Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yenny Wahid Apresiasi Kemendikbud

Risma Tri Utami - Rabu, 16 Agustus 2017 - 09:23 WIB

Rabu, 16 Agustus 2017 - 09:23 WIB

233 Views ㅤ

Yenny Wahid saat menyambangi Mendikbud Muhadjir Effendy, di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Selasa (15/8) malam. (Foto: Infopublik)

 

Yenny Wahid saat menyambangi Mendikbud Muhadjir Effendy, di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Selasa (15/8) malam. (Foto: Infopublik)

 

Jakarta, MINA – Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid (Yenny Wahid), puteri kedua Presiden Republik Indonesia Alm. Abdurrahman Wahid ini mengapresiasi upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam upaya memperkuat pendidikan karakter.

“Saya mendukung peningkatan kualitas guru dan perbaikan kualitas sistem pendidikan yang ada,” ujar Yenny usai pertemuan dengan Mendikbud Muhadjir Effendy dan didampingi oleh Najelaa Shihab, di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Selasa (15/8) malam.

Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama

Dalam pertemuan tersebut, Yenny mendiskusikan mengenai kesimpangsiuran definisi Full Day School (FDS). “Istilah itu tidak pernah ada, tapi terlanjur disalahpahami sebagai FDS atau Full Day School,” kata Yenny sebagaimana Infopublik yang dikutip MINA.

Menurut Yenny, Mendikbud telah tegas memberikan pernyataan bahwa tidak ada delapan jam pelajaran bagi siswa, namun delapan jam tersebut berlaku bagi guru, sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).

“Ini bukan perkara jam belajar siswa tapi regulasi ini menyangkut jam kerja guru. Delapan jam itu bisa diisi oleh guru dengan training, evaluasi belajar siswa, membimbing siswa dalam kelas, dan ekstrakurikuler,” jelasnya.

Jadi, lanjutnya, jam pelajaran itu sama seperti dahulu, tapi ditambah sekitar 1 jam 20 menit. Sehingga, pada praktiknya tidak akan mengganggu Madrasah Diniyah (Madin) dan siswa masih memiliki cukup waktu untuk mengikuti Madin.

Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa

Yenny juga menjelaskan, penerapan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) menyinergikan antara sekolah dengan Madin, sebagai pendidikan informal yang telah berperan penting dalam pendidikan karakter bangsa selama ini.

“Bentuknya koordinasi Madin dengan pihak sekolah, tapi belum dibahas secara detail. Yang terpenting semangatnya, bahwa kita tidak membiarkan Madin menjadi mati, tapi merangkul supaya Madin bisa menjadi agen mengubah Pendidikan Karakter bagi anak lebih baik,” ucapnya.

Direktur Wahid Institute itu mengimbau agar kesalahpahaman mengenai konsep PPK sebagai Full Day School dapat segera berakhir. “Peran penting Tri Pusat Pendidikan adalah adanya kecenderungan less formal schooling, kegiatan sekolah formal harus dikurangi tapi harus memberikan opsi bagi murid untuk mengembangkan potensi dirinya,” tuturnya.

Dia mencontohkan, ketika orang tua memasukkan anaknya ke sekolah tari, klub basket, atau Madin, disinilah peranan orang tua dalam mewadahi potensi dan bakat anak. “Jika PPK ini jadi diterapkan maka secara teori rencana yang ada bisa terimplementasikan karena sekolah, keluarga atau orang tua jadi peran penting,” ujarnya.

Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka

Selain mengapresiasi terkait penguatan karakter, Yenny juga mengapresiasi upaya Kemendikbud dalam menyinergikan Tri Pusat Pendidikan dalam kebijakan PPK. Menurutnya, ajaran Ki Hajar Dewantara ini benar dan penting bagi penguatan karakter generasi muda.

“Perlu ada sinkronisasi nilai antara orang tua, keluarga, masyarakat, dan sekolah,” tutup Yenny. (R/R09/P1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Guru Tak Tergantikan oleh Teknologi, Mendikdasmen Abdul Mu’ti Tekankan Peningkatan Kompetensi dan Nilai Budaya

Rekomendasi untuk Anda

Breaking News
Pendidikan dan IPTEK
Pendidikan dan IPTEK