Tiada hal lain yang lebih pantas untuk kita ucapkan setelah menyadari betapa nikmat-nikmat Allah telah banyak kita rasakan. Dengan memuji-Nya dengan segala pujian yang diajarkan-Nya , maka semua hati akan sempurna dan paripurna bila rasa syukur ini panjatkan. Maka sudah selayaknya kita bersyukur dengan hati kita, dilanjutkan dengan tunduk dan taatnya anggota badan kita dalam menjalankan ibadah kepadanya, dilanjutkan dengan istiqomah menjalankannya.
Allah begitu mencintai hamba-hamba-Nya, dibuktikan dengan menyediakan bagi mereka pintu ampunan yang dibukia kapan saja. Sepanjang nafas belum sampai ditenggorokannya, sebelum malaikat maut datang menyapanya.
kecintaan dan kemurahan Allah SWT kepada hamba-Nya juga dibuktikan dengan menyediakan waktu-waktu tertentu agar mereka selalu memiliki harapan dan semangat yang tinggi untuk selalu dekat memohon ampunan kepada Allah.
Itulah salah satu letak keadilan Allah, semua hamba-Nya punya peluang untuk menjadi orang yang paling mulia; tanpa membedakan apakah dia miskin, kaya, pejabat, bangsawan, rakyat jelata, tua, muda, laki-laki maupun wanita, keturunan Arab ataupun bukan. Sudah selayaknya hakikat ini menjadi penyemangat bagi kita untuk terus berlomba-lomba menjadi hamba yang paling bertakwa.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kewajiban dan Hak dalam Pandangan Islam
Lalu bagaimana dengan kita yang di bulan Dzulhijjah 1439 H ini belum mampu menunaikan haji? Apakah pupus harapan kita untuk mendapat rahmat dan ampunan-Nya? Tentu tidak, sebab masih ada banyak kesempatan amal untuk kita laksanakan.
Hari ini kita masih berada di hari Tasyriq. Di Hari Tasyrik ini sangat dianjurkan untuk banyak melakukan kebajikan sebagai orang yang beriman.
Orang yang benar keimanannya, tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan dan berusaha sekuat tenaga memperbanyak amal sleh dan berbagai bentuk ibadah kepada Allah.
Hari Tasyrik yaitu tiga hari setelah Hari Raya Idul Adha, tepatnya tanggal 11-13 Dzulhijah.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menggapai Syahid di Jalan Allah Ta’ala
Tasyrik dalam Bahasa Arab disebut tasyriq atau syuruq yang bermakna matahari.
Pasalnya di hari-hari tersebut, umat muslim biasanya akan menjemur (yusyriqun) daging kurban mereka setelah matahari terbit (syuruq).
Abu Daud bahkan meriwayatkan Hari Tasyrik sebagai hari yang paling mulia di sisi Tuhan.
“Sesungguhnya hari yang paling mulia di sisi Allah Tabaraka wa Ta’ala adalah hari Idul Adha dan yaumul qarr (hari tasyrik).” (HR. Abu Daud)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa
Lalu amalan utama apa saja yang bisa dilakukan pada Hari Tasyrik ini?
- Bertakbir
Disunahkan bertakbir pada malam hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah) hingga hari tasyrik terakhir (13 Dzulhijjah), baik di masjid, musala atau rumah.
Anjuran amalan ini terdapat dalam Kitab Raudlatut Thalibin:
فَيُسْتَحَبُّ التَّكْبِيرُ الْمُرْسَلُ بِغُرُوبِ الشَّمْسِ فِي الْعِيدَيْنِ جَمِيعًا، وَيُسْتَحَبُّ اسْتِحْبَابًا مُتَأَكَّدًا، إِحْيَاءُ لَيْلَتَيِ الْعِيدِ بِالْعِبَادَةِ
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
“Disunahkan mengumandangkan takbir pada malam hari raya mulai terbenamnya matahari, dan sangat disunahkan juga menghidupkan malam hari raya tersebut dengan beribadah.”
Yang dimaksud dengan ibadah di malam hari raya, bisa dengan shalat maghrib dan isya berjama’ah, sampai melaksanakan shalat subuh berjamaah.
- Memperbanyak Zikir
Pada Hari Tasyrik, umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak zikir.
Saking dianjurkannya, dzikir bisa dilakukan bersamaan saat kita makan atau berjalan kaki.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
“Dan berzikirlah kepada Allah dalam beberapa hari yang ditentukan (hari-hari tasyrik). Maka, siapa yang ingin cepat (berangkat dari Mina ) sesudah dua hari, maka tiada dosa atasnya. Dan, barang siapa yang ingin menangguhkan, maka tiada dosa pula atasnya bagi orang yang bertakwa.” (QS. al-Baqarah [2] : 203)
- Haram Berpuasa
Amalan utama selanjutnya adalah larangan berpuasa saat Hari Tasyrik.
“Hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan banyak mengingat Allah.” (HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasa’i).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Kita bisa menggantinya dengan banyak bersyukur atau segala nikmat yang telah Tuhan berikan.
“Sesungguhnya Allah ridha terhadap hamba yang makan sesuap makanan kemudian memuji Allah, atau minum seteguk air dan memuji Allah karenanya.” (HR. Muslim 2734)
4. Memperbanyak Doa
Amalan utama yang terakhir adalah memperbanyak doa.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Salah satunya adalah doa sapu jagad.
Anas bin Malik mengatakan:
“Doa yang paling banyak dilantunkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah RABBANAA AATINAA FID-DUN-YAA HASANAH WA FIIL AAKHIROTI HASANAH WAQINA ‘ADZAABANNARR.” (HR. Bukhari 6389 dan Muslim 2690).
(A/P2/P1)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina