Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Belajar dari Cermin

Bahron Ansori - Sabtu, 8 Juni 2024 - 11:23 WIB

Sabtu, 8 Juni 2024 - 11:23 WIB

222 Views

Oleh Bahron Ansori, wartawan Kantor Berita MINA

Maha benar Allah dengan segala firman-Nya. Sungguh, Allah tak pernah menciptakan apa pun di bumi ini dengan sia-sia, bahkan dari sebuah cermin kita bisa memetik pelajaran berharga. Allah Ta’ala berfirman,

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًا…

…”Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia…”  (Qs. Ali Imran: 191)

Cermin adalah benda yang dengannya orang atau suatu benda lainnya dapat terlihat jelas seperti aslinya. Dari cermin seseorang bisa belajar banyak, di antaranya dengan bercermin pada diri sendiri ia bisa melihat kelemahan dan kekurangan diri yang dimiliki. Karenanya orang yang sering bercermin akan bisa merasakan dalam kehidupan yang singkat ini banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran.

Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi

Belajar dari cermin akan membuat seseorang memiliki hati yang lembut, pikiran yang dalam dan bijaksana dalam setiap keputusan yang diambil. Selain itu belajar dari cermin akan memudahkan seseorang untuk tidak mudah goyah memegang prinsip hidup.

Belajar dari cermin membuat seseorang mampu melihat mana yang benar dan mana yang salah, berhati-hati dalam menilai dan melepaskan kata-kata yang sekiranya akan melukai perasaan orang lain. Langkah orang yang bisa memetik pelajaran dari sebuah cermin akan terlihat dalam kesehariannya saat menjalani kehidupan sosial.

Belajar dari cermin juga bisa membuat seseorang untuk sadar diri bahwa hidup ini bukanlah seorang diri sehingga semaunya berbuat sesuatu tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain. Belajar dari cermin juga akan membuat seseorang lebih mengedepankan tepo seliro dari pada mengedepankan ambisi dan ego pribadi. Dari cermin juga seseorang bisa belajar menjadi orang yang tawadhu (rendah hati).

Belajar dari sebuah cermin akan membuat seseorang mengenal siapa dirinya lebih jauh dan mendalam. Dia sadar, sampai di posisi ini bukan semata karena kepintaran yang dimilikinya tapi ada banyak doa dari orang-orang sekitar yang setia membersamainya, ada banyak tangan yang ikut membantunya. Karena itu betapa banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik dari sebuah cermin.

Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan

Bahkan dari sebuah cermin juga seseorang bisa mengasah sifat bisa merasanya dan bukan merasa bisa. Tentu saja, orang yang bisa merasa akan berhati-hati dalam setiap ucapannya, berhati-hati dalam mengambil langkah. Bahkan orang yang bisa merasa tidak akan sembarangan melangkah terlebih lagi jika itu bukan menjadi ranah dan wewenangnya. Sebaliknya, orang yang kurang belajar dari cermin, akan melahirkan sifat dan sikap merasa bisa dalam semua hal, seolah dialah yang paling bisa, paling senior, paling pintar, paling berpengalaman dan tak mamu memperhatikan bagaimana perasaan orang lain.

Banyak-banyak belajarlah dari sebuah cermin, sebab cermin akan menunjukkan dengan jujur siapa diri kita sebenarnya. Begitu juga seorang mukmin, ia adalah cermin dari saudaranya yang mukmin lainnya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya.” (HR. Abû Dawud). Jika seorang mukmin melihat berbagai akhlak mulia pada diri saudaranya, maka dia akan meneladaninya. Sebaliknya, jika dia melihat berbagai sifat tercela dalam diri saudaranya, dan dia mengetahui bahwa dirinya memiliki keburukan yang sama, maka dia segera berusaha membersihkan dan menyingkirkan sifat-sifat tercela itu dari dirinya.

Terkait hal di atas, inilah nasehat bijak dari salah seorang Khalifah Rasyidah, Umar bin Khattab, “Bila engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya.”

Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina

Sifat Cermin

  • Lemah Lembut. Cermin selalu bersikap lemah lembut jika ada orang yang bergaya di depannya. Tidak pernah kasar dan membentak, namun cermin selalu mengatakan bahwa ada kotoran yang melekat di wajah dengan lembut dan tanpa suara. Sehingga kotoran dan noda hitam bisa segera kita hapus dari wajah kita.
  • Pandai Menyimpan Rahasia. Watak cermin adalah tidak pernah menceritakan bentuk wajah orang bercermin di hari kemarin kepada orang yang berdiri di hadapannya. Walaupun dipecahkan sekalian, namun cermin tidak pernah berkomentar. Seorang mukmin tidak boleh menceritakan aib orang yang yang telah meminta nasehat di hari kemarin, karena hal itu adalah ghibah jika dilakukan.
  • Tidak Pilih Kasih. Cermin tidak pernah pilih kasih. Siapa saja yang berdiri di hadapannya tidak pernah ditolak, baik itu orang ganteng, cantik, jelek, pria, wanita, kaya, miskin, anak-anak dan dewasa.
  • Seorang mukmin tidak boleh pilih kasih dalam memberikan nasehat, tidak pandang status sosial, keturunan dan pangkatnya. Karena umat manusia tidak terkotak-kotak dan berkasta. Manusia itu sama seperti gigi sisir.
  • Setia Setiap Saat. Cermin selalu siap untuk dipakai kapan saja. Selalu setia menanti siapa saja yang ingin bercermin di hadapannya. Selalu dilakukan dengan penuh kesetiaan, tanpa merasa lelah dan mengeluh, itulah sifat dan karakteristik dari cermin yang sebenarnya. Setiap mukmin hendaknya selalu membuka diri setiap saat dan setia memberikan nasehat kepada orang lain.
  • Sabar dan Telaten. Berbagai gaya dan tingkah laku orang yang berdiri di depannya tidak pernah membuat protes atau marah. Cermin selalu penuh kesabaran melayani orang yang berada didekatnya.
  • Menyampaikan risalah Islam dibutuhkan kesabaran dari seorang mukmin. Karena manusia tidak sama dan mempunyai keberagaman pola tingkah laku dan karakter.
  • Selalu Terus Terang. Cermin selalu terus terang memunculkan bentuk orang yang bercermin. Cermin tidak pernah merubah wajah orang yang ganteng menjadi jelek atau sebaliknya. Tidak pernah menampakkan hal yang lain, tetapi yang dinampakkan adalah hakikat dan kenyataan. Karena cermin tidak pernah bohong dengan wujud asli kta.

Cermin telah mengajarkan kepada kita selalu berterus terang, dan jangan sampai mengatakan sesuatu yang bertolak belakang dengan yang ada pada orang yang kita nasehati. Katakanlah yang benar sekalipun pahit.

Selain pelajaran di atas yang bisa kita petik dari sebuah cermin, falsafah cermin juga menuntut seseorang untuk bisa memahami diri sendiri dan dunia sekitarnya. Cermin, memang hanya benda sederhana yang sering kita jumpai, namun ia memiliki filosofi yang mendalam. Lebih dari sekadar alat untuk melihat penampilan, cermin dapat menjadi refleksi diri, simbol realitas, dan sumber pembelajaran. Berikut beberapa poin penting dalam falsafah cermin.

Pertama. Refleksi Diri. Sebuah cermin memantulkan bayangan kita, mendorong introspeksi dan pemahaman diri yang lebih dalam. Kita dapat melihat penampilan fisik, tetapi juga mencermati ekspresi, postur, dan bahasa tubuh. Hal ini dapat membantu kita mengenali emosi, kepercayaan, dan nilai-nilai yang mungkin tersembunyi.

Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?

Kedua. Realitas dan Persepsi. Cermin menunjukkan realitas eksternal, namun dengan cara yang terbatas. Apa yang kita lihat adalah pantulan, bukan objek itu sendiri. Ini mengingatkan kita bahwa persepsi kita tentang dunia selalu diwarnai oleh pengalaman, penafsiran, dan asumsi pribadi.

Ketiga. Kejujuran dan Introspeksi. Cermin tidak pernah berbohong. Ia memantulkan apa adanya, tanpa rekayasa atau pujian. Hal ini dapat mendorong kita untuk lebih jujur pada diri sendiri, menerima kekurangan, dan berusaha menjadi versi terbaik dari diri kita.

Keempat. Keindahan dan Kesempurnaan. Cermin sering dikaitkan dengan standar kecantikan dan kesempurnaan fisik. Namun, penting untuk diingat bahwa keindahan sejati terletak pada keunikan dan karakter individu. Cermin dapat membantu kita menghargai diri sendiri apa adanya, tanpa terpaku pada ekspektasi eksternal.

Kelima. Transformasi dan Pertumbuhan. Cermin dapat menjadi saksi bisu perjalanan transformasi dan pertumbuhan kita. Melihat perubahan penampilan dan diri kita dari waktu ke waktu dapat memberikan motivasi dan rasa pencapaian.

Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti

Keenam. Makna Simbolis. Dalam berbagai budaya, cermin memiliki makna simbolis yang kaya. Dipercaya dapat memantulkan jiwa, digunakan dalam ritual keagamaan, dan melambangkan kebijaksanaan dan pencerahan.

Ketujuh. Kontemplasi dan Meditasi. Menatap cermin dalam waktu lama dapat menjadi alat meditasi yang bermanfaat. Memfokuskan perhatian pada bayangan diri dapat membantu menenangkan pikiran, meningkatkan kesadaran diri, dan mencapai kedamaian batin.

Intinya, menyelami falsafah cermin akan mampu menawarkan banyak pelajaran berharga tentang diri kita sendiri, realitas di sekitar kita, dan bagaimana kita berinteraksi dengan dunia. Dengan merenungkan makna di balik cermin, kita dapat menjalani hidup dengan lebih sadar dan sabar, penuh makna, dan penuh kasih sayang terhadap sesama.

Banyak hal lain yang bisa diambil pelajaran dari sebuah cermin yang harus kita tanamkan dalam diri. Jadi, mari terus belajar dari sebuah cermin tentang sifat keterbukaan, ketenangan, kejujuran, sabar, telaten, setia kawan, tidak pilih kasih, setia terhadap teman dan tim. Insya Allah, jika kita bisa merenungi filosofi sebuah cermin, maka hidup kita akan selalu menebar keberkahan di mana dan kapanpun berada.[]

Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman

 

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Hari HAM Sedunia: Momentum Perjuangan Palestina

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Feature
Pendidikan dan IPTEK
Pendidikan dan IPTEK
Desa Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah terendam banjir pada Februari 2024. (Istimewa)
Indonesia
girl's hand holding
Khadijah
Indonesia