* Wawancara eksklusif MINA dengan Duta Besar Mesir untuk Indonesia, Bahaa Dessouki
Jakarta, 21 Jumadil Akhir 1434/1 Mei 2013 (MINA) – Duta Besar Mesir untuk Indonesia, Bahaa Dessouki menyerukan kepada umat Islam di mana pun berada untuk bersatu membantu perjuangan rakyat Palestina serta membebaskan Masjid Al-Aqsha dari cengkeraman Israel. Hal itu diungkapkannya dalam wawancara eksklusif dengan wartawan Kantor Berita Islam Mi’raj News Agency (MINA) di Jakarta, Senin (29/4). Berikut adalah petikan wawancaranya :
Mi’raj News Agency (MINA) : Menurut Anda, apa yang harus dilakukan oleh kaum muslimin untuk membebaskan Palestina?
Dubes Mesir : Palestina dan Al-Aqsha adalah isu utama yang menjadi prioritas pemerintah Mesir. Untuk membebaskan Al-Aqsha dan Palestina, Umat Islam harus bersatu atas nama Islam. Kita harus menanggalkan segala perbedaan antara kita.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Saat ini Mesir telah mengusahakan untuk bisa mempersatukan faksi-faksi di Palestina. Kami melakukan mediasi dalam bentuk rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah untuk membentuk pemerintahan nasional Palestina dan mereka telah bersepakat untuk membentuknya dengan mengadakan pemilu.
Umat Islam di mana pun mereka berada harus bahu-membahu dalam hal ini. Al-Aqsha bukan hanya milik rakyat Palestina saja, tetapi milik kaum muslimin di mana pun mereka berada.
MINA : Bagaimana perkembangan terakhir rekonsiliasi Hamas-Fatah yang dimediasi pemerintah Mesir?
Dubes Mesir : Kondisi terakhir rekonsiliasi tersebut adalah Khalid Misy’al selaku kepala Biro Politik Hamas telah menghubungi Presiden Palestina, Mahmoud Abbas selaku pimpinan Fatah bahwa ia telah menyetujui untuk melaksanakan pemilu dan pembentukan pemerintahan Persatuan Palestina.
Kedua belah pihak (Hamas-Fatah) telah menyepakati untuk membentuk sebuah pemerintahan baru yang merupakan penyatuan antara Hamas dan Fatah. Caranya adalah dengan mengadakan pemilihan umum nasional.
Dalam pemilu itu mereka akan memilih presiden, parlemen, dan dewan nasional Palestina. Pemerintah Mesir akan mengawal proses rekonsiliasi itu dan kami semua berharap hal itu menjadi langkah maju untuk Palestina yang lebih baik.
Kita tahu bahwa Hamas melaksanakan pemilihan internal yang mengangkat Misy’al kembali menjadi kepala biro Politiknya. Namun, Hamas saat ini sudah lebih baik dari sebelumnya dan mereka menunjukkan niat baik untuk melaksanakan pemilu nasional Palestina.
MINA : Beberapa hari lalu, Israel menyerang Gaza lagi, padahal sudah ada perjanjian damai antara Israel-Hamas yang diprakarsai Mesir. Apa tanggapan Anda?
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
Dubes Mesir : Sebenarnya perjanjian tersebut adalah perjanjian negosiasi dalam pembicaraan. Tidak ada perjanjian tertulisnya. Dalam negosiasi tersebut, antara Hamas dan Israel sepakat jika salah satu pihak menerima serangan, maka keduanya boleh melakukan serangan balasan yang sama.
Artinya adalah, jika Israel menyerang lebih dulu, maka Hamas boleh melakukan serangan balasan yang sama. Demikian sebaliknya, jika Hamas menyerang lebih dulu, maka Israel boleh melakukan serangan balasan.
Kalau saat ini ada serangan dari Hamas atau Israel, itu artinya ada serangan lebih dulu dari salah satu pihak dan kejadian beberapa hari lalu bukan merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan. Seperti itulah kesepakatannya.
Pemerintah Mesir melakukan mediasi tersebut untuk kepentingan seluruh rakyat Palestina, bukan mewakili salah satu faksi atau organisasi Palestina.
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
MINA : Tentang isu penutupan terowongan yang dilakukan Mesir sehingga menyebabkan harga barang-barang di Gaza melambung, bagaimana Anda menjelaskan hal itu?
Dubes Mesir : Berkaitan dengan masalah tersebut, kami lebih membuka alternatif pintu Rafah dan mengijinkan konvoi kemanusiaan masuk melalui pintu itu. Langkah itu kami lakukan sejak awal pergantian presiden Husni Mubarak ke Presiden Muhammad Mursi hingga sekarang. Jadi masalah distribusi barang ke Gaza, tidak ada masalah.
Pemerintah Mesir saat ini juga mendesak Israel untuk terus membuka pintu Kareem Abu Salem di sebelah selatan Gaza 24 jam agar arus barang dari Tepi Barat bisa masuk juga ke Gaza. Selama ini pintu tersebut masih di bawah kontrol Israel. Mudah-mudahan dengan semakin banyaknya pintu perbatasan yang dibuka, akses barang ke Gaza akan semakin mudah dan murah.
MINA : Beberapa hari lalu, Menteri Pertahanan AS, Chuck Hagel berkunjung ke Mesir. Isunya mereka ingin menjual senjata ke negara-negara Timur Tengah, termasuk Mesir. Bagaimana tanggapan Anda?
Dubes Mesir : Sebenarnya dalam bidang militer, Mesir menjalin hubungan kerjasama dengan negara mana saja, termasuk negara-negara Barat dan Timur. Persenjataan Mesir juga dari berbagai negara.
Jual beli senjata untuk keperluan keamanan dan kebutuhan militer suatu negara adalah wajar, tidak terbatas untuk suatu negara. Mesir juga melakukan hal itu seperti halnya negara lain. Saya pikir, itu bukan suatu hal yang aneh.
Tidak ada kecenderungan apapun dari pemerintah Mesir dengan kerja sama itu. Kami melakukannya sesuai prosedur dan tidak ada tujuan kecenderungan politik kepada negara manapun.
MINA : Mengenai isu Suriah, apa langkah pemerintah Mesir untuk menyelesaikan konflik itu?
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
Dubes Mesir : Pemerintah Mesir menekankan agar penyelesaian dilakukan dengan jalan damai, tanpa kekerasan dan cara-cara militer. Negara-negara kuat di kawasan Timur Tengah punya peran penting untuk mengakhiri tragedi di Suriah.
Itu sebabnya diperlukan sebuah kerjasama yang mendalam, salah satunya dengan Iran dan mereka juga harus ambil bagian untuk menciptakan solusi konflik Suriah. Dengan berakhirnya pertumpahan darah di Suriah maka akan membuka masa depan demokrasi dan menciptakan persatuan di Suriah. Perang yang terus terjadi di wilayah Suriah hanya akan menyebabkan kemunduran tajam pada situasi di seluruh wilayah Timur Tengah.
Berdasarkan data PBB, krisis di Suriah pecah pada Maret 2011 lalu, setelah gelombang protes besar menuntut Assad mundur dari jabatannya. Sejak saat itu, sejumlah kelompok melancarkan perang melawan militer Suriah. Hingga kini, korban tewas dari pihak sipil dan militer Suriah telah lebih dari 70 ribu orang.
MINA : Apa pesan Anda bagi umat Islam di Indonesia khususnya dan di dunia pada umumnya, dalam rangka membantu perjuangan rakyat Palestina dan membebaskan Masjid Al-Aqsha?
Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya
Dubes Mesir : Saya tahu rakyat Indonesia sangat besar kepedulianya terhadap perjuangan rakyat Palestina dan Masjid Al-Aqsha. Berbagai kegiatan dan acara dalam rangka solidaritas perjuangan Palestina dan Masjid Al-Aqsha diadakan di berbagai wilayah Indonesia.
Kita perlu mensinergikan antara satu dan lainnya agar menjadi kekuatan bersama dan masyarakat internasional untuk bisa menekan Israel.
Saat ini satu-satunya penjajahan di dunia ini hanya terjadi di Palestina dan Israel adalah penjajahnya. Saya yakin dengan persatuan itu, Palestina dan Masjid Al-Aqsha akan bisa dibebaskan. Masjid Al-Aqsha bukan milik rakyat Palestina saja akan tetapi milik kaum muslimin seluruh dunia.
Pemerintah Mesir saat ini juga mengupayakan agar rakyat Palestina bisa bersatu. Kami juga menyeru kepada kaum muslimin sedunia untuk bersatu dan meninggalkan perbedaan-perbedaan yang ada di antara mereka.
Baca Juga: Basarnas Siapkan Sumber Daya yang Siap dan Sigap
MINA : Mengenai krisis ekonomi yang terjadi di Mesir, bagaimana langkah pemerintah Mesir untuk mengatasi hal itu?
Dubes Mesir : Sebagaiman sebuah negara yang mengawali proses reformasi, wajar apabila kondisi ekonominya belum begitu bagus. Mesir saat ini sedang dalam proses transisi menuju pemerintahan yang demokratis. Hal itu ditandai saat pergantian kepemimpinan dari Husni Mubarak kepada Muhammad Mursi.
Seperti halnya terjadi di Indonesia 15 tahun lalu, kondisi ekonomi di Indonesia juga tidak stabil. Indonesia setidaknya membutuhkan waktu lima tahun untuk memulihkan kondisi ekonominya.
Saat ini Mesir baru dua tahun menjalani proses transisi itu. Kami yakin dalam beberapa tahun ke depan kondisi ekonomi Mesir pun akan segera membaik. Kami juga melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga ekonomi international untuk bisa membantu dan memulihkan kondisi ekonomi kami. (L/P01/P02/P04/R1).
Mi’raj News Agency (MINA)