Bogor, 24 Rajab 1437/2 Mei 2016 (MINA) – Manager Bionic Farm Yayan Nurdiansyah lulusan Universitas Soedirman (Unsud) Purwokerto, Jawa Tengah mengatakan, bertani tumbuhan organik bisa dilakukan dan dikerjakan bagi mereka yang dekat dengan sang pencipta dan alam, yaitu Allah.
“Tumbuhan organik adalah salah satu cara hidup sehat, serta belajar kreatif,” ujar Yayan, pria kelahiran 19 Februari 1979.
Lebih dekat dengan petani beristeri Umi Dawati dan beranak tiga ini, wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA) Septia Eka Putri mewawancarai lebih dalam seperti apa pengolahan pertumbuhan organik pada Ahad (1/5), di Bogor, Jawa Barat.
Menurutnya, hanya bagi mereka yang dekat dan lebih mengenal kepada Allah SWT atau sang pencipta dan alam, yang bisa lebih mengenal seperti apa pengolahan pertanian yang terbilang mahal itu.
Adapun Bionic Farm, didirikan pada 1990. Perusahaan ini berkomitmen untuk melestarikan alam dengan pertanian organik. Pada awalnya, Bionic Farm khusus membudidayakan jamur. Namun, ketika menyadari tumbuhnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap makanan organik, Bionic Farm mengembangkan variasi produk pertanian organiknya.
MINA: Apa yang dimaksud pertanian organik?
Yayan: Sebelumnya coba kita renungkan, berapa luas area pertanian di Indonesia? Berapa juta WUS (Wanita Usia Subur), ibu hamil, bayi/balita, anak-anak yang tinggal di daerah pertanian dan berisiko tercemar pestisida sintetis? Berapa ratus ribu bahkan juta bayi yang akan lahir dari ibu dengan hipotiroidisme dan berisiko mengalami gangguan tumbuh-kembang?
Pertanian organik adalah pertanian masa depan, tiga pilar utama pertanian organik, pertama lingkungan, ramah lingkungan. Kedua, sosial yang mengacu pada kesehatan masyarakat, pngurangan pemakaian bahan kimia buatan, produk pertanian yang sehat. Ketiga, ekonomi, yaitu nilai jual produk pertanian yang tinggi.
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
MINA: Apa manfaat bertani atau tumbuhan organik ini?
Yayan: Pertama, lebih karya nutrisi dan vitamin, yaitu kandungan kalsium (mg/100gram). Tomat dan sayuran organik punya kandungan vitamin-A 25-50% lebih tinggi. Kedua, lebih aman dikonsumsi di antaranya bebas pestisida sintetis, bebas residu hormon sintetis, bebas GMO (transgenik). Ketiga, ramah lingkungan, di antaranya meningkatkan jumlah mikro organisme tanah, keseimbangan musuh alami, keseimbangan ekosistem, dan pertanian berkelanjutan.
Bagi masyarakat, mereka dapat berkunjung dan mengetahui cara bercocok tanam organik, bagi mahasiswa yang juga ingin melakukan penelitian, silahkan datang ke sini, kami terbuka jika mereka mencari ilmu dan ingin belajar.
MINA: Kenapa harus memilih organik?
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
Yayan: Dalam segenggam tanah ada jutaan makhluk ciptaan Tuhan yang hidup di dalamnya dan semuanya senantiasa bertasbih kepada-Nya
Tanah yang berlapis-lapis itu telah menyediakan unsur hara untuk kehidupan tanaman yang ada di permukaannya.
Tanah itu juga menjadi tempat hidupnya berbagai organisme baik yang kasat mata maupun yang hanya terlihat dengan bantuan mikroskop.
Pertanian organis adalah keseluruhan sistem manajemen produksi pertanian berbasis sarana produksi berbahan organik untuk mengembalikan kesehatan dan kesuburan lahan, dan melestarikan ekosistem pertanian.
Mikroorganisme | Rizosfir (CFU/g tanah) | Bukan Rizosfir (CFU/g tanah) |
Bakteri
Cendawan Protozoa |
120 x 107
12 x 105 Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel 2,4 x 103 |
5 x 107
1 x 105 1 x 103 |
MINA: Berapa lama proses menunggu hasil atau panen?
Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya
Yayan: Pertumbuhan secara organik ini, alhamdulillah memuaskan. Setahun itu bisa menghasilkan tiga kali panen. Hasilnya pun memuaskan.
MINA: Bagaimana mengolah organik agar tetap terjaga keasriannya?
Yayan: Pertama, dilihat dari obyek tanamannya, bukan OPT-nya (Organisme Pengganggu Tanaman). Kedua, teknologi budidaya, bahan tanam yang unggul, pengolahan tanah yang optimal, pemanfaatan pupuk organik, pengairan yang memadai, dan drainase lahan kebun yang baik. Ketiga, teknologi perlindungan tanaman, yaitu repelensi, antifeedant, agensia antagonis.
Faktor pendukung pertanian organik di Indonesia didukung dengan adanya sumber daya manusia yang memadai, lahan yang luas, iklim yang bagus, kearifan lokal, dan keragaman hayati.
Baca Juga: Basarnas Siapkan Sumber Daya yang Siap dan Sigap
MINA: Sudah berapa cabang Bionic Farm?
Yayan: Cabang di antaranya ada di Cibodas-Canjur, Jawa Barat, Ciherang-Bogor, Jawa Barat, Serpong-Tangerang, Banten. Untuk kantor marketing ada di Jl. Gatot Subroto Km. 8. Tangerang 15810.
MINA: Apa harapan Pak Yayan untuk Indonesia, agar beralih ke organik?
Yayan: Beralihlah ke yang sehat, dengan mengkonsumsi secara organik, selain sehat kita juga belajar kreatif, kreatif mengolah tanaman pribadi, mendapat ilmu baru, sehingga melakukan temuan-temuan yang baru untuk merubah paradigma kita agar selalu tetap sehat, sehat jasmani dan rohani.
Sebenarnya Indonesia sendiri sudah merencanakan program organik sejak 2010, akan tetapi tidak semua jalan dan sebagian beralih ke konvensional. Tapi yakinlah bahwa Allah menciptakan makhluk hidup yang ada di muka bumi ini, apalagi di tanah manfaatnya sangat banyak.
Kita optimis, Indonesia mampu mengolah organik ini, akan tetapi butuh proses saja.
Sebenarnya dikampus tidak diajarkan cara bertani organik, hanya saja belajar bagaimana memanipulasi lingkungan tanaman agar menghasilkan produktifitas setinggi-tingginya, dengan biaya serendah-rendahnya. (L/P007/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)