Buah Syukur Bagi Seorang Hamba

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Menurut Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya Madarijus Salikin Bab Manzilah Syukur,  beliau mengatakan bahwa syukur itu ada tiga tingkatan antara lain sebagai berikut.

Pertama, bersyukur terhadap hal-hal yang disukai atau dicintai. Kedua, bersyukur terhadap hal-hal yang tidak disukai. Ketiga, seorang tidak menyaksikan kecuali sang Pemberi .

Bila seorang hamba menyaksikan Sang Pemberi nikmat sebagai bentuk ubudiyah, maka nikmat dari Allah tersebut akan nampak besar di matanya. Bila dia menyaksikan Sang Pemberi nikmat karena rasa cinta maka perkara yang menyusahkan menjadi terasa manis.

Dan bila dia menyaksikan Sang Pemberi nikmat sebagai bentuk Pengesaan maka dia tidak lagi melihat nikmat dan perkara yang berat. Orang yang berada pada tingkatan ini tenggelam dalam persaksian terhadap Yang Memberi Nikmat bukan kepada nikmat itu sendiri.

Cara agar mudah bersyukur

Di antara cara agar mudah bersyukur adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid berikut ini.

Pertama, berusaha selalu melihat ke bawah dalam masalah dunia. Seperti yang telah disabdakan Nabi SAW,

اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ

”Lihatlah kepada orang yang berada di bawah kalian (dalam masalah duniawi) dan janganlah engkau melihat kepada orang yang berada di atas kalian. Dengan demikian, hal itu akan membuat kalian tidak meremehkan nikmat Allah pada kalian.” (Hadits riwayat At-Tirmidzi (2513) dan dia menyatakan sebagai hadits shahih.

Kedua, selalu mengingat-ingat nikmat Allah yang banyak. Sesungguhnya nikmat-nikmat Allah Ta’ala kepada setiap hamba-Nya itu tidak bisa dihitung karena tidak terhitung jumlahnya. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Qs. An-Nahl: 18]

Imam Asy-Syaukani mengatakan, “Mengingat nikmat merupakan sebab yang mendorong untuk bersyukur atas nikmat tersebut.” [Fathul Qadir: 2/317]

Ketiga, menyadari bahwa dirinya akan dimintai pertanggung jawaban atas segala nikmat yang telah diberikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). [At-Takatsur: 8]

Bila seorang hamba mengetahui bahwa dirinya akan dimintai pertanggung jawaban atas segala nikmat yang diterima pada hari perhitungan serta dihisab atas nikmat tersebut meskipun hanya berupa air dingin, maka dia akan bersyukur kepada Allah karena khawatir atas hisab tersebut.

Keempat, berdoa kepada Allah agar menolong kita agar bisa bersyukur. Di antara doa agar Allah membantu kita menjadi hamba yang bersyukur adalah,

  اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Ya Allah, Tolonglah hamba untuk berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah kepada-Mu dengan sebaik-baiknya. [HR. Abu Dawud (1522), Al- Hakim menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi]

Kelima, mengetahui bahwa Allah mencintai syukur. Qatadah berkata, “Sesungguhnya Rabb kalian itu Maha Pemberi Nikmat yang mencintai syukur.” [Tafsir ath-Thabari (6/218).

syukur

Orang yang bersyukur akan merasakan dan mendapatkan buah syukur. Sebaliknya, jika seorang hamba mengingkari nikmat atau kufur nikmat, maka kekufurannya itu akan merugikan dirinya sendiri pula. Nabi Sulaiman ‘alaihis salam berkata sebagaimana diberitakan oleh Allah Ta’ala dalam al-Quran,

هَٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ

“Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” [Qs. An-Naml: 40]

Di antara buah-buah syukur yang akan diperoleh seorang hamba antara lain sebagai berikut.

Pertama, dia akan selamat dari siksa Allah dunia dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman,

مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا

Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” [Qs. An-nisa’: 147]

Imam Ibnu Jarir berkata, “Sesungguhnya Allah Jalla Tsanaauhu tidak akan menyiksa orang yang bersyukur dan beriman.” [Tafsir Ath-thabari (4/338)

Kedua, akan mendapatkan rdiha Allaha. Hal ini sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh Allah benar-benar ridha kepada seorang hamba yang memakan suatu makanan lalu mengucapkan alhamdulillah atas makanan tersebut atau meminum suatu minuman lalu mengucapkan alhamdulillah atas minuman tersebut.” [Hadits riwayat Muslim (2734)]

Ketiga, dikhususkan dengan memperoleh anugerah hidayah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَكَذَٰلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَٰؤُلَاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا ۗ أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ

“Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: “Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?” (Allah berfirman): “Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?” [Qs. Al-An’am: 53]

Keempat, terpelihara atau kekalnya nikmat. Syukur adalah penjaga nikmat dari segala sebab yang mengakibatkan sirnanya nikmat tersebut. Oleh karena itu sebagian ulama menamakan syukur itu sebagai pengikat nikmat karena syukur itu mengikat nikmat sehingga tidak lepas dan kabur.

Umar bin Abdul Azis rahimahullah berkata, “Ikatlah nikmat-nikmat Allah dengan bersyukur kepada Allah.” (Syu’abul Iman (4546).

Kelima, bertambahnya nikmat. Allah ‘Azza wa Jalla telah menjanjikan dalam kitab-Nya yang mulia bahwa Dia akan memberikan tambahan nikmat kepada orang-orang yang bersyukur. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” [Qs. Ibrahim: 7]

Keenam, pahala syukur tidak digantungkan kepada kehendak Allah. Allah Ta’ala menggantungkan banyak baasan suatu amal dengan kehendak, seperti firman Allah,

بَلْ إِيَّاهُ تَدْعُونَ فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُونَ إِلَيْهِ إِنْ شَاءَ

“Tidak), tetapi hanya Dialah yang kamu seru, maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa kepada-Nya, jika Dia menghendaki.” [Qs. Al-An’am: 41]

يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ

Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki.” [Qs. Ali Imran: 129]

Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman,

وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” [Qs. Al-Baqarah: 212]

Ayat lain juga Allah Ta’ala berfirman,

وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَىٰ مَنْ يَشَاءُ

Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya.” [Qs. At-Taubah: 15]

Adapun Syukur maka Allah membebaskannya. Allah berfirman,

وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ

dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. [Qs. Ali Imran: 144 ]

Dalam ayat lain juga Allah berfirman,

وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ

Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. [Qs. Ali Imran 145].

Ketujuh, dikabulkan doanya. Ibrahim bin Adham, seorang tokoh tabi’in pernah ditanya, ”Mengapa kami berdoa namun tidak dikabulkan?”

Dia menjawab, ”Karena kalian mengenal Allah tapi tidak mentaati-Nya. Kalian mengenal Rasulullah SAW tapi kalian tidak mengikuti sunnahnya.

Kalian mengetahui al-Quran tapi tidak mengamalkannya. Kalian memakan nikmat-nikmat Allah namun kalian tidak menysukuri nikmat-nikmat tersebut. Kalian mengetahui surga namun tidak memburunya dan kalian mengetahui neraka namun tidak berlari darinya.

Kalian mengetahui setan namun tidak memeranginya malah menyepakatinya. Kalian mengetahui kematian namun tidak bersiap untuknya dan kalian menguburkan orang mati namun tidak mengambil pelajaran dan kalian meninggalkan aib-aib kalian sendiri namun sibuk dengan aib-aib orang lain.” [Tafsir Ath-Thabari: 2/303].

Yuk berusaha untuk menjadi orang yang pandai bersyukur. Sebab dengan memperbesar rasa syukur kita kepada Allah, hidup kita akan dimudahkan dalam setiap urusan selain tentunya akan mendapatkan balasan kebaikan pahala di Surga kelak, insya Allah.(A/RS3/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)