Jakarta, MINA – Menteri Riset dan Teknologi/Kepala BRIN, Bambang PS Brodjonegoro menghadiri acara The 2nd Advanced Photovoltaic Technology Workshop 2020 secara daring, Senin (10/08).
Photovoltaic merupakan teknologi mengenai penggunaan energi matahari dengan cara mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik menggunakan sel surya.
Menristek menyambut baik upaya dalam meningkatkan teknologi khususnya Photovoltaic. Kebutuhan listrik yang sangat dinamis di negara besar yang ekonominya terus tumbuh seperti Indonesia menjadi salah satu alasan perlu adanya peningkatan teknologi di bidang kelistrikan.
“Tentunya kami menyambut baik segala upaya untuk meningkatkan teknologi terkait Photovoltaic, tentunya kita bisa memulai dari konteks bahwa sebagai negara yang besar dan ekonomi yang terus bertumbuh pastinya kebutuhan listrik di Indonesia akan menjadi sangat dinamis,” ujar Menteri Bambang.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Ia mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang menghasilkan polusi udara cukup besar. Teknologi Photovoltaic menjadi salah satu upaya untuk mengurangi penggunaan fossil fuel (bahan bakar fosil). Pengembangan Photovoltaic juga menjadi bentuk tanggung jawab Indonesia dalam upaya mitigasi perubahan iklim dunia.
“Ketika ada upaya untuk mengurangi fossil fuel maka Indonesia juga tentunya harus ikut karena Indonesia bagaimanapun dianggap salah satu negara yang menghasilkan polusi yang cukup besar, apalagi kita adalah tuan rumah dari hutan tropis, salah satu hutan tropis terbesar di dunia. Jadi otomatis Indonesia harus punya tanggung jawab yang serius dalam upaya mitigasi perubahan iklim,” ucap Menristek.
Teknologi Photovoltaic harus terus dikembangkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang diharapkan dapat menggantikan peran PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Disel). Seperti yang diketahui bahwa PLTD masih menggunakan bahan bakar fosil yaitu solar yang menjadi salah satu penyebab meningkatnya polusi udara.
“Paling tidak kita harus upayakan agar teknologi pengembangan pembangkit listrik tenaga surya di Indonesia ini benar-benar bisa menggantikan peran PLTD, yang kalau saya perhatikan pertama itu mahal harganya, yang kedua diesel/solarnya harus dipastikan tersedia, dan juga distribusi diesel/solarnya yang berisiko,” tambahnya.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Menristek berpesan bahwa pengembangan teknologi harus bisa menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi di Indonesia hari ini, salah satunya PLTD yang biayanya mahal serta tidak ramah lingkungan.
“Pengembangan teknologi harus benar-benar bisa menjawab permasalahan yang ada di Indonesia pada hari ini yaitu masih banyaknya PLTD yang mahal dan tidak ramah lingkungan,” katanya. (R/R11/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September