Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diplomasi Turki, Bandara Attaturk dan Israel

Rudi Hendrik - Rabu, 20 Juli 2016 - 18:50 WIB

Rabu, 20 Juli 2016 - 18:50 WIB

558 Views

Serangan bom di beberapa lokasi di Turki akhir-akhir ini mengejutkan. betapa tidak, Turki, sebagai negara tetangga Suriah, berbatasan langsung dengan ancaman ISIS dan militan Kurdi atau dikenal dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang mendominasi wilayah timur tenggara Turki.

Serangan bom bunuh diri terbaru seperti yang terjadi di bandara Attaturk menyebabkan setidaknya 45 orang tewas dan puluhan lainnya terluka. Meskipun tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan ini, namun Turki menyalahkan insiden dilakukan militan ISIS.

Selain Attaturk, di Turki telah terjadi setidaknya enam serangan dalam semester awal 2016. Empat diantaranya terjadi di beberapa lokasi di kota tua Istanbul dan dua lainnya di Ankara. Dari beberapa serangan bom itu, pemerintah mengklaim adanya serangan yang dilakukan PKK, selain ISIS.

Pengamanan Attaturk kini lebih diketatkan guna mencegah kembalinya insiden yang tidak diharapkan. Untuk melihat lebih jauh kemelut tiga pihak (pemerintah Turki, ISIS, dan PKK) tersebut, Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melakukan wawancara jarak jauh dengan jurnalis senior di Turki yang fokus pada bidang diplomasi dan politik Turki, Merve Sebnem Oruc. Dia adalah seorang Managing Director di online journalism, komentator dan kolumnis di Turki. Merve juga memiliki kolom tetap di media Turki seperti Yeni Safak dan Daily Sabah. Merve fokus menulis di bidang politik dan Diplomasi Turki, hubungan Arab-Israel dan politik Timur Tengah. Berikut petikan wawancaranya:

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

MINA: Bagaimana kondisi bandara Attaturk saat ini? Dapatkah dikatakan bahwa bandara sekarang dalam keadaan aman?

Merve: Bandara Ataturk di Istanbul sudah kembali ramai saat ini. Tentu saja usaha pengamanan telah ditingkatkan tapi dapat kita katakan bahwa bandara saat ini dalam keadaan aman. Saya tidak dapat mengatakan keamanan dapat dijamin di manapun di dunia saat ini. Ancaman ISIS merupakan hal baru dalam hal terorisme dan mereka mengancam setiap orang, di manapun, dan sebuah serangan teror baru dapat terjadi kapanpun, seperti yang anda ketahui, seminggu setelah bandara Attaturk diserang, terdapat sedikitnya tiga serangan teror di Saudi Arabia, termasuk teror yang mengguncang kota suci Madinah.

Ada juga serangan teror Bagdhad yang menewaskan ratusan jiwa hanya dalam satu serangan. Dan sebelumnya kita juga telah menyaksikan serangan yang terjadi di Eropa, Perancis, bahkan di Indonesia. Jadi harus kita akui bahwa saat ini tidak ada tempat yang dapat dijamin dengan total keamanannya.

MINA: Telah dikatakan bahwa hanya diperlukan waktu 12 jam untuk membuka kembali Bandara Attaturk. Apakah 12 jam itu cukup untuk menyisir bandara dan daerah sekitarnya?

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El-Awaisi (3): Kita Butuh Persatuan untuk Bebaskan Baitul Maqdis

Merve: Yah, Sekarang ini bahkan sudah lebih dari 10 hari. Dan sekarang semuanya baik-baik saja di Bandara dan sekitarnya jadi saya aykin bahwa para petugas telah mengerjakan tugas mereka dengan sebaik mungkin. Mereka tidak terdesak untuk segera membuka kembali Bandara akan tetapi mereka melakukannya dengan cepat. Ini terjadi karena petugas di Turki yakin bahwa kepanikan dan membiarkan teroris menghentikan kehidupan hanya akan memberikan apa yang para teroris inginkan. jadi mereka melakukan seluruh daya upaya untuk tidak memberikan kepuasan terhadap para pelaku teror.

MINA: Sekarang, dengan adanya hubungan yang membaik antara Turki dan Rusia, dan fakta bahwa Rusia mengklaim negara tersebut memerangi ISIS dan sudah mendapat banyak pencapaian, apakah hal ini akan mempengaruhi kesuksesan Turki dalam memerangi terorisme di Turki?

Merve: Bukan hanya negara timur tengah atau negara-negara tetangga, akan tetapi sebenarnya semua negara harus saling meningkatkan hubungan untuk memerangi terorisme. Akan tetapi koordinasi yang riil nya akan terlaksana apabila negara-negara ini mengesampingkan perbedaan mereka dalam menghadapi organisasi teroris. Sebagai contoh, PYD, yang merupakan sempalan dari PKK, dan PKK sendiri merupakan sebuah ancaman teror yang dahsyat bagi negara Turki, akan tetapi banyak negara di Eropa termasuk Rusia dan AS telah menutup mata akan hal ini.

PKK, yang terdaftar sebagai organisasi teroris di banyak negara termasuk di UE dan AS merupakan organisasi yang menjadi dalang dari berbagai serangan teror di Turki, akan tetapi negara tetangga dan juga negara yang memiliki hubungan dekat dengan Turki tidak ingin membuka mata. Kesuksesan dalam memerangi terorisme hanya akan tercipta ketika kita dapat berhenti dari memfasilitasi beberapa organisasi teror dan di sisi lain melihat organisasi teror lainnya sebagai satu-satunya ancaman yang harus dilawan.

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis

Itulah sebabnya kita harus melihat apakah Rusia akan peduli dengan kekhawatiran Turki. Selain itu, klaim Rusia yang telah mendulang hasil dari memerangi ISIS bertolak belakang dengan data yang ada di lapangan, yang mengungkapkan bahwa Rusia hanya menolong rezim Assad memerangi oposisi di zona zona yang tidak didiami oleh ISIS. Jadi kita harus melihat aksi mereka, bukan hanya janji mereka.

MINA: Mengenai normalisasi hubungan dengan Israel, apakah Turki diberikan kebebasan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza? Apakah keluarga Syahid Mavi Marmara menyetujui perjanjian antar kedua negara? Apakah Turki akan dapat mengirimkan bantuan ke Gaza bila keluarga syahid Mavi Marmara menolak kompensasi? Dan apakah janji Israel dapat dipercaya?

Merve: Lady Leyla, kapal laut yang mengangkut 11.000 ton bantuan kemanusiaan untuk Gaza telah berlayar dari Mersin yang merupakan pelabuhan di selatan Turki dan telah tiba di Ashdod Israel. Kita harap hal ini merupakan langkal awal dan semoga kapal-kapal laut yang berisi bantuan tidak akan memenui kendala dalam menyalurkan bantuan ke Gaza. Apabila bantuan dapat dengan mudah tiba di Gaza, saya rasa keluarga syahid Mavi Marmara tidak akan keberatan dengan perjanjian yang dilakukan antara Turki dan Israel.

Jalur Gaza memang masih berada dalam blokade dan kita semua ingin melihat blokade ini diangkat akan tetapi situasi di seluruh kawasan saat ini mengharuskan kita untuk mencapai sebuah kesepakatan mengenai, setidaknya sebagian dari konflik dan masalah antar negara. Saya rasa tidak akan ada yang berpikir bahwa Israel dapat dipercaya begitu saja, terutama dalam janji-janji nya mengenai Gaza dan palestina. Akan tetapi Turki bukanlah sebuah negara yang dapat dijebak dengan mudah. Perjanjian ini didiskusikan bertahun-tahun lamanya. Saya yakin Turki sangat rinci ketika melakukan negosiasi. Pada akhirnya sebuah solusi telah dicapai, dan mari kita doakan bersama agar hal ini dapat meringankan penderitaan sakit dan derita Gaza.

Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina

MINA: Apa yang menjadi perbedaan mencolok antara Ahmed Davugtoglu dan BInali Yildirim? Kita maklumi bersama bahwa Yildirim ingin memperbaiki hubungan dengan negara tetangganya, akan tetapi bukankah Davugtoglu, bahkan ketika masih menjabat sebagai menteri luar negri, memiliki kebijakan untuk tidak bermusuhan dengan negara tetangga?

Merve: Saya yakin bahwa pengunduran diri Ahmed Davugtoglu yang digantikan oleh BInali Yildirim sebagai perdana menteri terjadi lebih karena masalah internal partai. Davugtoglu dan juga semua anggota AKP tidak merasa senang sebenarnya dengan kebekuan hubungan Turki dengan Rusia. Feridun Sinirlioglu, diplomat di kementrian luar negri Turki, telah dikirim oleh Ahmed Davugtoglu unutk bernegosiasi dengan Israel. Jadi Davugtoglu bukanlah orang yang menghalangi perundingan Turki dengan Israel. Seperti yang saya katakan tadi saya lebih percaya bahwa masalah internal partailah yang menyebabkan pengunduran diri Davugtoglu.

MINA: Segenting apa sebenarnya keamanan nasional Turki saat ini? Banyak orang yang terkejut ketika mereka mendapati Erdogan memberikan pernyataan terakhirnya mengenai Mavi Marmara. Menurut anda, apa dampak dari pernyataan Erdogan ini terhadap popularitasnya di dalam negeri? Apakah ada sesuatu yang lain di bali pernyataannya?

Merve: Saat ini Turki sedang memerangi teror PKK dan ISIS di satu sisi dan juga sedang mencari solusi dari beberapa masalah seperti adanya jutaan pengungsi di dalam Turki, beban ekonomi yang ditimbulkan, dan juga perang saudara di negara tetangganya. Dalam waktu yang sama, negara ini juga menghadapi kampanye hitam yang dilakukan oleh media mainstream internasional. Tentu saja menghadapi ini semua bukanlah hal yang mudah akan tetapi Turki sedang melakukan yang terbaik untuk menghadapi semua permasalahan ini.

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (1): Peran Strategis Indonesia dalam Pembebasan Baitul Maqdis

Kehidupan sehari-hari rakyat Turki tidak terpengaruh, mereka tetap pergi berlibur, merayakan hari raya, dan kehidupan mereka berlangsung dengan normal. Akan tetapi pemerintah berkewajiban untuk membuat rakyat dapat hidup normal seperti ini. Hal ini tidak mudah, itu sebabnya Turki meningkatkan usaha pengamanan negara dan menciptakan pengaturan-pengaturan yang diperlukan dalam hal kebijakan luar negri.

Saya yakin bahwa setiap orang yang melihat cukup dalam pada kondisi kritis kawasan di sekitar Turki akan mengerti mengapa Erdogan harus mengorbankan beberapa hal. apabila prasangka ideologi ini berpengaruh terhadap pandangan masyarakat luas terhadap Turki dan Erdogan, maka tentu saja mereka akan berpikir bahwa Erdogan sedang mengganti haluan. Tetapi bukan itu yang sebenarnya terjadi.(R04/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel

Rekomendasi untuk Anda