Venelles, Perancis, 28 Rajab 1436/17 Mei 2015 (MINA) – Walikota Venelles, sebuah kota kecil di sebelah tenggara Perancis, pada akun Twitternya @RobertChardon, berkicau, “Kita harus melarang agama Islam di Perancis.”
Robert Chardon walikota Venelles, sebuah kota dekat provinsi Aix-en dengan populasi sekitar 8.000 penduduk. Dia juga perwakilan dari partai Union for a Popular Movement, salah satu partai terbesar di Perancis pimpinan mantan presiden Perancis Nicolas Sarkozy.
Kamis lalu (14/5) ia mengirim beberapa tweet dengan pesan anti-muslim. “Kami juga membutuhkan pihak keamanan untuk mengirim Muslim ke negara-negara di mana agama Islam dipraktikkan,” katanya dalam tweet-nya, Anadolu Agency memberitakan.
Dia juga mengatakan hukum sekularisme Perancis tahun 1905 tentang jaminan kebebasan beragama, harus dihapuskan dan negara harus mempromosikan praktik agama Kristen.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Chardon pun berencana akan memulai kampanye anti-Islamnya setelah nanti ia sembuh dari sakitnya. Saat ini ia sedang dirawat karena menderita penyakit kanker mulut.
Dia juga mengatakan kepada harian Prancis Le Monde, ide itu datang pada saat ia dalam masa perawatan di rumah sakit.
“Itu adalah satu-satunya solusi untuk sebagian besar masalah di Perancis,” katanya.
Dia juga mengirim dua tweet kepada mantan presiden Perancis Sarkozy untuk mendapatkan sahutan darinya
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Menurut hukum di Perancis, Chardon bisa saja dituntut atas pernyataannya itu.
Abdallah Zekri, Presiden Observatory Against Islamophobia mengecam pernyataan Chardon yang menggambarkan sebagai ucapan yang tidak dapat diterima dan juga sebagai pelanggaran hukum sekularisme Perancis yang memberikan warga kebebasan berkeyakinan.
“Ini tidak pantas bagi seorang Walikota, ia tidak tahu apa-apa tentang Islam, tetapi mengatakan seperti itu,” tambah Zekri.
Dia juga mendesak kepada pemerintah Perancis dan juga Sarkozy untuk bertindak mengenai penyataan walikota itu.(T/roy/P4)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)