Jakarta, 1 Jumadil Awwal 1437/9 Februari 2016 (MINA) – Taufik Ismail, Pendiri dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Bina Antarbudaya mengatakan, bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki kecerdasan budaya.
“Mencapai bangsa yang cerdas budaya dapat dimulai lewat pendidikan dan pengalaman antarbudaya di kalangan generasi muda, yang merupakan generasi harapan bangsa,”ujar Taufik Ismail pada konferensi pers peringatan 60 Tahun Program Pertukaran Pelajar American Field Service (AFS) Intercultural Programs di Indonesia dan 31 Tahun Yayasan Bina Antarbudaya yang mengambil tema “Connect, Create, Contribute, Change”, yang digelar di Hotel JS Luwansa Jakarta, Selasa (9/2).
Asmir Agoes, Ketua Dewan Pengurus Yayasan Bina Antarbudaya menjelaskan bahwa masyarakat di seluruh dunia saat ini bertransformasi menjadi masyarakat global.
Asmir mengatakan, Indonesia tengah menghadapai era Masyarakat Ekonomi ASEAN, di mana kesempatan untuk bekerja antar budaya dan antar negara semakin terbuka lebar.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
“Pemuda tidak lagi dilihat sebagai ‘masa depan’, namun sebagai agen perubahan masa kini yang terlibat aktif dalam pembangunan yang berkelanjutan. Untuk itu, peningkatan mutu dan kualitas pemuda Indonesia tidak dapat ditunda lagi. Yayasan Bina Antarbudaya melalui program AFS Intercultural Programs di Indonesia berkomitmen untuk membangun pemuda Indonesia untuk mewujudkan generasi yang cerdas budaya,” jelasnya.
AFS adalah sebuah organisasi pendidikan yang berkomitmen untuk menyediakan pengalaman belajar yang dipercayakan dengan peningkatan kesadaran antarbudaya, toleransi dan komunikasi.
AFS berkantor pusat di New York City, Amerika Serikat serta memiliki mitra di 60 negara di dunia. Program yang di antaranya oleh AFS difokuskan pada peningkatan kompetensi antarbudaya. Selama 60 Tahun kegiatan AFS di Indonesia, saat ini sudah ada sekitar 3.000 orang alumni AFS yang tersebar di berbagai kota.
Sejumlah alumni di antaranya adalah mereka yang telah menjadi tokoh masyarakat, seperti Taufiq Ismail, Tanri Abeng, Tri Mumpuni, Imam Prasodjo, Mario Teguh, Anies Baswedan, Najwa Shihab, Valerina Daniel, Indra Herlambang dan Uli Herdinasyah, serta ribuan alumni lainnya yang berkiprah di bidangnya masing-masing.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
“Saya bersyukur memiliki kesempatan untuk mengenal dan belajar budaya lain sewaktu mengikuti program AFS. Pengalaman menjadi siswa AFS memberi pengaruh yang signifikan pada kehidupan saya, wawasan yang menjadi global, dapat menerima keberagaman dan belajar menjadi pribadi yang mandiri,” ujar Uli Herdinansyah, alumni AFS dari Indonesia ke Belgia tahun 1993-1994.
Program AFS memberi kesempatan kepada siswa SMA di Indonesia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, pengalaman global dan keterampilan sebagai calon pemimpin masa depan.
“Program pertukaran pelajar merupakan core program kegiatan kami sebagai bentuk komitmen untuk membangun generasi muda Indonesia yang lebih baik,” jelas Nina Nasution, Direktur Eksekutif Yayasan Bina Antarbudaya.
“Melalui berbagai program tersebut, kami berusaha meningkatkan kemampuan intelektual, mengembangkan karakter, moral, daya kepemimpinan yang baik dan tentunya rasa nasionalisme yang tinggi sebagai bekal membangun bangsa di masa depan. Harapannya, generasi muda dapat lebih siap untuk menghadapi setiap tantangan di masa mendatang, serta mampu memberikan kontribusi nyata lewat berbagai perubahan positif di masyarakat,” lanjut Nina.
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain
Program Yayasan Bina Antarbudaya sendiri terdiri dari Sending dan Hosting, yang mana program Sending merupakan kegiatan mengirimkan pelajar Indonesia ke sekitar 60 negara mitra AFS di dunia.
Kegiatan Sending meliputi AFS Year Program, yang merupakan program pertukaran pelajar selama satu tahun, di mana siswa antar budaya AFS akan tinggal dengan keluarga angkat di negara tujuan; Kennedy Lugar Youth Exchange and Study (YES) yang memberikan beasiswa penuh yang diberikan oleh U.S. Department of State kepada siswa SMA atau sederajat; dan Short Program, yang merupakan program jangka pendek AFS di mana siswa memiliki kesempatan untuk belajar tema-tema khusus secara intensif, seperti Intensive Language Program, Environmental Studies, Cultural Program, Sports Program, Music and Art Program, Intercultural Learning.
Selain itu, program Hosting menjadi kesempatan bagi siswa asing tinggal dan belajar di Indonesia, dengan harapan terjalinnya pemahaman antarbudaya yang lebih baik.
Di tingkat dunia, program AFS terbukti telah menghasilkan begitu banyak pemimpin yang sukses berkarya di bidangnya masing-masing. Salah satunya adalah Christine Lagarde, Managing Director wanita pertama yang memimpin International Monetary Fund (IMF), yang mengatakan bahwa organisasi ini telah mengajarkannya nilai-nilai luhur dari rasa saling menghormati dan toleransi yang dapat menyatukan individu dari berbagai latar belakang berbeda dalam semangat saling memahami.
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain
Hal-hal tersebut yang membentuk sikap mental dan terus mengasah pemikirannya dalam setiap langkah karirnya. Ia mengatakan negara-negara di dunia harus bersatu untuk mewujudkan kepentingan bersama dan saling membantu demi kesejahteraan seluruh masyarakat dunia.
Yayasan Bina Antarbudaya sampai tahun 2015 telah berhasil melahirkan 3.698 alumni yang pernah tinggal dan belajar di 32 negara, 1.685 siswa asing dari 29 negara yang tinggal dan belajar di Indonesia dan 700 relawan aktif yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Selain itu, Yayasan Bina Antarbudaya telah memiliki 20 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, meliputi Ambon, Balikpapan, Banda Aceh, Bandung, Banjarmasin, Bogor, Denpasar, Jakarta, Karawang, Makassar, Malang, Mataram, Medan, Padang, Palembang, Pontianak, Samarinda, Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta.
Seluruh kegiatan Bina Antarbudaya di 20 cabang tersebut sepenuhnya dilaksanakan oleh para relawan Yayasan Bina Antarbudaya.
Baca Juga: Israel Bom Sekolah di Gaza, Delapan Warga Syahid
Yayasan Bina Antarbudaya merupakan mitra dari AFS Intercultural Programs di Indonesia yang didirikan pada 2 Mei 1985 oleh Taufiq Ismail, Tanri Abeng, Irid Agoes, Kartono Mohamad, dan Sophie Gunawan Satarie (Alm.).
Yayasan Bina Antarbudaya merupakan organisasi berbasis relawan, non-profit, non-pemerintah yang menggelar pembelajaran antarbudaya ke sekitar 60 negara di dunia. Tujuan Bina Antarbudaya adalah mencipatakan perdamaian dunia melalui pemahaman antar budaya dengan berprinsip tidak membedakan agama, ras, pendidikan, latar belakang sosial dan ekonomi, bersifat nirlaba dan berorientasi pada kepentingan orang banyak.
Yayasan Bina Antarbudaya mengembangkan dirinya sebagai organisasi milik masyarakat, yang melibatkan berbagai kalangan tanpa adanya eksklusifitas dan elitisme.
Merayakan 60 tahun program pertukaran pelajar AFS di Indonesia dan 31 tahun berdirinya Yayasan Bina Antarbudaya, serangkaian kegiatan kampanye akan dilakukan selama satu tahun ke depan dengan melibatkan para alumni, host family dan relawan, baik yang berada di Indonesia maupun di luar negeri.
Baca Juga: Uganda Bertekad Gelorakan Semangat KAA
“Kami berkomitmen untuk menyiapkan generasi muda yang dapat memberikan kontribusi positif bagi negeri, sehingga rangkaian kegiatan kampanye selebrasi tahun ini akan difokuskan kepada kegiatan sosial dan edukasi ke sekolah-sekolah di seluruh 20 chapters kami yang tersebar di seluruh Indonesia,” ujar Maureen Simatupang, Ketua Panitia 60-31. (L/P007/hna/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Presiden Biden Positif COVID-19 Saat Kampanye di Las Vegas