Trump Ambil Keuntungan dari Kisruh Arab-Qatar

Presiden Donald bertemu dengan emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, di Arab Saudi bulan lalu. Foto: Stephen Crowley/The New York Times

Jakarta, 13 Ramadhan 1438/ 8 Juni 2017 (MINA) – Presiden AS Donald Trump mendorong dirinya ke dalam perselisihan negara Teluk dengan Qatar yang menjadi polemik internasional akhir-akhir ini.

Dalam serangkaian postingan di Twitter, Trump mengatakan seruannya untuk mengakhiri pembiayaan terhadap kelompok radikal telah mendorong Arab Saudi dan empat negara lainnya bersitegang dengan Qatar, sebuah emirat kaya energi yang kekuatan militernya menjadi saingan AS.

“Selama perjalanan saya ke Timur Tengah baru-baru ini, saya menyatakan bahwa tidak akan ada lagi pendanaan untuk ideologi radikal,” tulisnya, di tambah, “Para Pemimpin menunjuk Qatar – lihatlah!”

Qatar sejak lama dituduh menyalurkan dana ke organisasi Ikhwanul Muslimin, yang diblokir di beberapa negara karena dituduh melakukan tindakan terorisme. Tapi negara ini juga merupakan rumah bagi dua pos komando utama Amerika, termasuk pusat komando senilai 60 juta dolar AS di mana Amerika Serikat dan sekutunya melakukan serangan udara melawan militan di Irak dan Suriah, lapor New York Times.

Kebutuhan kontradiktif AS tersebut dapat menjelaskan sikap campuran negara itu setelah Arab Saudi dan negara teluk lainnya memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Menlu AS Rex W. Tillerson dan Menteri Pertahanan Jim Mattis pada awalnya mencoba mengatasi keretakan tersebut pada Senin, di mana Tillerson menawarkan diri menjadi pendamai dan Mattis bersikeras bahwa hal itu tidak akan berpengaruh pada upaya AS menekan militan ISIS.

Kurang dari 12 jam kemudian, Trump membatalkan pernyataan Tillerson dan mengangkat jempolnya mendukung langkah Arab Saudi. Postingan-postingan Trump di Twitter, menurut pejabat senior Gedung Putih, tidak mencerminkan kebijakan pemerintah AS yang disinyalir memberikan kebingungan di tengah polemik negara-negara kunci di Timteng itu.

“Senangnya melihat kunjungan Arab Saudi dan raja serta 50 negara lainnya terlunasi sudah,” tulis Trump, menambahkan, “Mungkin ini akan menjadi awal dari berakhirnya terorisme!”

Selain itu, seorang pejabat di Yordania mengatakan pada Selasa bahwa negara tersebut akan menurunkan hubungan diplomatiknya dengan Qatar dan mencabut lisensi saluran televisi yang berbasis di Doha Al Jazeera.

Pada Selasa malam, Trump tampaknya berusaha meredakan ketegangan. Dalam sebuah percakapan telepon dengan Raja Salman, Trump mengatakan bahwa persatuan di antara negara-negara teluk sangat penting untuk mengalahkan terorisme dan mempromosikan stabilitas regional, menurut sebuah pernyataan dari Gedung Putih.

Gedung Putih juga berdalih Trump tidak berusaha menyebabkan perpecahan kalangan Muslim Sunni di Timur Tengah. Sebaliknya, kata mereka, dia mengekspresikan kefrustrasiannya melihat jejak rekam Qatar membantu organisasi yang mereka tuduh sebagai kelompok teroris, Ikhwanul Muslimin.

Memanasnya hubungan negara kaya minyak tersebut menyebabkan pula ancaman langsung terhadap fasilitas militer Amerika di Qatar, kata para pejabat pemerintah, mengatakan, paling tidak karena Qatar memandang kehadiran militer Amerika sebagai polis asuransi melawan pergerakan agresif tetangganya.

Tapi ketegangan itu membuat gelisah banyak pihak. Pejabat pemerintah dan media menggambarkan pemutusan hubungan diplomatik, penerbangan dan perdagangan sebagai “blokade” dan bahkan sebagai upaya kudeta.(T/RE1/B05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.