Bangkitkan Sekulerisme, Tajikistan Kikis Budaya Islam

(Foto: Aljazeera/Igor Kovalenko/EPA)
(Foto: Aljazeera/Igor Kovalenko/EPA)

Dushande, 11 Rabi’ul Akhir 1437/21 Januari 2015 (MINA) – Kepolisian memangkas hampir 13.000 jenggot dan menutup lebih dari 160 toko yang menjual pakaian muslim tradisional sebagai tindakan untuk melawan pengaruh asing.

Seperti dilansir Aljazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Kepala Polisi wilayah Khathlon, Bahrom Sharifzoda, mengatakan pemerintah lokal mendorong lebih dari 1.700 perempuan Tajikistan untuk menanggalkan dan meninggalkan .

Pada pekan lalu, parlemen Tajikistan satu suara untuk melarang penggunaan nama asing yang berbau kebudayaan Arab terhadap generasi baru Tajikistan. Pernikahan antara sepupu pertama pun dilarang. Namun, beberapa orang mengkritik keputusan itu.

“Tajikistan ingin melawan pengaruh asing. Tapi, mereka mengadopsi pemerintahan sekuler yang berasal dari Eropa,” kritik pembaca dalam kolom komentator Aljazeera. “Pemerintah Tajikistan tidak memiliki hak mengatur hak individu,” tambah yang lainnya.

Undang Undang itu kemungkinan bakal disetujui Presiden Tajikistan Emomali Rahmon yang giat mempromosikan . “Rahmon juga melihat kepercayaan dan budaya asing sebagai ancaman yang bisa mengganggu stabilitas nasional,” lapor Radio Liberty.

Pada September 2015, Mahkamah Agung Tajikistan melarang satu-satunya partai politik Tajikistan, Partai Kebangkitan Islam (Islamic Renaissance Party), beroperasi pasca kekerasan yang dituduh pemerintah bersumber dari Islam radikal.

Empat bulan kemudian, parlemen memberikan imunitas kepada presiden dan keluarganya dari dakwaan hukum. Rahmon telah menguasai kursi pemerintahan Tajikistan sejak 1994. Masa jabatannya akan habis pada 2020 mendatang.

Beberapa pendukung Rahmon menjuluki Rahmon sebagai pemimpin nasional. Jajaran pemerintah bahkan menyebutnya sebagai pendiri perdamaian dan persatuan nasional Tajikistan.

Namun, Tajikistan masih perlu berbenah sejak merdeka dari Uni Soviet lebih dari dua dekade yang lalu. Angka kemiskinan dan ketimpangan masih tinggi. Sebagian besar masyarakat Tajikistan juga mencari nafkah di Rusia. (T/P020/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Admin

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.