WHO: Bencana di Tengah Bencana, Penting Penguatan Kesiapsiagaan

JAKARTA – Manajer Program WHO South East Asia Regional Office Nilesh Buddha mengatakan, penguatan kesiapsiagaan di wilayah yang dengan risiko tinggi dengan pelibatan komunitas dan bekerja sama dengan masyarakat sipil adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan.

Hal itu dikatakan Nilesh dalam diskusi internasional dari rangkaian Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) yang diselenggarakan secara virtual. Topik yang diangkat mengenai pendekatan terhadap potensi multibahaya di tengah pandemi .

Puncak acara peringatan Bulan Bencana diadakan di gedung , Jakarta, Selasa (13/10).

Menurut Nilesh, topik tersebut menjadi isu bersama tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia karena penyebaran virus SARS-CoV-2 masih terus menginfeksi sejumlah populasi di dunia.

“Di saat yang sama potensi bahaya geologi dan hidrometeorologi dapat saja terjadi sehingga masyarakat menjadi lebih rentan terhadap ancaman bahaya tersebut,” tuturnya.

Dia menerangkan, perlu peningkatan kapasitas individu dan komunitas melalui pemberdayaan masyarakat serta pendidikan tentang bahaya, seperti informasi mengenai Covid-19.

“Penyebaran Covid-19 dengan sangat mudah dapat menjadikan kerentanan yang lebih tinggi pada saat suatu populasi terdampak bencana,” tegasnya.

Oleh karena itu, kata dia, protokol untuk manajemen krisis Covid-19 dan menjadi upaya yang harus dipastikan, seperti menjaga jarak, pemeriksaan suhu tubuh, pembuatan database pelacakan penyintas atau pengujian setelah evakuasi. Kesiapsiagaan sangat penting untuk dimulai dari individu, keluarga dan komunitas.

Di sisi lain, lanjut Nilesh, peringatan dini sangat dibutuhkan dalam menyikapi kondisi yang dapat menuju kerentanan tinggi, khususnya dengan adanya Covid-19. Peringatan dini tersebut dibutuhkan untuk masyarakat dalam mempersiapkan diri dalam melakukan evakuasi.

Terkait dengan isu global pandemi Covid-19, pendekatan holistik dibutuhkan yang terintegrasi dalam siklus dan setiap fase penangulangan bencana. Sedangkan perwakilan dari Badan PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana wilayah Asia-Pasifik Animesh Kumar, risiko dapat terjadi secara simultan atau saling berkaitan.

Sementara itu, beberapa narasumber menekankan pada tata kelola pengurangan risiko bencana dengan pelibatan berbagai pihak, seperti berkoordinasi dan dukungan ilmu pengetahuan. Pelibatan pihak tersebut baik dilakukan di tingkat lokal, nasional, regional hingga internasional.

Dalam konteks Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selalu mendorong keterlibatan dan sinergi pentaheliks dalam menghadapi bencana. Pentaheliks tersebut terdiri atas pemerintah, akademisi atau pakar, lembaga usaha, masyarakat dan media massa.

Peringatan Bulan PRB tahun 2020, BNPB mengangkat tema utama ‘Daerah Punya Aksi dalam Pengurangan Risiko Bencana.’ Pada sesi diskusi internasional yang berlangsung secara virtual menghadirkan pembicara utama Prof. Dwikorita Karnawati, dan narasumber dari beberapa negara, yaitu Dr. Nilesh Buddha, David Coetzee, Necephor Mghendi, Prof. Taro Arikawa, Animesh Kumar, Prof. Dilanti Amaratunga, Dr. Marlon de Luna Era dan Prof. Ruben Paul Borg.

Puncak acara Peringatan Bulan PRB diselenggarakan pada Selasa (13/10) di Graha BNPB dengan menerapkan protokol kesehatan. Penyelenggaraan ini bersamaan dengan komunitas internasional yang memperingati Hari Pengurangan Risiko Bencana. (T/R2/P1))

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rendi Setiawan

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.