Dorong Dunia Kesehatan, Menristekdikti Beri SK STIKES KHAS Kempek Cirebon

, MINA – Menteri Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi () Mohammad Nasir memberikan Surat Keterangan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (SK STIKES) KHAS Kempek, Cirebon, Jawa Barat pada Rabu malam (22/5) untuk mendorong dunia kesehatan.

STIKES KHAS Kempek ini yang dibangun oleh yayasan KHAS (Kiayi Haji Aqil Siraz) berdiri di atas tanah dengan 10.200 meter persegi dengan dua program studi, yaitu Studi Farmasi dan Studi Gizi.

“Saya sudah tiga kali datang di Pondok Pesantren KHAS Kempek ini. Saya datang ke sini atas permintaan bapak Mustofa Aqil Said (Pengurus Yayasan KHAS). Alhamdulillah, pada hari ini saya bawa SK-nya Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan KHAS dan ini tidak tanggung-tanggung,” ujarnya saat memberikan arahan penyerahan SK STIKES KHAS kepada pengurus Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon.

Ia melanjutkan, program studi farmasi yang berurusan masalah obat-obatan, supaya para santri dapat mempelajari obat, sehingga dapat menghasilkan inovasi yang menggunakan bahan dari lokal.

“Obat yang ada 92 persen bahan-bahannya bukan dari Indonesia, bahan impor, kalau pun diproduksi di Indonesia tapi yang punya resep komposisi obatnya adalah orang dari luar negeri. Maka kalau ini ada di STIKES KHAS Kempek, insya Allah para santriwan dan santriwati akan bisa menghasilkan inovasi (temuan), barangkali obat-obatan dari bahan lokal bisa hasilkan dari santri Kempek ini,” harap Nasir di hadapan para santri.

Ia berharap dengan adanya kedua program studi ini diharapkan mampu meningkatkan kesehatan anak bangsa terutama para santri, lingkungan dan masyarakat Cirebon.

Nasir juga mengingatkan bahwa santri harus pandai dengan terus belajar baik untuk kelimuan agama maupun akhirat.

“Saya ingatkan kepada para santri, santri itu harus pinter, tidak boleh bodoh. Kata Imam Ghozali, umat Islam harus menguasai ilmu yang berurusan agama dan ilmu yang berurusan dengan dunia. Maka kata Imam Ghozali kita harus merangkai dua sudut dari ilmu dunia dan akhirat. Ini harus ada di diri para santri,” katanya.

Menurut data Kemenristekdikti Mahasiswa Indonesia yang berusia 18-23 tahun, baru 34,58 persen, sebelumnya tahun 2014 ada 29 persen.

“Kalau ini kita kawal terus, ke depan kesehatan bangsa Indonesia meningkat. Jika dibandingkan dengan negara tentangga (tahun 2014) di Malaysia 40 persen, Singapura di angka 80 persen. Indonesia 29 persen. Saya harus bekerja keras untuk ini, Maka saya gerakkan dari pondok pesantren karena background saya dari pesantren juga. Makanya saya akan dorong semua pesantren di Indonesia dari Aceh sampai Papua santri harus pinter,” ujarnya.

Ia menambahkan, maju atau mundurnya sebuah bangsa tergantung pada anak muda, untuk itu pemerintah terus mendorong anak bangsa Indonesia untuk meningkatkan dan memajukan pendidikan sehingga mampu bersaing di kencah dunia. (L/R10/R01)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.