BIKSU SRI LANGKA TIDAK AKUI DALAI LAMA

Kolombo, 27 Ramadhan 1435/25 Juli 2014 (MINA) – Biksu Sri Langka mengecam Dalai Lama karena mendesak umat Budha di pulau tersebut menghentikan kekerasan terhadap minoritas Muslim dan menolak dia sebagai pemimpin Budha sedunia.

Biksu Budha Galagodaatte Gnanasara yang diberitakan RNA dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat mengatakan bahwa Dalai Lama tidak mengetahui situasi sebenarnya di Sri Langka dan menuduh peraih Nobel Perdamaian tersebut menjadi korban propaganda ekstrimis.

Pemimpin agama di pengangsingan Tibet awal bulan ini meminta umat Budha di Myanmar dan Sri Langka menghayati ajaran agama Budha sebelum melakukan kejahat
an terhadap umat Islam dan memohon untuk menghentikan kekerasan.

“Kami tidak menerima Dalai Lama sebagai pemimpin dunia dari umat Budha,” kata Gnanasara kepada wartawan.

Gnanasara menuduh bahwa Dalai adalah ciptaan Barat dan dia diciptakan untuk umat Budha dibawah Palus kepada umat Katolik, bukan untuk umat Budha.

Kekerasan agama, yang terburuk dalam beberapa dekade, telah menyebabkan empat orang tewas. Gnanasara dan kelompok garis keras para bhikkhu Bodu Bala Sena (BBS) atau Angkatan Buddha dituding sebagai penghasut aksi kekerasan tersebut.

Kelompok-kelompok HAM telah menganalogikan Gnanasara Sri Lanka dengan kelompok biksu garis keras Myanmar Wirathu, yang telah dituduh memicu ketegangan agama di negara itu.

Beberapa 250 orang tewas di Myanmar sejak pertempuran pecah di negara bagian Rakhine pada tahun 2012.

Gnanasara mengatakan ia telah bertemu Wirathu dan menggambarkan keduanya sebagai “biarawan damai tanpa darah di tangan kami”.

Dia mengatakan BBS awalnya ingin mengunjungi Dalai Lama di markasnya di India utara untuk mendorong dia untuk memperbaiki persepsinya tentang Buddha Sri Lanka, namun kemudian berubah pikiran. Mayoritas Budha Sri Lanka moderat menjunjung tinggi Dalai Lama, namun pemerintah Kolombo berkali-kali menolak memberikan visa masuk bagi Dalai Lama untuk mengunjungi situs-situs ziarah di pulau itu, tampaknya akibat tekanan Cina.

Dalai Lama, yang meninggalkan Tibet untuk India pada 1959 setelah pemberontakan yang gagal terhadap kekuasaan China, telah lama memimpin gerakan untuk otonomi di Tibet. Pemerintah Cina menuduhnya diam-diam berkampanye untuk kemerdekaan Tibet dan menyebutkan sebagai gerakan pemisahkan diri.

Sementara Menteri Hukum Sri Lanka Rauf Hakeem memperingatkan pekan lalu bahwa kegagalan pemerintahannya untuk mencegah aksi-aksi biksu Buddha militan akan menyulut reaksi ormas Islam dan mengancam keamanan nasional.
(T/P08/EO2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Wartawan: Admin

Comments: 0