Suami Wajib Tahu, Ini Rahasia Membahagiakan Istri­­ (2)

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Membuat istri selalu bahagia adalah tanggung jawab . Rumah tangga akan terasa hampa jika seorang istri tidak pernah merasakan kebahagiaan. Karena itu seorang suami harus bertekad selalu ingin membuat istrinya bahagia. Selain berpahala, membuat istri bahagia juga merupakan amal mulia. Harus diingat, tidak selamanya harus dengan materi (uang). Berikut adalah lanjutan bagian kedua tulisan tentang membahagiakan istri.

Kelima, jangan pernah merendahkan istri

Bersabarlah wahai para suami dalam menghadapi sikap istri Anda. Mungkin ada di antara para suami yang merasa ilmu yang dimiliki istrinya jauh di bawah dirinya. Sehingga ia terkadang kurang sabar menerima kekurangan istri. Kalau pun benar istri lebih banyak kekurangan dibanding suaminya, maka bukan berarti suami harus bersikap merendahkan istrinya.

Allah Ta’ala melalui lisan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang menghina dan merendahkan orang lain, apalagi jika itu adalah belahan jiwa (istri) Anda. Sebab merendahkan orang lain itu sama halnya dengan orang yang sombong. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan (merendahkan, red.) orang lain.” (HR. Muslim no. 91)

An Nawawi rahimahullah berkata, “Hadist ini berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka, serta menolak kebenaran.” (Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi, II/163, cet. Daar Ibnu Haitsam)

Keenam, menjaga penampilan dan kebersihan

Sebagai suami, jangan selalu meminta istri saja yang menjaga penampilannya. Seharusnya, para suami juga wajib menjaga penampilan di depan istrinya. Tentu saja menjaga penampilan itu adalah bagian dari keindahan yang bisa menambah romantisnya rumah tangga. Bayangkan jika suami selalu berpakaian kotor, kucel dan dekil plus bau keringat yang menyengat. Istri mana yang bisa bersabar atas tampilan suami yang seperti itu (tidak bisa menjaga keindahan dan kebersihan).

Istri mana yang tidak bahagia dan senang melihat suaminya pandai menjagai penampilan dan kebersihan? Tidak mesti dengan pakaian yang baru. Tidak pula selalu bercermin setiap waktu karena ingin menjaga penampilan di depan istri. Istri mana yang tidak ingin melihat keindahan, kerapihan dan kebersihan pada suaminya.

Bahkan, Allah dan Rasul-Nya begitu cinta kepada keindahan dan kebersihan. Allah Ta’ala berfirman,

يَا بَنِي آَدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ . قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آَمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

“Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah (bersih dan rapi –pen) di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Katakanlah, “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rizki yang baik?” Katakanlah, “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.” Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.” (Qs. Al A’raf : 31-32)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ اللهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ

“Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan.” (HR. Muslim no. 91)

Ketujuh, sesekali berilah kejutan

Sesekali berilah kejutan kepada istri untuk menyenangkan hatinya. Lakukan hal ini pada saat momen yang penting, misalkan ulang tahun istri, ulang tahun perkawinan dan tanggal–tanggal lainnya, tidak mengapa. Bentuk kejutannya tentu terserah kepada suami yang lebih mengetahui cara memanjakan pasangan melalui hal apa saja yang akan disukai istrinya.

Kejutan dari suami bisa juga dengan memberikan hadiah kepada istri. Betapapun kecil hadiah itu, tentu saja seorang istri shalehah tidak melihat besar kecil hadiah yang diberikan tulus sang suami. Memberikan kejutan berupa hadiah akan menambah semakin romantisnya rumah tangga yang sudah dibangun.

Bahkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda bahwa dengan saling memberi hadiah itu akan menumbuhkan rasa cinta. Tentu saja memberi hadiah kepada istri akan semakin menebalkan rasa cinta sang istri kepada suaminya. Di antara beberapa manfaat (faedah) memberi hadiah antara lain sebagai berikut. (a) Semakin mempererat cinta dan mempersatukan hati, juga memperbaiki hubungan. (b) Terimalah hadiah dan berusahalah untuk membalasnya. Aisyah radhiyallahu ‘anha menyatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقْبَلُ الْهَدِيَّةَ وَيُثِيبُ عَلَيْهَا

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam biasa menerima hadiah dan biasa pula membalasnya.” (HR. Bukhari, no. 2585)

(c) Tetap memberi hadiah walau jumlahnya sedikit. Coba perhatikan apa yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sebutkan pada para wanita,

يَا نِسَاءَ الْمُسْلِمَاتِ لاَ تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا ، وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ

“Wahai para wanita muslimah, tetaplah memberi hadiah pada tetangga walau hanya kaki kambing yang diberi.” (HR. Bukhari, no. 2566 dan Muslim, no. 1030)

Ini pertanda bahwa tetaplah perhatikan tetangga dalam hadiah dengan sesuatu yang gampang bagi kita. Memberi sedikit tetap lebih baik daripada tidak sama sekali. Tentu akan sangat dianjurkan bila saling memberi hadiah antara suami istri.

(d) Rajin memberi hadiah akan menimbulkan rasa cinta. Dari Abu Hurairah ra, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, tahaadu tahaabbu,

تَهَادَوْا تَحَابُّوا

“Salinglah memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrod, no. 594. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’, no. 1601. Syaikh Musthofa Al-‘Adawi dalam catatan kaki Fiqh Al-Akhlaq menyatakan bahwa sanad haditsnya hasan dengan syawahidnya)

Juga ada hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَصَافَحُوْا يَذْهَبُ الغِلُّ ، وتَهَادَوْا تَحَابُّوا ، وَتَذْهَبُ الشَحْنَاءُ

“Saling bersalamanlah (berjabat tanganlah) kalian, maka akan hilanglah kedengkian (dendam). Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai dan akan hilang kebencian.” (HR. Malik dalam Al-Muwatha’, 2/ 908/ 16. Syaikh Al-Albani menukilkan pernyataan dari Ibnu ‘Abdil Barr bahwa hadits ini bersambung dari beberapa jalur yang berbeda, semuanya hasan). (A/RS3/RI-1)

bersambung…

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.