Jakarta, MINA – Walikota Padang, Mahyeldi Ansharullah membedah bukunya yang kedua dengan judul ‘Pemimpin Adalah Melayani’ di Pameran Buku Indonesia Internasional (Indonesia Internasional Book Fair/ IIBF) tahun 2018, di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Rabu (12/9).
“Pemimpin itu harus melayani masyarakat, pemimpin harus bisa membantu menyelesaikan masalah-masalah masyarakat. Kita di kota Padang mencoba menghadapi masyarakat dengan demikian,” katanya.
Pada bedah buku ini, Mahyeldi ditemani oleh mantan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia, Asman Abnur.
Menurut Mahyeldi, meayani masarakat harus dilakukan oleh seorang pemimpin, karena pemimpin juga dilahirkan dari masyarakat itu sendiri.
Baca Juga: Prediksi Cuaca Jakarta Akhir Pekan Ini Diguyur Hujan
“Pemimpin itu lahirnya dari masyarakat. Biasanya pemimpin informal itu lebih didengarkan oleh masyarakat, kenapa karena pemimpin informal berada di tengah-tengah masyarakat,” ujarnya.
Dalam bukunya, ia menceritakan pengalamannya menjadi walikota dan menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) selama 4,5 tahun.
“Lima tahun saya sebagai walokota itu adalah pengalaman berharga, alhamdulillah diberi kesempatan lima tahun lagi, jadi saya sudah paham apa yang diinginkan masyarakat,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia memaparkan banyak perubahan-perubahan, pemindahan gedung, penataan pasar dan sebagainya yang ia lalukan di kota Padang, tanpa menimbulkan konflik dengan masyarakat.
Baca Juga: Menag Tekankan Pentingnya Diplomasi Agama dan Green Theology untuk Pelestarian Lingkungan
“Jarang sekali ada masyarakat yang demonstrasi tentang kebijakan pemerintah daerahnya di kota Padang. Bahkan bisa dikatakan tidak ada selama saya menjabat jadi walikota, kanapa? Karena kita tidak menyingkirkan tapi kita menata. Serta komunikasi yang baik dengan masyarakat terbangun,” jelasnya.
Ia menambahkan, Pemimpin Adalah Melayani harus bisa dilakukan oleh pemimpin negara Indonesia, tidak hanya di sebagian wilayah saja.
“Banyak orang yang mengatakan untuk rakyat, justru rakyat yang tersingkirkan.
Nenek moyang mereka (rakyat) yang memperjuangkan, justru yang menikmati hasilnya orang asing. Ini yang dituntut oleh rakyat Indonesia, sebenarnya keinginan rakyat itu bukan menjadi kaya, tapi bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan anak-anak mereka. Itu keinginan dan harapan rakyat kepada pemerintah. Kalau pemerintah sudah memberikan kemakmuran pada kehidupan sehari-hari dan pendidikan rakyat, maka selesailah satu tugas pemerintah. Tidak ada lagi yang namanya demonstrasi-demistrasi,” tambahnya. (L/R10/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menhan: 25 Nakes TNI akan Diberangkatkan ke Gaza, Jalankan Misi Kemanusiaan