Damaskus, 2 Rajab 1436/21 April 2015 (MINA) – Presiden Suriah Bashar Al-Assad mengatakan, ia mengundang pejuang Hizbullah untuk berperang bersama rezim Suriah, tapi membantah kehadiran pasukan Iran di negerinya.
Pernyataan itu disampaikan Assad dalam sebuah wawancara dengan televisi Perancis, France 2 Television, Senin (20/4), Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), melaporkan.
Assad juga mengatakan, para pejabat keamanan Perancis telah berhubungan dengan Pemerintah Suriah mengenai kelompok bersenjata Islamic State atau ISIS.
Iran sekutu regional utama Assad telah mengakui mengirimkan penasihat militernya untuk membantu pasukan Suriah dalam melawan oposisi dan ISIS, kantor berita AFP melaporkan.
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata
Namun Assad membantah tuduhan oposisi Suriah dan Arab Saudi bahwa Iran menempatkan pasukan di Suriah.
“Kami mengundang Hizbullah, tetapi bukan Iran, tidak ada pasukan Iran di Suriah dan mereka tidak mengirim kekuatan apa pun,” kata Assad.
Kelompok Hizbullah Lebanon telah membantu Assad meraih beberapa kemenangan terhadap kelompok oposisi yang menentang rezim.
Assad mengatakan, para pejabat keamanan Perancis telah melakukan perjalanan ke Suriah untuk melakukan pembicaraan dengan para pejabat intelijen.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
“Kami bertemu dengan mereka, kami bertemu dengan beberapa pejabat keamanan (Perancis), tetapi tidak ada kerja sama,” kata Assad, menurut transkrip wawancara yang diterbitkan oleh kantor berita nasional Suriah.
Dia menegaskan, Perancis yang meminta pertemuan itu.
“Kami tidak meminta apa-apa dari intelijen Perancis. Kami memiliki semua informasi tentang teroris,” katanya.
Dalam wawancara itu, pemimpin Suriah itu juga membantah berada di balik serangan kimia di Provinsi Idlib, seperti tudingan Barat bulan lalu. Dia justeru menuduh Amerika Serikat menciptakan ISIS.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
“IS (Islamic State) diciptakan di Irak pada 2006 di bawah pengawasan Amerika Serikat. IS datang dari Irak ke Suriah karena kekacauan menular,” katanya.
Assad juga mengkritik pedas upaya koalisi pimpinan AS melawan ISIS dengan mengatakan koalisi itu “tidak serius”.
“Jika Anda membandingkan jumlah serangan udara yang dilakukan oleh koalisi yang terdiri dari 60 negara dibandingkan dengan negara kecil kami, Anda akan melihat kami terkadang menyerang sepuluh kali lebih banyak dari koalisi dalam satu hari. Apakah itu serius?”
“Kami belum menggunakan gas klorin dan kami tidak perlu,” katanya, mengacu pada serangan yang dilaporkan oleh Human Rights Watch di Idlib.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Lebih 215.000 orang telah tewas di Suriah sejak konflik dimulai dengan protes anti-pemerintah pada Maret 2011 yang berubah kepada perang setelah rezim bertindak keras. (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan