SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PBB: Sudan Berada di Ambang Bencana Kelaparan

Arina Islami - Senin, 1 Juli 2024 - 23:11 WIB

Senin, 1 Juli 2024 - 23:11 WIB

14 Views

Sekitar 750.000 orang di Sudan terancam kelaparan.(Foto: Anadolu Agency)

Khartoum, MINA – Wakil Sekretaris Jenderal Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat PBB, Martin Griffiths memperingatkan, Sudan tengah menghadapi penderitaan yang luar biasa, dengan 750.000 orang terancam kelaparan dan kondisinya dapat memburuk lebih jauh.

Griffiths mengatakan kepada The Guardian, dikutip Senin (1/7), kini Gaza menjadi subjek liputan media yang intens dan upaya diplomatik (meskipun sejauh ini tidak berhasil), di sisi lain tragedi buatan manusia lainnya yang berpotensi jauh lebih besar sedang terjadi di Sudan.

Menurutnya, sebagian besar apa yang terjadi di Sudan tidak terlihat oleh dunia dan sedikit tanda-tanda kemajuan diplomatik.

Statistik yang diterbitkan oleh Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) baru-baru ini menunjukkan bahwa 495.000 warga Palestina di Gaza menghadapi kondisi bencana, yang didefinisikan sebagai “kekurangan pangan, kelaparan, dan kelelahan kapasitas menghadapi bencana” selama enam bulan mendatang.

Baca Juga: Partai Buruh Inggris Kehilangan 5 Kursi Lawan Kandidat Pro-Palestina

Pada periode yang sama, panel ahli memperkirakan bahwa 755.262 orang di Sudan menghadapi kondisi bencana “fase 5” yang sama, sementara 8,5 juta warga Sudan lainnya menghadapi keadaan darurat “fase 4.”

Griffiths mendefinisikan fase 4 itu sebagai keadaan di mana tingkat kekurangan gizi dan penyakit akut sangat tinggi, serta risiko kematian akibat kelaparan meningkat dengan cepat.

“Ini adalah angka yang sangat besar. Ini di luar imajinasi,” kata Griffiths.

“Menurut saya, secara historis ini adalah momen yang sangat besar,” sambung diplomat Inggris itu.

Baca Juga: Asosiasi Akademisi dan Penulis Internasional Keluarkan Sikap Terhadap Genosida Israel

Dia setuju dengan perkiraan para pejabat tinggi AS bahwa tanpa adanya perubahan dalam hal akses terhadap bantuan kemanusiaan dan sumbangan internasional, dampak yang terjadi di Sudan bisa lebih buruk daripada kelaparan bersejarah di Ethiopia, yang menewaskan 1 juta orang antara tahun 1983 dan 1985, menurut perkiraan PBB.

Sudan memiliki tingkat kengerian yang sama, potensi tragedi, atau bahkan lebih buruk. Namun hal ini tidak bergerak ke arah yang benar, dan tidak mendapatkan perhatian internasional sebagaimana mestinya,” kata Griffith.

“Ada perhatian internasional yang besar [terhadap bencana kelaparan di Ethiopia], dan kemurahan hati yang besar, sedangkan di Sudan, sebagian karena jurnalis tidak diberi visa untuk pergi ke sana sehingga sangat sulit untuk meliput berita tersebut,” ujarnya.

Sebelumnya, Martin Griffiths dikabarkan mengundurkan diri dari jabatannya Wakil Sekretaris Jenderal Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat karena alasan kesehatan.

Baca Juga: Perlawanan Islam di Irak Siap Serang Israel Jika Invasi Lebanon

Hal tersebut diumumkan oleh Wakil Juru Bicara PBB Farhan Haq pada Senin (25/3).

Namun Haq menjelaskan bahwa Griffiths tidak akan langsung mengakhiri tugasnya.

Ia akan melanjutkan perannya hingga akhir Juni 2024 untuk memungkinkan ‘transisi yang lancar’ ke penggantinya.[]

 

Baca Juga: Delegasi Komite PBB Apresiasi Konsistensi RI Dukung Palestina

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Afrika
Presiden Majelis Umum PBB Dennis Francis. (Hamza Kyeyun/ Anadolu Agency)
Palestina
Palestina
Palestina
Amerika
Palestina
Palestina
Internasional
Khutbah Jumat