Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ustaz Amin Nuroni: Jadilah Pemuda yang Tak Mudah Gagal Paham, Berprestasi dan Kritis

Nur Hadis - Jumat, 14 Oktober 2022 - 03:48 WIB

Jumat, 14 Oktober 2022 - 03:48 WIB

5 Views

Al-Muhajirun, Lampung Selatan MINA – Waliyul Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Lampung, Ustaz Amin Nuroni mengatakan, jadilah pemuda yang tidak mudah gagal faham, berprestasi, dan berfikir kritis.

Hal itu disampaikannya pada taklim gabungan Syubban dan Fatayat Markaz II Al-Muhajirun, di Aula At-Taqwa, Komplek Ponpes Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah Al-Muhajirun, Negararatu, Natar, Lampung Selatan, Kamis (13/10) malam.

Ia memaparkan, Allah Subhanahu Wata’ala telah menerangkan bahwa musuh sejati bagi setiap individu adalah setan yang senantiasa ditaati, tak ada yang lebih membahayakan selain nafsu yang selalu dituruti. Jika tidak ingin menjadi pemuda seperti itu maka jadilah pemuda yang tidak mudah gagal paham, berprestasi dan berfikir kritis.

“Mengamati keadaan pemuda hari ini kita akan mendapatkan pemandangan yang memprihatinkan, mayoritas mereka tenggelam dalam lautan syahwat, akrab dengan kemungkaran dan patuh kepada orang kafir yang sesat, orientasi pemuda hari ini hanya bermuara pada perkara yang fana dan hina” ujarnya.

Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari

Ia menjelaskan, dalam Al-Qur’an surah Al-Fajr ayat 15-16 telah berbicara terkait gagal paham tentang kehidupan. Yaitu ada manusia yang Allah uji dengan kesenangan, kesuksesan, lalu dia berkata Tuhanku telah memuliakanku. Namun apabila diuji dengan dibatasi rezekinya maka dia beranggapan bahwa Tuhanku telah menghinaku. Itulah yang banyak dikejar pemuda hari ini, padahal gagal paham akan berpengaruh besar pada perilaku dan sikap.

“Ini soal mindset, seumpama lihat pemuda ganteng, mobilnya bagus, tapi dia ga pernah sholat ga masalah. Lalu, ada lagi seorang pemuda hafidz Qur’an, tapi tidak punya harta banyak. Nah kebanyakan orang sekarang pada pandangan yang benar atau gagal?,” tanyanya.

“Bagi orang yang beriman, lagi enak ujian, lagi susah juga ujian, lagi kaya ujian, lagi miskin ujian, ukurannya apa? Agamanya, jadi tidak identik orang kaya itu mulia di mata Allah, tapi bukan berarti orang miskin itu hina di mata Allah,” jelasnya.

Ia melanjutkan, pemuda juga harus berprestasi, dapat dilihat dari aspek Aqliyyah (pola pikir) yaitu berfikir kritis, seperi Nabi Ibrahim yang mencari tuhannya mulai dari melihat Bintang, Bulan Hingga Matahari, namun pada akhirnya dengan kekritisannya dalam berfikir sehingga ia menyatakan tuhannya adalah yang menciptakan Alam Semesta.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23]  Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran

“Sebagai pemuda harus memperbanyak kegiatan ta’alum, membaca, kritis bertanya, menambah wawasan dengan berdiskusi, seminar, dan kegiatan lainnya yang memaksa diri untuk berfikir,” katanya.

Selain itu, pemuda harus berfikir kritis, ada seorang ulama yang mengatakan orang yang kritis itu justru tidak akan pernah berhenti belajar. Orang yang pintar atau berilmu bukan ditandai dengan tamatnya sekolah, tetapi orang yang tidak pernah berhenti belajar sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an adalah Ulul Albab, Ulama/‘Aliim, Ulinnuhaa, dan Ahuldzikri.

“Instrumen untuk berfikir kritis sudah dijelaskan dalam surah Al-Mulk ayat 23 katakanlah, Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani bagi kamu, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur,” katanya.

Yang disebut orang berilmu bukanlah ditandai dengan selesainya pendidikan di sekolah, justru orang yang disebut berilmu adalah orang yang kerjaannya berfikir, kalau ada yang mengaku berilmu tapi tidak berfikir ini bukan Ulul Albab. Instrumen yang Allah berikan untuk menjadi orang berilmu adalah Iman dan Ilmu.

Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga

Ia berharap, Syubban dan Fatayat menjadi pemuda yang mendapatkan naungan dari Allah, Istiqomah dalam hal kebaikan, yaitu Mulazamah (membiasakan), Mudawwamah (berkelanjutan), Istimroriyah (terus-menerus).

“Dalam hal kebaikan, contohnya tahajud malam, baca Al-Qur’an, dzikir pagi dan petang dan lain sebagainya, lakukanlah minta kepada Allah, InsyaAllah Allah tidak akan mengingkari janji,” tutupnya. (L/bad/R12/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia

Rekomendasi untuk Anda

Ustadz Amin Nuroni. Photo By : Hadis/MINA
Tausiyah
Tausiyah
Dunia Islam
Indonesia