Didiklah Anakmu Mencintai Al-Quds, Oleh: Ust Taufiqurrahman, Lc

بسم الله الرحمن الرحيم

Keluarga merupakan elemen paling dasar, utama dan strategis dalam melahirkan generasi muslim yang unggul, tangguh dan loyal. Ibarat bangunan, keluarga menjadi pondasi utama dalam pembangunan peradaban Islam yang kokoh. Jika unsur mendasar itu diperhatikan dengan serius, dirawat dengan tekun dan digerakkan secara radikal, niscaya akan lahir dari rahimnya para pahlawan-pahlawan muslim. Merekalah orang-orang yang layak Allah gunakan untuk memenangkan dan meninggikan agamaNya.

Bergerak membangun peradaban melalui keluarga adalah urgensi yang dihayati betul oleh para Nabi. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menanamkan visi peradaban ini melalui doa yang dia munajatkan untuk keluarga dan keturunannya.

{ رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجْعَلْ أَفْـِٔدَةً مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهْوِىٓ إِلَيْهِمْ وَٱرْزُقْهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ }

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (Ibrahim: 37)

Ayat itu mengekspresikan harapan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam agar kelak dari keturunannya ada yang merintis perjuangan membangun rumah besar umat Islam yang diantaranya melalui ibadah haji yang berpusat di Makkah.

Tapi doa Ibrahim ‘alaihissalam tidak untuk semua keturunannya, melainkan sebagian keturunannya saja, yaitu Ismail ‘alaihissalam. Syeikh As Sa’di dalam tafsirnya menjelaskan selain menempatkan sebagian dzurriyahnya di Makkah, beliau juga menempatkan dzurriyahnya yang lain di Syam, Palestina, yakni Nabi Ishaq ‘alaihissalam. Sehingga hubungan antara Ka’bah di Makkah dan Al Quds di Syam sangat kuat baik dari sisi agama maupun historis.

Di ayat lainnya beliau juga berdoa agar diutus dari salah satu keturunannya itu seorang Rasul yang memimpin umat Islam.

{رَبَّنَا وَٱبْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ}

“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (Al Baqarah: 129)

Berkah doa itu, Allah lahirkan dari garis keturunan Ismail ‘alaihissalam seorang Nabi yang menjadi rahmah untuk seluruh alam. Dialah Muhammad, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.

Syeikh As Sa’di dalam tafsirnya mengutip hadits yang Rasul mengatakan di dalamnya,

“أنا دعوة أبي إبراهيم”

“Aku adalah doa ayahku Ibrahim ‘alaihissalam,”

Visi besar peradaban umat Islam telah lama dipupuk oleh para Nabi. Namun mereka mulai itu dari elemen yang paling kecil, yaitu keluarga. Maka keluarga menjadi sasaran pertama dan utama dari misi dakwah mewujudkan visi besar itu. Maka simaklah wasiat Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kepada putra dan cucunya, Ishaq dan Yaqub serta keturunannya di ayat-ayat ini:

{ إِذْ قَالَ لَهُۥ رَبُّهُۥٓ أَسْلِمْ ۖ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ (131) وَوَصَّىٰ بِهَآ إِبْرَٰهِۦمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَٰبَنِىَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ (132) أَمْ كُنتُمْ شُهَدَآءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ ٱلْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنۢ بَعْدِى قَالُوا۟ نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ ءَابَآئِكَ إِبْرَٰهِۦمَ وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ إِلَٰهًا وَٰحِدًا وَنَحْنُ لَهُۥ مُسْلِمُونَ (133) }

“Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam. Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam. Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (Al Baqarah: 131-133)

Pun demikian dengan Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam. Beliau memulai misi dakwahnya kepada keluarganya. Beliau mengajak istri, paman dan sepupunya untuk memeluk Islam. Sebagian mereka ada yang menerima langsung, seperti Khadijah dan Ali bin Abi Thalib. Sebagian menentang keras seperti Abu Lahab hingga akhir hayatnya. Sebagian menjadi penopang dakwahnya meski tidak masuk Islam, seperti pamannya Abu Thalib. Sebagian sisanya memeluk Islam namun setelah sempat menolak bahkan melawan, seperti Abu Sufyan. Dan mereka yang memeluk Islam mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan dakwah.

Islamisasi Al Quds

Kesucian dan keberkahan Al Quds dan Masjid Al Aqsha telah lama Allah khabarkan kepada para Nabi. Di masa Ibrahim ‘alaihissalam Allah perintahkan beliau menyelamatkan agamaNya dari Raja yang dhalim ke Al Quds.

{وَنَجَّيْنَٰهُ وَلُوطًا إِلَى ٱلْأَرْضِ ٱلَّتِى بَٰرَكْنَا فِيهَا لِلْعَٰلَمِينَ}

“Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.” (Al Anbiya: 71)

Imam Jalaludin Al Mahalli dalam tafsirnya menyebut Nabi Ibrahim dan Luth ‘alaihimassalam lari menuju Syam. Ibrahim lalu mendiami Palestina sedangkan Luth mendiami Al Mutafikah.

Di masa Nabi Musa ‘alaihissalam, Allah perintahkan ia beserta kaumnya Bani Israel untuk membebaskan Al Quds dari kaum Jabbarin (bangsa Kan’an).

{ يَٰقَوْمِ ٱدْخُلُوا۟ ٱلْأَرْضَ ٱلْمُقَدَّسَةَ ٱلَّتِى كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا۟ عَلَىٰٓ أَدْبَارِكُمْ فَتَنقَلِبُوا۟ خَٰسِرِينَ (21) قَالُوا۟ يَٰمُوسَىٰٓ إِنَّ فِيهَا قَوْمًا جَبَّارِينَ وَإِنَّا لَن نَّدْخُلَهَا حَتَّىٰ يَخْرُجُوا۟ مِنْهَا فَإِن يَخْرُجُوا۟ مِنْهَا فَإِنَّا دَٰخِلُونَ (22) }

“Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. Mereka berkata: “Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya”. (Al Maidah: 21 & 22)

Di masa Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam, Allah perintahkan beliau menjadi Imam shalat bagi para Nabi di Masjid Al Aqsha melalui perjalanan ajaib dan bersejarah, Isra dan Mi’raj.

{سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ}

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al Isra: 1)

Status Al Quds sebagai tanah suci dan diberkahi menjadi alasan utama Allah perintahkan para Nabi untuk menjaganya dari berbagai penodaan dan kesyirikan. Al Quds adalah bumi Islam dan milik umat Islam. Atas dasar itu perjuangan membebaskan Al Quds adalah perjuangan menegakkan kesuciannya dari berbagai kedhaliman dan kesyirikan.

Mengapa Allah perintahkan Musa dan kaumnya mengusir bangsa Kanaan dari Al Quds? Mengapa Allah perintahkan Ibrahim mendiami Al Quds? Mengapa Allah ilhamkan Istri Imran untuk menempatkan putrinya Maryam ibunda Isa ‘alaihissalam sebagai muharrar di Al Aqsha? Mengapa Allah Israkan Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam ke Al Aqsha sebelum ia dimi’rajkan ke Sidratul Muntaha?

Jawaban dari semua pertanyaan itu adalah agar umat Islam terus menjaga kesucian dan kemuliaan Al Quds. Jangan sampai kita penganut diin yang hanif itu membiarkan ada simbol-simbol kesyirikan di Al Quds. Jangan sampai kita memalingkan muka dari penodaan-penodaan di sana.

Maka spirit utama yang mendasari perjuangan pembebasan Al Quds adalah ruh Tauhid. Oleh sebab itu, para Nabi menanamkan inti dari agama Islam itu kepada keluarga. Jika keluarga merupakan sasaran pertama dan utama dari dakwah maka Tauhid adalah materi pertama dan utamanya. Dan itulah manhaj dakwah yang kita warisi dari para Nabi.

Didik Anakmu Cinta Al Quds

Pendidikan anak yang menanamkan kecintaan terhadap syiar-syiar agama Islam sejak usia dini menjadi begitu penting bagi pertumbuhan Aqidah mereka. Dan orang tua berperan besar dalam menjalankan misi itu. Dan itu dilakukan melalui intensitas interaksi dan komunikasi antara keduanya.

Simaklah betapa banyak Al Qur’an merekam percakapan-percakapan antara orang tua dan anaknya. Dan jelas bukan percakapan biasa. Komunikasi diantara mereka sarat muatan aqidah, ibadah dan akhlak. Sebut saja percakapan antara Lukman dengan putranya dalam surat Lukman ayat 13-19. Di dalamnya mengandung ajaran tauhid, ibadah dan akhlak.

Begitu juga percakapan antara Ibrahim dengan putranya yang tercecer di banyak ayat dalam Al Qur’an. Selain yang penulis sebut di bagian pertama tulisan ini juga salah satunya seperti tercantum dalam Ash Shaffat: 102. Ayat itu begitu jelas memperlihatkan pengorbanan yang begitu besar dari keduanya demi menegakkan perintah Allah Ta’ala.

Dalam kaitannya dengan penanaman cinta Al Quds yang merupakan salah satu syiar Islam, kita sebagai orang tua dapat mengenalkan terlebih dahulu kisah-kisah heroik para pahlawan pembebas Al Quds kepada putra-putri kita. Metode berkisah ini adalah salah satu uslub yang Allah gunakan dalam Al Qur’an dalam menyampaikan ajaran agamaNya. Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam pun kerap menggunakan metode ini. Dan kisah heroik sangat efektif membangun semangat pembelaan dan perjuangan dalam diri anak.

Upaya lainnya bisa dilakukan dengan mengenalkan tiga masjid suci umat Islam melalui gambar atau video. Anak-anak sangat mudah tertarik dengan gambar atau video. Orang tua perlu mendampingi dengan menjelaskan kedudukan ketiga masjid itu dan kondisi saat ini. Serta membangun harapan untuk bisa mengunjunginya.

Selain itu kita bisa melibatkan mereka pada beragam kegiatan yang membangun kedekatan dan kepedulian terhadap Al Quds dan kaum muslimin di sana. Diantaranya dengan mengajak mereka berdonasi untuk perjuangan Al Quds, mengikuti acara lomba peduli Al Quds dan lain-lain.

Terakhir kita bisa mengenalkan mereka tentang Al Quds melalui buku atau majalah. Mendekatkan buku dengan anak perlu dilakukan sejak mereka masih dini dan belum usia membaca. Kedekatan ini sangat efektif menumbuhkan kegemaran mereka membaca buku dan majalah. Maka orang tua dapat memilihkan diantara buku atau majalah itu tema-tema seputar Al Quds. Wallahu’alam bis showab. (L/RA2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Widi Kusnadi

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.