CAHAYA ALLAH SEMAKIN SEMPURNA

afta peci putih
Ali Farkhan Tsani (Dok Pribadi)

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :

يُرِيدُونَ لِيُطۡفِـُٔواْ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفۡوَٲهِهِمۡ وَٱللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوۡ ڪَرِهَ ٱلۡكَـٰفِرُونَ

Artinya : “Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.” (Q.S. Ash-Shaff [61] : 8).

Pada Tafsir Departemen Agama RI disebutkan, bahwa pada ayat ini diterangkan alasan-alasan orang-orang kafir yang demikian itu. Mereka bermaksud dengan perbuatan dosa dan ucapan mengada-ada untuk memadamkan cahaya agama Islam yang menerangi manusia yang sedang berada dalam kegelapan.

Perbuatan mereka itu tak ubahnya seperti orang yang ingin memadamkan cahaya matahari yang menyilaukan pemandangan dengan hembusan mulutnya yang tidak berarti itu.

Pada akhir ayat ini ditegaskan bahwa Allah akan tetap memancarkan cahaya agama-Nya ke seluruh penjuru dunia dengan menolong Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan orang-orang yang beriman walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya.

Dalam kalimat “…..dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci”.

Sebab Turun

Sebab turunnya ayat  (asbaabun nuzul) ini, diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa pernah wahyu Allah tidak turun kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, selama empat puluh hari lamanya.

Maka berkatalah seorang pembesar Yahudi yaitu Ka’ab bin Asyraf, “Hai sekalian orang-orang Yahudi, bergembiralah kalian semuanya, Allah telah memadamkan cahaya Muhammad dengan tidak ada lagi wahyu yang turun kepadanya, dan tidak akan lagi sempurna cahaya itu”.

Mendengar ucapan Ka’ab itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam merasa sedih dan beriba hati. Berkenaan dengan itu turunlah ayat ini.

يُرِيدُونَ لِيُطۡفِـُٔواْ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفۡوَٲهِهِمۡ وَٱللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوۡ ڪَرِهَ ٱلۡكَـٰفِرُونَ

Artinya : “Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.” (Q.S. Ash-Shaff [61] : 8).

Senada dengan ayat tersebut, pada ayat lain disebutkan :

يُرِيدُونَ أَن يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَن يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

Artinya : “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayanya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. (Q.S. At-Taubah [9] : 32).

Imam Ash-Shabuni dalam tafsirnya Shafwatut Tafaasiir menjelaskan bahwa mereka, yakni orang-orang kafir dari kalangan orang-orang musyrik dan ahli kitab, menginginkan untuk memadamkan cahaya Islam dan syari’at Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dengan mulut-mulut mereka yang hina.

Dengan sekadar perdebatan yang mereka buat dan perkara-perkara yang mereka buat-buat. Padahal Islam adalah cahaya yang telah Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang Dia ciptakan untuk makhluk-Nya sebagai cahaya penerang.

Perumpamaan mereka bagaikan orang yang ingin memadamkan cahaya bulan dan matahari dengan tiupan mulut mereka. Tentu tidak akan kesampaian.

Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir Al Jaami’ li Ahkamil Quran mengatakan bahwa yang dimaksud yang hendak ditutup oleh mulut-mulut orang kafir itu dalam ayat adalah berbagai bukti nyata serta argumentasi yang menunjukkan ketauhidan. Sedangkan Allah tidak menghendaki segala sesuatu kecuali hanya menyempurnakan agama-Nya saja.

Penghinaan Nabi

Upaya pemadaman cahaya Allah, memang selalu dikerjakan oleh orang-orang kafir terhadap Islam. Antara lain melalui celaan atau hinaan kepada utusan-Nya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dengan perkara-perkara yang bermaksud mengurangi kedudukannya sebagai Rasul.

Penghinaan itu bisa berupa perkataan yang jelas-jelas merupakan penghinaan, sindiran, isyarat baik dalam bentuk gambar, kartun, lukisan ataupun lainnya.

Imam Qadhi menukil kesepakatan (ijma’) dari kalangan sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, bahwa penghinaan dengan isyarat itu sama saja dengan penghinaan terang-terangan.

Dahulu pada masa awal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendapatkan wahyu, hal seperti itu pernah dinyatakan Waraqah bin Naufal, sepupu Khadijah isteri Nabi, juga salah seorang yang awal masuk Islam dari kalangan Nasrani Mekkah.

Ia menyatakan kepada Nabi, ”Ya, Tidak ada laki-laki yang menyampaikan wahyu seperti yang engkau bawa ini melainkan akan dimusuhi.”

Hal ini pada hakikatnya adalah penjelasan bahwa perjuangan seluruh utusan Allah dan seluruh Islam pelanjutnya, akan selalu menghadapi rintangan dari musuh-musuh Islam. Baik dari golongan jin, syaitan golongan manusia atau dari sekutu mereka orang-orang munafiq dan orang-orang jahil.

Selanjutnya, pada ayat lain dikatakan bahwa adanya penghinaan terhadap Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, memang sudah pernah terjadi sejak jaman Nabi sendiri, oleh musuh-musuh Islam.

Ayat menyebutkan :

وَكَذَٲلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِىٍّ عَدُوًّ۬ا مِّنَ ٱلۡمُجۡرِمِينَ‌ۗ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ هَادِيً۬ا وَنَصِيرً۬ا

Artinya : “Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong”. (Q.S. Al-Furqan [25] : 31).

Di dalam Tafsir Departemen Agama RI diuraikan, bahwa memang seperti itulah telah Allah adakan bagi tiap-tiap Nabi musuh dari orang-orang yang berdosa, yang selalu mencemoohkan kesucian agama dan meremehkan petunjuk yang dibawa oleh Rasul-rasul kepada mereka.

Oleh karena itu janganlah engkau berputus asa ataupun merasa sendirian menghadapi tantangan-tantangan seperti itu, karena cukuplah Tuhanmu menjadi Pemimpin dan Penolongmu.

وَكَذَٲلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِىٍّ عَدُوًّ۬ا شَيَـٰطِينَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ يُوحِى بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٍ۬ زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُورً۬ا‌ۚ وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ‌ۖ فَذَرۡهُمۡ وَمَا يَفۡتَرُونَ

Artinya : “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)”. (Q.S. Al An’am [6] : 112). 

Hukuman Penghina Nabi

Menghadapi penghinaan orang-orang kafir terhadap kemuliaan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sebagai Muslim di manapun, kapanpun, apapun pekerjaan dan jabatannya, tentu akan merasa ikut tersakiti, manakala Nabinya disakiti melalui hinaan dan cemoohan.

Allah sendiri akan menurunkan azab kepada orang-orang yang telah menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknat dan menghinakannya. Seperti di dalam firman-Nya :

إِنَّ ٱلَّذِينَ يُؤۡذُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ لَعَنَہُمُ ٱللَّهُ فِى ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأَخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمۡ عَذَابً۬ا مُّهِينً۬ا

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat serta menyediakan baginya siksa yang menghinakan”. (QS. Al-Ahzab [33] : 57).

Muhammad Nasib Ar-Rifa’i   di dalam ringkasan Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa Allah berfirman dengan nada mengancam kepada orang yang menyakiti-Nya yaitu akibat menyalahi perintah-perintah-Nya, melanggar larangan-Nya, dan kekukuhannya dalam kedua perbuatan tersebut, serta menyakiti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan mencela dan menghina.

Sehubungan dengan firman Allah Ta’ala,” Sesungguhnya, orang-orang yang menyakiti Allah dan rasul-Nya.” Ikrimah berkata, “ Ayat ini diturunkan berkenaan dengan para pelukis”.

Dalam hal ini, Allah menjelaskan bahwa orang yang membenci Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam justru dia adalah orang yang hina, rendah, dan terputus dari segala kebaikan.

Allah menyebutkan pada ayat lainnya :

يَحۡذَرُ ٱلۡمُنَـٰفِقُونَ أَن تُنَزَّلَ عَلَيۡهِمۡ سُورَةٌ۬ تُنَبِّئُهُم بِمَا فِى قُلُوبِہِمۡ‌ۚ قُلِ ٱسۡتَہۡزِءُوٓاْ إِنَّ ٱللَّهَ مُخۡرِجٌ۬ مَّا تَحۡذَرُونَ (٦٤) وَلَٮِٕن سَأَلۡتَهُمۡ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا ڪُنَّا نَخُوضُ وَنَلۡعَبُ‌ۚ قُلۡ أَبِٱللَّهِ وَءَايَـٰتِهِۦ وَرَسُولِهِۦ كُنتُمۡ تَسۡتَہۡزِءُونَ (٦٥) لَا تَعۡتَذِرُواْ قَدۡ كَفَرۡتُم بَعۡدَ إِيمَـٰنِكُمۡ‌ۚ إِن نَّعۡفُ عَن طَآٮِٕفَةٍ۬ مِّنكُمۡ نُعَذِّبۡ طَآٮِٕفَةَۢ بِأَنَّہُمۡ ڪَانُواْ مُجۡرِمِينَ (٦٦)

Artinya : “Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan Rasul-Nya). Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan daripada kamu (lantaran mereka tobat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (Q.S. At Taubah [9] : 64-66).

Begitulah sifat dan sikap orang kafir dalam memusuhi Islam dan Muslimin.

Dalam kaitan ini, Imam Ibnu Hazm menerangkan, “Telah benar adanya apa yang telah kami sebutkan bahwa setiap yang menghina Allah Ta’ala ataupun mengolok-oloknya, ataupun menghina dan mengolok-olok salah satu dari malaikat-malaikat-Nya ataupun menghina dan mengolok-olok salah satu nabi dari para nabi, atau juga menghina ayat dari ayat-ayat Allah, maka hal itu menjadikan pelakunya kafir dan baginya hukuman sebagai murtad.

Hal senada dikatakan Imam Ishaq bin Rahawaih yang mengatakan, “Kaum muslimin telah bersepakat bahwa siapa saja yang menghina Allah ataupun Rasul-Nya atau menolak dari sesautu dari apa yang Allah turunkan, ataupun membunuh seorang nabi, maka ia menjadi kafir dengan perbuatan tersebut sekalipun ia mengakui seluruh apa yang Allah turunkan.“

Dalam bukunya As-Sarim al-Maslul ’ala Shatim ar-Rasul  (Pedang Terhunus Bagi Penghujat Rasul), Imam Ibnu Taimiyyah menjelaskan sebuah pelajaran penting dari Sirah Nabi Shallallahu ’Alaih Wasallam. Ibnu Taimiyyah dalam tulisan tersebut mengemukakan bahwa seorang pemuka Yahudi ahli syair warga Madinah bernama Ka’ab bin Al-Asyraf dibunuh oleh seorang sahabat Nabi Shallallahu ’Alaih Wasallam bernama Muhamad bin Maslamah. Ia dibunuh karena telah menulis puisi yang menghujat Nabi Shallallahu ’Alaih Wasallam.

Ia menegaskan dalam fatwanya menyebutkan, “Ulama-ulama berkata bahwa isyarat mencela Allah dan Rasul-Nya adalah murtad dan pelakunya wajib dipenggal sebagaimana penghinaan secara terang-terangan.

Namun, fatwa Syaikh Shalih al-Fauzan, Guru Besar Universitas Al-Imam Muhammad bin Su’ud Al-Islamiyah, Riyadh, menengahi dengan fatwanya.

Bahwa penyerangan-penyerangan, bukanlah jalan yang tepat untuk menghadapi para penghina Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam. Cara seperti ini hanya menambah kejelekan dan kebencian mereka terhadap kaum Muslimin. Tapi, hendaklah dihadapi dengan membantah kerancuan penyimpangan dan menjelaskan kesalahan mereka. Adapun menghadapi dengan kekuatan dan senjata adalah tugas Waliyyul Amr al-Muslimin (Kepemimpinan/ kaum Muslimin) dan itupun dilakukan dalam medan perang di jalan Allah ‘azza wa jalla.

Penutup

Sudah banyak bukti sejarah atas hancur dan binasanya orang-orang yang menghina Rasul dan kekasih Allah, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Alasan utama musuh-musuh Islam begitu membenci Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah karena Nabi itu menyeru kepada mengesakan Allah, sedangkan mereka tidak meyakini keesaan-Nya. Nabi juga mengajak kepada akhlak yang mulia dan agung serta menutup segala pintu menuju akhlak yang hina, sementara mereka menginginkan dunia bebas hidup tanpa akhlak. Mereka ingin hidup dalam lembah syahwat dan kehinaan.

Jadi, kewajiban kita adalah mendakwahkan, menjelaskan dan memperingatkan mereka. Berapa banyak pemikir, ilmuwan, tokoh, bahkan mereka yang pernah membenci dan menghina Islam, ketika Islam sampai kepada mereka secara jelas dan murni, tidak bisa menolak untuk mengakui akan kebenaran Islam dan mengagungkan Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wasallam, dan tidak sedikit dari mereka yang akhirnya memeluk Islam.

Raja Najasyi dari Habasyah mengakui itu dan akhirnya memeluk Islam. Heraklius Raja Romawi juga mengakui hal itu ketika menerima surat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang mengajak untuk memeluk Islam dan bersedia membantu Nabi. Hanya karena ia takut kepada penganut agamanya akan menyakiti dirinya, ia tetap dalam agamanya.

Michael Hart sejara jujur dan objektif dalam bukunya “100 Orang yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah”, meletakkan Nabi Muhammad pada urutan paling atas.

Ia mengatakan alasannya, “Saya memilih Muhammad dalam urutan teratas karena Muhammad-lah satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa, baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi”.

Kalaupun masih tetap saja dengan kekafirannya, maka membungkam kebencian mulut mereka juga tidak akan meredam apa yang ada di hati mereka.

Seperti di dalam firman-Nya :

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ بِطَانَةً۬ مِّن دُونِكُمۡ لَا يَأۡلُونَكُمۡ خَبَالاً۬ وَدُّواْ مَا عَنِتُّمۡ قَدۡ بَدَتِ ٱلۡبَغۡضَآءُ مِنۡ أَفۡوَٲهِهِمۡ وَمَا تُخۡفِى صُدُورُهُمۡ أَكۡبَرُ‌ۚ قَدۡ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلۡأَيَـٰتِ‌ۖ إِن كُنتُمۡ تَعۡقِلُونَ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu [karena] mereka tidak henti-hentinya [menimbulkan] kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat [Kami], jika kamu memahaminya”. (Q.S. Ali Imran [3] : 118).

Pekerjaan penting dan besar bagi kaum Muslimin untuk menjaga harkat dan martabat Islam dan Kaum Muslimin adalah menegakkan Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ‘Alaa Minhaajin Nubuwwah), mempersatukan seluruh potensi kekuatan kaum Muslimin yang bersifat rahmatan lil ‘alamin. Ini tanggung jawab seluruh kaum Muslimin. (T/P4/R03).

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0