Yerusalem, MINA- Surat kabar Yedioth Ahronoth mengatakan, “Deklarasi Yerusalem” akan diumumkan setelah pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) dan Perdana Menteri Israel Yair Lapid, yang menegaskan komitmen Washington untuk tidak mengizinkan Iran memperoleh senjata nuklir.
Seperti dikutip dari Palinfo, Jumat (15/7), seorang pejabat senior AS yang menemani Biden mengatakan, “Deklarasi Yerusalem” menyatakan hubungan luar biasa antara pendudukan Israel dan Washington yaitu dengan komitmen terhadap keamanan pendudukan.
Pejabat itu menambahkan, “Deklarasi Yerusalem” tidak hanya diringkas dalam masalah nuklir, tetapi lebih menekankan menghadapi aktivitas Iran di kawasan itu, yang dianggap oleh Israel sebagai ancaman serius terhadapnya.
Pejabat AS menjelaskan, “Deklarasi Yerusalem” juga bertujuan memperkuat perjanjian normalisasi yang ditandatangani selama era mantan Presiden AS Donald Trump, menyerukan perluasan “integrasi” pendudukan di wilayah tersebut, yang ingin dilakukan Biden melalui kunjungannya ke Arab Saudi.
Baca Juga: Parlemen Brasil Keluarkan Laporan Dokumentasi Genosida di Gaza
Pejabat AS tersebut mengkonfirmasi kepada wartawan, Biden juga akan membahas upaya menjalin kesepakatan dengan Palestina berdasarkan “solusi dua negara” sebagai yang dia yakini sepanjang hidupnya.
Gedung Putih menyatakan, Biden akan mengunjungi Rumah Sakit Al-Mutalaa di Yerusalem (Al-Quds) besok, setelah itu ia akan bertemu dengan Presiden Mahmoud Abbas untuk membahas masalah ekonomi, termasuk mengembangkan infrastruktur untuk 4G seluler Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Pejabat AS juga menyatakan, penyebaran infrastruktur seluler harus selesai pada akhir tahun depan, tetapi langkah ini tidak tergantung atau berdasarkan kesepakatan politik. Dia menambahkan, Biden tidak datang untuk membahas rencana perdamaian untuk Israel dan Palestina. (T/RE1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah