri atau tidak ada kepastian dalam diri sendiri”.
Baca Juga: Malu Kepada Allah
Ada banyak faktor atau kondisi yang mempengaruhi seseorang merasa insecure, di antaranya adalah:
- Kondisi Fisik
Merasa fisiknya tidak sempurna, tidak cantik bagi perempuan, tidak tampan bagi laki-laki dan sebagainya.
- Insecure terhadap kemampuan diri sendiri/anak/suami atau anggota keluarga.
Merasa insecure karena tidak berbakat, anak kita atau anggota keluarga kita tidak seperti anak-anak orang lain yang memiliki segudang prestasi.
- Kondisi ekonomi, Pendapatan dan Strata Sosial.
Kondisi ini sering membuat seseorang merasa insecure karena kondisi ekonomi yang berada di bawah. Pekerjaan yg biasa-biasa saja, pendapatan keluarga yang rendah membuatnya enggan bergaul dan bersosialisasi. Merasa rendah diri karena keberadaanya menunjukkan strata sosial yang berada di kalangan menengah-ke bawah.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-19] Jagalah Allah, Pasti Allah akan Menjagamu
Akhirnya kondisi-kondisi tersebut membuatnya membanding-bandingkan dengan kehidupan orang lain dan menyalahkan keadaan serta meratapi dan tidak mau menerima takdir yang Allah berikan.
Padahal manusia adalah sebaik-baiknya penciptaan yang paling sempurna diantara begitu banyak ciptaan Allah. Ia juga lupa bahwa Allah telah menakar apa-apa yang Ia berikan untuk hambaNya, karena Allah sejatinya Maha Adil lagi Maha Bijaksana.
Jadi janganlah merasa insecure, kecewa apalagi sampai memiliki rasa dengki dan iri hati melihat kondisi/kehidupan orang lain yang dianggap jauh lebih baik daripada kondisi kehidupa kita, karena kita tidak pernah tahu seperti apa keadaan orang lain yang sesungguhnya.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 216 :
Baca Juga: Mengembangkan Pola Pikir Positif dalam Islam
وَعَسٰۤى اَنۡ تَكۡرَهُوۡا شَيۡـــًٔا وَّهُوَ خَيۡرٌ لَّـکُمۡۚ وَعَسٰۤى اَنۡ تُحِبُّوۡا شَيۡـــًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّـكُمۡؕ وَاللّٰهُ يَعۡلَمُ وَاَنۡـتُمۡ لَا تَعۡلَمُوۡنَ
Artinya: “Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”
Begitupula dengan kita yang menyukai keadaan orang lain, karena bisa jadi keadaan orang lain yang kita sukai itu belum tentu baik jika terjadi kepada kita. Demikian juga sebaliknya, keadaan/kehidupan kita yang tidak kita sukai malah bisa jadi itulah yang menurut Allah baik untuk kita.
Maka dari itu mari kita rubah rasa Insecure itu menjadi sebuah rasa syukur. Dengan bersyukur akan membuat hidup kita menjadi tenang, tentram dan selalu merasa bahagia. Karena bersyukur adalah salah satu cara seorang hamba mengingat Allah, dengan begitu Allahpun akan senantiasa mengingatnya.
Baca Juga: Tadabbur QS. Thaha ayat 14, Dirikan Shalat untuk Mengingat Allah
Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 152:
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ
Artinya : “Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.”
Jika kita pandai bersyukur, maka kita akan merasa cukup dan tidak akan selalu merasa kurang atas pemberian-Nya.
Baca Juga: Terus Berjuang Membela Palestina
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS Ibrahim : 7).
Langkah Bersyukur
Berikut beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk mengubah rasa insecure menjadi sebuah rasa syukur, yaitu dengan:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-18] Tentang Taqwa
- Fokus Pada Kelebihan yang Kita Miliki
Setiap manusia pasti memiliki kekurangan namun sekaligus memiliki kelebihan. Fokuslah pada kelebihan yang kita miliki, lakukan hal-hal positif yang kita senangi lalu kembangkanlah!
Dengan begitu kita akan merasa bangga dengan diri kita sendiri tanpa iri hati melihat kemampuan orang lain.
- Jadikan Kondisi/Kemampuan Orang Lain yang Positif Sebagai Motivasi
Jangan jadikan kondisi/kemampuan orang lain yang melebihi kita lantas menjadikan kita merasa minder, insecure bahkan sampai menimbulkan rasa dengki.
Namun jadikan kondisi tersebut sebagai motivasi untuk memacu kita menjadikan kita pribadi yang lebih baik lagi.
Baca Juga: Mahsyar dan Mansyar: Refleksi tentang Kehidupan Abadi
- Pahami, bahwa di hadapan Allah kita semua sama.
“Jangan kamu merasa lemah dan jangan bersedih, sebab kamu paling tinggi derajatnya jika kamu beriman.” (QS. Ali Imran: 139).
” Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu,” (QS: Al-Hujurat: 13).
Dua ayat di atas menjelaskan bahwasannya di hadapan Allah kita semua sama. Orang yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah adalah orang yang beriman. Allah tidak melihat fisik, bentuk, rupa dan lain sebagainya kecuali hanyalah ketaqwaannya.
Jadi yang membedakan manusia di hadapan Allah adalah tingkat ketaqwaannya, bukan kecantikan/ketampanannya, bukan seberapa tinggi jabatannya, bukan pula seberapa banyak hartanya.
Baca Juga: Sujud dan Mendekatlah
Karena di akhir hidup, manusia akan meninggalkan segala apapun yang ia punya di dunia kecuali amalnya.
- Selalu memandang ke bawah, bukan ke atas.
Rasulullah SAW bersabda : “ Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia), dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu dalam masalah ini. Dengan demikian hal itu tidak akan membuatmu meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengan kita selalu memandang ke bawah maka hal itu akan membuat kita senantiasa bersyukur, karena ternyata masih banyak sekali keadaan orang lain yang jauh berada di bawah kita dan tidak seberuntung kita.
Jika selalu memandang ke atas hanya akan membuat kita selalu mengeluh, tidak mensyukuri nikmat/pemberian Allah. Hiduppun tidak mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan karena waktunya disibukkan untuk membanding-bandingkan kehidupnya dengan orang lain, dan selalu merasa kekurangan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-17] Berbuat Baik pada Segala Sesuatu
- Tawakkal
Langkah selanjutnya untuk mengubah rasa insecure menjadi rasa syukur yaitu dengan Bertawakal.
Secara istilah tawakal adalah menyerahkan suatu urusan kepada kebijakan Allah yang mengatur segalanya-galanya, berserah diri (tawakkal) memasrahkannya kepada Allah.
Siapa pun yang bertawakal kepada Allah maka ia akan mendapatkan berbagai kemudahan dan pertolongan dari-Nya. Seseorang yang bertawakal akan lebih mudah dalam menghadapi setiap masalah, sekalipun masalah tersebut terasa sangat berat untuk dilalui.
Orang yang bertawakkal, selalu dekat dengan Allah dan senantiasa mendapatkan pertolongan-Nya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-16] Jangan Marah
Hal ini juga ditegaskan dalam Surat An-Nahl ayat 99 yang berbunyi :
اِنَّهٗ لَيْسَ لَهٗ سُلْطٰنٌ عَلَى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ
Artinya : “Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan.”
Dengan bertawakkal seseorang tidak akan pernah gundah dengan keadaanya, karena ia telah memasrahkan segala urusannya kepada Allah. Ia meyakini apapun pemberian Allah untuknya, apapun yang menimpanya merupakan ketetapan Allah yang terbaik. Sehingga hidupnya selalu merasa tenang.
Itulah langkah-langkah yang bisa kita lakukan untuk mengubah rasa insecure menjadi rasa syukur.
Dengan demikian tidak ada lagi kecemasan, ketakutan, ketidak percayadirian dan pikiran-pikiran negatif lainnya yang hanya akan membawa kita pada sebuah keterpurukan.
Yang ada hanyalah optimisme, positif thinking (husnudzon), rasa syukur serta ketenangan dalam hidup. Sehingga kita fokus menyiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal abadi, yaitu akhirat. Wallahu a’lam bisshowab. (A/Mei/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)