Oleh Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Sebelum dai terkemuka pakar perbandingan agama-agama Zakir Naik berkunjung ke Malaysia, memenuhi undangan pemerintah negara bagian Terengganu, Malaysia, Gabungan delapan Lembaga Masyarakat Hindu ‘Super 8’ menolak kehadiran pendakwah Islam dari India tersebut.
Malaysia Kini edisi 14 April 2016, menyebutkan, juru bicara ‘Super 8’, Arun Dorasamy beralasan, Zakir Naik dikhawatirkan membuat kesimpulan dan memberikan tafsiran salah berkenaan agama Hindu kepada orang-orang Islam.
“Penganut Hindu tidak pernah campur dalam hal-ihwal dakwah orang Muslim, tetapi Zakir Naik menggunakan agama Hindu ketika berdakwah kepada orang-orang Islam. Ini dapat memberikan interpretasi yang salah dan kurang sopan,” papar Arun.
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Menurutnya, hal itu dapat memberikan salah faham mengenai agama Hindu kepada orang Islam.
Delapan lembaga yang menolak kedatangan Zakir Naik ke Malaysia adalah Malaysian Hindu Sangam, Hindu Youth Organization, Malaysia Hindu Academy, Hindu Sevagai Sangam, Hindu Dharma Maamandram Malaysia, ISKON Malaysia, Malaysia Archnagar Sangam dan Saiva Natpani Kalgam. Lembaga yang sama juga mengajukan keberatan seperti Barisan Bertindak Hak Penganut Hindu (Hindraf), MIC, dan lain-lain
Mereka memprotes tema ceramah yang akan disampaikan Zakir yaitu tentang ‘Persamaan Antara Hindu dan Islam’, yang dijadwalkan berlangsung di Universiti Teknikal Malaysia Melaka (UTeM) Melaka, Malaysia, Ahad (17/4).
Sementara itu Presiden Malaysian Indian Progrssive Association (MIPAS), Rajarentinam Armuggan berkata pihaknya tidak risau sekiranya penganut agama Hindu memeluk Islam kerana mendengar ceramah Zakir.
Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina
Sebaliknya, Rajarentinam justru lebih prihatin terhadap orang Islam yang menerima ilmu yang salah berkenaan agama Hindu.
Teliti Ceramah Zakir Naik
Biro Pemahaman dan Pemantapan Agama PKR Malaysia berpandangan bahwa pihak yang menolak lawatan Zakir Naik ke Malaysia sewajarnya meniliti dengan cermat ceramah-ceramahnya, sebelum membuat kritikan yang dianggap merusak keharmonian agama-agama di Malaysia.
Pengurus PKR, Dr. Muhammad Nur Manuty menyatakan, undangan terhadap Zakir Naik tidak sewajarnya dibesar-besarkan untuk ditolak.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
“Dr Zakir Naik telah melawat ke Malaysia berkali-kali dan telah mendapat izin dari pemerintah Malaysia, bahkan mendapatkan penganugerahan Tokoh Maal Hijrah Malaysia pada tahun 2014,” ujar Muhammad Nur.
Ia menambahkan, ceramah Zakir di Universiti Teknikal Malaysia Melaka (UTeM) adalah dalam upaya pengembangan intelektualisme dan sekaligus bertujuan untuk mempertingkatkan program dialog antaraagama.
“Seandainya ucapan Dr Zakir Naik telah menimbulkan perkara-perkara sensitif dan negatif di masyarakat yang bukan Islam, maka sudah pasti kegiatannya pun telah dilarang oleh pemerintah India yang mayoritas penganut agama Hindu,” ujarnya.
Ia bahkan berharap, ketokohan Zakir sebagai seorang ilmuan perbandingan agama-agama, seharusnya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, dengan dialog argumentatif, kematangan, dan lebih terbuka, bukan bersifat emosi.
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam
Ia menambahkan, dalam menghadapi isu-isu yang dianggap sensitif seperti ini, pihaknya menganjurkan supaya proses mendidik rakyat Malaysia dalam memahami tradisi semua agama wajar untuk ditingkatkan dengan lebih serius. Sebab, katanya, perbedaan antara agama-agama tidaklah untuk dijadikan sebagai perpecahan. Namun sebaliknya, justru dapat dijadikan faktor pemersatu antara warga.
Tetap Diizinkan
Pihak berwenang Malaysia akhirnya tetap memberikan izin untuk ceramah-ceramah Zakir Naik yang telah dijadwalkan di beberapa tempat, antara 9-20 April 2016.
Ketua Polisi Negara Tan Sri Khalid Abu Bakar mengatakan pihaknya tetap akan memantau ceramah-ceramah yang akan disampaikan Zakir Naik, asalkan tidak memicu ketegangan agama dan masyarakat di negaranya.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
Wakil PM yang juga Menteri Dalam Negeri Ahmad Zahid Hamidi juga mengatakan, Zakir tetap bisa melanjutkan ceramahnya di negaranya.
Hanya, ia menyarankan untuk mengganti judul ceramah ‘Similarities Between Hinduism and Islam‘ (Persamaan antara agama Hindu dan Islam) diganti dengan yang lain. Pihak panitia pun kemudian menggantinya dengan tema ‘Islam, Problems and Solutions to Humanity’ (Islam, Masalah dan Solusi untuk Kemanusiaan).
Justru dengan tema tersebut, diberitakan beberapa orang yang mengikuti ceramahnya, akhirnya memeluk agama Islam, dengan mengucapkan syahadat di hadapan Zakir Naik.
Ini seperti dilakukan oleh Senkiram Dharma, seorang mahasiswa (24 tahun), seusai ceramah Zakir di Universitas Teknikal Malaysia Melaka (UTeM) Hang Tuah Jaya, Durian Tunggal, Melaka, Malaysia, Ahad (17/4).
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata
Sebelumnya, pada Sabtu (16/4) empat orang juga menyatakan syahadat, menjadi Muslim, setelah Zakir menyampaikan ceramah berjudul “Apakah Quran firman Allah?” di Stadion Hoki Nasional Bukit Jalil, Malaysia.
Hak Asasi Berbicara
Zakir Naik tentu tidak asing dengan kontroversi, terutama dari pemuka agama selain Islam. Ia memang tidak seperti kebanyakan penceramah terkenal di dunia lainnya. Ceramah-ceramahnya tidak hanya membatasi isiinya tentang Islam. Namun juga perbandingan agama-agama lainnya secara terbuka, argumentatif dan tidak emosional.
Ini sangat wajar, sebab dalam dakwahnya, Zakir yang hafidz Al-Quran, juga menghafal kitab-kitab dari agama lain, seperti Bibble (Injil), Weda, Tripitaka, dan Bhagavad Gita. Hingga ia pun dijuluki dengan “Ahmed Deedat Plus”, karena mampu mematahkan argumentasi para pastur, pendeta dan pemuka agama Hindu.
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Ahmed Hussein Deedat (lahir di India, 1 Juli 1918, dan wafat di Afrika Selatan, 8 Agustus 2005, dalam usia 87 tahun), adalah seorang dai, penceramah, cendekiawan dan pakar perbandingan agama-agama. Ia juga dikenal sebagai salah satu pembicara handal dalam debat terbuka tentang masalah keagamaan berhadapan dengan pemuka-pemuka agama selain Islam.
Zakir Naik tentu tidak dapat dicegah datang ke suatu negara tanpa alasan yang jelas. Seperti Ulil Absar Abdalla dari Indonesia yang ditolak masuk ke Malaysia dengan alasan karena pandangannya yang dianggap terlalu liberal.
Kolomnis media di Malaysia, Syahredzan Johan, mengatakan, penceramah seperti Zakir Naik memang sudah seharusnya tetap diizinkan untuk melanjutkan ceramahnya. Dia seharusnya tidak dilarang berbicara pada topik-topik tertentu, sebagai bagian dari ekspresi dan kebebasan berbicara di muka umum.
Menurutnya, biarkan Zakir Naik berceramah, menjalankan hak asasi manusianya untuk kebebasan berbicara, bahkan mungkin saja ada beberapa dari masyarakat yang dapat menemukan pandangannya yang sangat pantas.
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Dr Zakir Naik sendiri menyatakan kepada para pengkritiknya untuk dipersilakan melaporkan ke pejabat berwenang jika mereka memiliki bukti bahwa ia menghina agama lain.
Ia berpendirian bahwa berdakwah merupakan kewajibannya sebagai seorang Muslim, dengan landasan Al-Quran sebagai kitab sucinya. Maka, jika ada yang mencoba mengklaim berani untuk menuntutnya di pengadilan, itu sama juga dengan menggugat Al-Quran sebagai dasar ceramahnya.
“Jika Anda ingin mengajukan kasus terhadap saya di Malaysia, Anda harus mengajukan kasus terhadap Al-Quran,” kata Zakir saat berceramah di hadapan puluhan ribu peserta di Stadion Bukit Jalil Hoki, Sabtu (16/4).
“Saya adalah seorang penceramah Muslim, saya harus berbicara tentang Allah. Apakah saya menghina seseorang? Jika Anda memiliki bukti bahwa saya menghina, saya siap diajukan ke pihak berwenang,” tambahnya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
Dalam ceramahnya, Zakir juga menyesalkan bahwa ada orang yang mencoba untuk menghentikan dia dari menyampaikan dakwah tentang keesaan Allah, bahkan di negara mayoritas Muslim seperti Malaysia.
“Dapatkah Anda percaya, di negara Muslim? Jika hal itu terjadi di India, tidak ada masalah, dan saya di sini bukan untuk menghina agama apapun,” imbuhnya.
Dr Zakir Naik hanya ingin menyatakan dengan tegas, jelas dan terbuka, serta siap berdialog secara argumentatif dengan pemuka agama manapun, bahwa ia sebenarnya hanya mengajukan konsep sederhana, bahwa “Hanya ada satu kitab yang merupakan firman Allah, yaitu Al-Quran, sebagai solusi kehidupan. Saya tidak seang berusaha untuk menciptakan perpecahan. Namun justru ingin mendapatkan Hindu, Kristen dan Muslim bersama-sama mempelajri kitab suci Al-Quran,” jelas Dr Zakir.
Tema yang sama “Islam, Masalah dan solusi untuk kemanusiaan”, ia sampaikan pula pada ceramahnya di Sekolah Menengah Imtiaz Besut, Terengganu Malaysia.
Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir
Pada ceramah di Imtiaz Besut tersebut, dihadiri oleh sekitar 30.000 orang, termasuk Menteri Besar Terengganu Datuk Seri Ahmad Razif Abd Rahman dan Menteri Pendidikan Tinggi Datuk Seri Idris Jusoh.
Ceramah Zakir Naik, juga mendapatkan apresisai dari beberapa tokoh terkemuka, di antaranya adalah Menteri di Departemen Perdana Menteri, Datuk Seri Shahidan Kassim dan Mufti Perlis Datuk Dr Mohd Asri Zainul Abidin.
Bahkan, Perdana Menteri Najib Razak, mengundang Zakir Naik dalam acara ramah-tamah sarapan pagi di kediaman resminya di Putrajaya, Sabtu (16/4).
Dalam akun jejaring sosial facebook, Najib mengatakan bahwa dia berharap, seorang penceramah dari India, akan menyampaikan pesan kepada dunia bahwa Malaysia adalah negara moderat.
PM Najib mengatakan, Malaysia terus-menerus berjuang menuju kesatuan umat untuk memberdayakan Islam.
Terima Kasih Hindu
Ini bukan kali pertama Dr Zakir Naik mendapat kecaman, kritikan dan penolakan dari pemuka agama lain. Terakhir ia mengunjungi Malaysia pada tahun 2012, dan kehadirannya waktu itupun mendapat protes serupa oleh masyarakat Hindu.
Zakir Naik juga telah ditolak masuk ke Kanada dan Inggris pada tahun 2012, setelah dilaporkan dianggap menyatakan dukungan terhadap kelompok teroris Al-Qaeda.
Menghadapi semua kecaman pemuka agama Hindu itu, justru Zakir mengucapkan, “Terima kasih, Hindu”.
Ia telah berterima kasih kepada kelompok Hindu, Rights Action Force Hindu (Hindraf) yang justru telah memberikan publisitas gratis atas kehadirannya di Malaysia.
Sehingga, berita kedatangannya malah semakin banyak diketahui banyak orang, semakin banyak diprotes justru semakin banyak orang tahu.
Ia pun berkomentar, “Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Hindraf. Saya ingin berterima kasih kepada mereka yang telah memberi saya publisitas gratis. Saya justru akan dapat berbicara kepada audiens yang lebih besar”.
“Hal kedua yang saya ingin berterima kasih kepada mereka adalah bahwa dengan demikian justru menjadikan Muslim semakin bersatu,” katanya.
Berbondong-Bondong Masuk Islam
Dr Zakir Naik, nama lengkapnya adalah Zakir Abdul Karim Naik, lahir di Mumbai, ibukota negara bagian Maharasthra, India, 18 Oktober 1965 (umur 50 tahun). Ia memang dikenal sebagai seorang pembicara Muslim India dan penulis hal-hal tentang Islam dan Perbandingan Agama-Agama.
Zakir mengenyam pendidikan di sekolah menengah St. Peter’s High School (ICSE) di kota Mumbai. Kemudian melanjutkan kuliah di Kishinchand Chellaram College dan mempelajari kesehatan di Topiwala National Medical College and Nair Hospital di Mumbai.
Secara profesi, ia adalah seorang dokter spesialis ahli bedah, memperoleh gelar MBBS atau MBBCh (Medicinae Baccalaureus, Baccalaureus Chirurgiae atau Bachelor of Medicine and Surgery) dari Universitas Mumbai, satu dari 10 universitas terbaik di India.
Namun, sejak Tahun 1991, Zakir Naik berhenti bekerja sebagai dokter dan beralih di bidang dakwah Islam dan perbandingan agama-agama. Ia menyatakan bahwa tujuannya ialah membangkitkan kembali dasar-dasar penting Islam yang kebanyakan remaja Muslim tidak menyadarinya atau sedikit memahaminya dalam konteks modernitas.
Zakir Naik juga adalah pendiri dan presiden Islamic Research Foundation(IRF), sebuah organisasi nirlaba yang memiliki dan menyiarkan jaringan saluran TV gratis Peace TV India.
Zakir Naik mengatakan, ia terinspirasi oleh Ahmad Deedat yang telah aktif di bidang dakwah selama lebih dari 40 tahun. Ahmed Hssein Deedat, adalah ulama kelahiran Gujarat, India (Juli 1918 – Agustus 2005) adalah seorang penulis Afrika Selatan dan pembicara publik. Ia dikenal sebagai ahli debat dengan masyarakat antar-agama.
Menurut Zakir Naik, adalah tugas setiap Muslim untuk menghilangkan kesalahpahaman tentang Islam untuk melawan apa yang ia anggap sebagai bias anti-Islam oleh media Barat. Ia pun telah banyak berceramah dan menulis sejumlah buku tentang Islam dan perbandingan agama, juga hal-hal yang ditujukan untuk menghapus keraguan tentang Islam. Sejumlah artikelnya juga sering diterbitkan di majalah India seperti Islamic Voice.
Thomas Blom Hansen, seorang sosiolog yang memegang posisi akademik di berbagai universitas, telah menulis bahwa gaya Naik mengabadikan Quran dan Hadits berbagai bahasa, dan bepergian ke berbagai negara untuk membicarakan Islam bersama para teolog, telah menjadikannya sangat terkenal di lingkungan Muslim dan non-Muslim.
Ternyata, ceramah-ceramah Zakir Naik memang seringkali dihadiri oleh ribuan jamaah yang tidak hanya beragama Islam, tetapi juga Hindu, Budha, Kristen, dan bahkan atheisme. Siapapun dan apapun pertanyaannya akan dijawabnya dengan sempurna dan tak terbantahkan.
Ulama ini unggul dalam debat dan dialog antar-agama, didukung oleh kemampuannya menghafal Al-Quran (hafidz) dan hafal Shahih Bukhari dan Muslim. Naik juga menghafal kitab dari agama lain, seperti Weda, Tripitaka, Bhagavad Gita.
Ia tanpa ragu-ragu juga mengoreksi Pastur dan Pendeta jika mereka salah dalam mengutip ayat-ayat dalam bibble atau injil. Ini karena ia juga menghafal isi dari bibble/injil.
Dengan berbagai dialog sehat, argumentatif, mematahkan lawan bicara dengan mengupas berbagai kitab itu pun. Akhirnya banyak dari kalangan pendeta, ilmuwan, maahsiswa, yang non-Muslim, akhirnya berbondong-bondong menjadi mualaf, Islam, dengan mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Zakir Naik.
Selamat buat Dr Zakir Naik, dan kita tentu menunggu kehadirannya bersilaturrahim ke Indonesia, negeri dengan mayoritas Muslim terbanyak di dunia. Tentu menanti ceramah-ceramahnya yang mencerahkan, menggugah dan menyadarkan umat manusia untuk mengesakan Allah Subhanahu Wa ta’ala, Sang Pemilik alam semesta, untuk kembali ke ajaran yang sesuai fitrah manusia, yakni Islam. (P4/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)