Jakarta, MINA – Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengatakan, kemesraan yang ditunjukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang diinisiasi atlet Pencak Silat Hanifan Yudani Kusumah, dalam pertandingan Asian Games 2018 adalah momen yang meneduhkan.
“Hanifan membawa pesan perdamaian ditengah-tengah situasi politik yang tengah memanas. Langkah pesilat Hanifan yang memeluk Jokowi dan Prabowo itu sebagai momen yang damai,” kata Fahri beberapa waktu lalu. Demikian keterangan pers DPR RI yang dikutip MINA, Sabtu (1/9).
Fahri menambahkan, momen yang begitu mesra tersebut membuat banyak masyarakat yang terpukau, seolah-olah kedamaian dan persahabatan itu sesuatu yang mahal. Namun, ia mengingatkan agar tidak terjebak seolah tidak boleh nampak berbeda pendapat oleh pemerintah, tapi harus terus memeluk.
Fahri menuturkan kritik dalam berdemokrasi adalah hal yang lumrah, khususnya kepada pemerintah karena dialah yang menjalankan amanah rakyat yang begitu besar.
“Justru itu esensinya, sebab oposisi dalam negara berdemokrasi adalah suatu keniscayaan yang tidak boleh dilupakan,” ujarnya.
“Karena justru Indonesia ini menderita begitu panjang dan lama karena hilangnya tradisi kritik. Dijaman kolonial tidak ada kritik, akibatnya kita dijajah dalam tempo yang lama sampai kemudian kita lakukan perjuangan bersenjata. Kenapa bersenjata, karena Belanda tidak mau berdialog,” sambung Fahri.
Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar
“Dialog dan kritik dalam tradisi demokrasi adalah sesuatu kewajiban dan suatu keniscayaan. Karena dalam demokrasi itu bisa saling menasehati, dan saling mengkritik,” pungkasnya. (R/R05/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menko Budi Gunawan: Pemain Judol di Indonesia 8,8 Juta Orang, Mayoritas Ekonomi Bawah