FENOMENA TELAT NIKAH, SEBAB DAN SOLUSI

MENIKAHoleh: Bahron Ansori (Redaktur MINA)

Adalah Grace Gelder, seorang wanita asal Inggris memutuskan untuk menikahi dirinya sendiri pada 16 Maret 2014 lalu. Layaknya pengantin kebanyakan, wanita yang berprofesi sebagai fotografer itu juga melakukan tradisi-tradisi dan seluruh prosesi pernikahan seperti mengenakan gaun putih sampai diakhiri dengan melempar bunga.

Seperti yang dikutip dari wolipop.detik.com, Grace melakukan ide anehnya itu bukan tanpa sebab. Menurut pengakuannya, ia memutuskan untuk menikahi dirinya karena sudah lelah mencari pasangan hidup selama enam tahun. Grace putus asa dalam menemukan calon suami, dan ia terinspirasi setelah mendengarkan lagu dari penyanyi Bjork yang berjudul Isobel.

Saat itu, Grace tengah duduk di bangku taman Parliamen Hill, London dan mendengarkan lagu dengan lirik yang berbunyi, “I’m Isobel, I’m married to myself.” Dari situlah wanita yang juga seorang pembuat film itu mulai terpikir untuk melangsungkan pernikahan dengan dirinya sendiri. Akhirnya, Grace pun memutuskan untuk menikahi dirinya sendiri di sebuah desa yang dihadiri oleh teman-temannya.

Kisah nyata tersebut sungguh memilukan, sebab itu merupakan bentuk ekspresi kebablasan dari seorang wanita yang sudah lama berpetualang mencari seorang suami. Waktu enam tahun tentu masa yang lama bagi seorang wanita untuk mencari calon suami. Jika sudah begitu, lalu siapa yang harus bertanggungjawab?

Fenomena bertambahnya jumlah wanita yang terlambat (perawan tua) menjadi satu perkara yang menakutkan saat ini, mengancam kebanyakan pemudi-pemudi di masyarakat kita, bahkan di seluruh dunia.

Selain kisah Grace, berikut adalah ungkapan jujur sekaligus memilukan dari seorang perawan tua untuk semua lelaki. Surat itu dimuat oleh Majalah Al-Usrah edisi 80 Dzulqa’dah 1420 H silam di Madinah Munawaroh. Berikut isi surat tersebut.

Surat Dari Seorang Perawan Tua Kepada Semua Laki-Laki

”Semula aku sangat bimbang sebelum menulis untuk kalian karena ketakutan terhadap kaum wanita karena saya tahu bahwasanya mereka akan mengatakan bahwa aku ini sudah gila, atau kesurupan. Akan tetapi, realita yang aku alami dan dialami pula oleh sejumlah besar perawan-perawan tua, yang tidak seorang pun mengetahuinya, membuatku memberanikan diri. Saya akan menuliskan kisahku ini dengan ringkas.

Nikahilah kami, lindungilah kami, sayangilah kami (terhindar) dari neraka perawan tua…

Ketika umurku mendekati 20 tahun, aku pernah mengimpikan seperti gadis lainnya, untuk mendapatkan seorang pemuda (ikhwan) yang konsisten dengan agamanya, berakhlak mulia, ketika itu akupun mulai menyusun pikiran dan angan-angan, dan bagaimana cara mendidik anak kami, dan… dan… seterusnya.

Aku adalah termasuk orang yang memerangi –semoga Allah melindungi dari sikap itu- sehingga, semata-mata mereka mengatakan kepadaku: si fulan menikah lagi, aku lepas kontrol, sehingga aku melaknat laki-laki itu, dan mengatakan, kalau aku di posisi istrinya aku akan melakukan seperti apa yang dilakukan kepadaku.

Dan aku selalu berdebat dengan saudara laki-lakiku, dan terkadang dengan pamanku tentang poligami, mereka berusaha untuk meyakinkan aku untuk menerimanya, namun aku tetap berkeras kepala dan tidak ingin menerimanya, akupun mengatakan kepada mereka, “Mustahil wanita lain menyertaiku dalam suamiku.”

Terkadang, aku menjadi penyebab (aktor) dalam pertingkaian antara suami dan istri, karena suaminya ingin menikah lagi, dan akupun memprovokasinya sehingga ia memberontak kepada suaminya.

Hari-hari pun berlalu, sedengankan aku menunggu dan menunggu lelaki (ikhwan) impianku, namun tak kunjung datang, aku selalu menunggu sementara umurku sudah mendekati 30 tahun.

Ya Allah, apa yang aku lakukan? Apakah aku keluar dan mencari lelaki (penganten laki-laki), aku tidak bisa, mereka akan mengatakan, tidakkah perawan tua itu malu? Lalu apa yang aku lakukan? Tiada lain bagiku kecuali penantian. Pada suatu hari, aku duduk, dan mendengar selah seorang wanita mengatakan: si fulanah sudah menjadi perawan tua, akupun mengatakan dalam hatiku, wah… sangat kasihan si fulanah itu dia telah menjadi pertua, namun… si fulanah yang mereka maksud itu adalah diriku.

Ya Allah, tahunya namaku yang mereka sebut, aku sudah menjadi perawan tua? Shok dan trauma kuat sekali, bagaimanapun aku menggambarkannya kalian tidak akan bisa merasakannya, aku sudah berada di depan realita, aku adalah perawan tua.

Akupun mulai menghitung-hitung, apa yang akan aku lakukan, sementara waktu terus berjalan, hari-hari terus berlalu, aku ingin berteriak, aku ingin seorang suami, aku ingin seorang laki-laki dimana aku berdiri di naungannya, yang akan membantuku dan memenuhi kebutuhanku, aku ingin hidup, aku ingin punya anak, aku ingin menikmati hidupku.

Suatu hari, kakak lelakiku mendatangiku dan berkata, “Hari ini telah datang seorang lelaki untukmu, tapi aku telah menolaknya.” Dengan spontanitas aku berkata, “Kenapa? Kakaku mengatakan, “Karena ia ingin menjadikanmu istri kedua dan aku tahu kamu memerangi poligami.” Hampir saja aku berteriak di hadapan. “Kenapa kakak tidak menyetujuinya? Aku rela untuk menjadi istri kedua, atau ke tiga, atau keempat.”

Sekarang aku mengatahui hikmah Allah dalam berpoligami, ini adalah satu hikmah yang telah membuatku menerimanya, bagaimana dengan hikmah yang lain?? Ya Allah, ampunilah dosaku, sungguh aku tidak mengetahui.”

Seruan ini aku tujukan kepada kaum laki-laki, aku katakan kepada kalian: berta’addudlah, menikahlah satu, dua, tiga dan empat, dengan syarat (ada kemampuan dan bersikap adil), selamatkanlah kami dari neraka perawan tua, kami adalah manusia, kami merasakan, kami pilu, lindungilah kami, sayangilah kami.

Aku juga menyerukan kepada saudariku muslimah yang telah menikah….. Sanjunglah Allah atas nikmat ini, karena ukhti belum pernah merasakan neraka menjadi perawan tua, aku berharap janganlah ukhti marah jika suami ukhti ingin menikah lagi dengan wanita lain, janganlah anda halangi dia, akan tetapi doronglah ia.

Aku tahu, bahwa ini sulit bagimu, akan tetapi, harapkanlah pahala di sisi Allah, lihatlah kondisi saudarimu yang perawan tua, janda , janda ditinggal mati suami, siapakah yang mendampingi mereka? Anggaplah dia saudarimu, anda akan meraih anugerah yang besar disebabkan kesabaranmu…

Mungkin ukhti mengatakan kepadaku, seorang pemuda akan datang, dan akan menikahinya. Maka aku mengatakan kepada ukhti: “lihatlah sensus penduduk, sesungguhnya jumlah wanita jauh lebih banyak daripada laki-laki, jika setiap laki-laki menikahi seorang wanita saja, pastilah kebanyakan wanita akan menjadi perawan tua, janganlah ukhti memikirkan diri sendiri saja, akan tetapi pikirkanlah kami. Anggaplah dirimu berada dalam posisinya”.

Engkau mungkin juga mengatakan, “Semua itu tidak penting bagiku, yang penting suamiku tidak menikah lagi.” Aku katakan kepadamu, “Tangan yang berada di air tidak seperti tangan yang berada di bara api. Ini mungkin terjadi. Jika suamimu menikah lagi dengan wanita lain, ketahuilah bahwasanya dunia ini adalah fana, akhiratlah yang kekal. Janganlah kamu egois, dan janganlah kamu halangi saudarimu dari nikmat ini. Tidak akan sempurna keimanan seseorang sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dalam kitan Iman no 13 dan Muslim no 45).

Demi Allah, kalau kamu merasakan api menjadi perawan tua, kemudian kamu menikah, kamu pasti akan berkata kepada suamimu “Menikahlah dengan saudariku dan jagalah ia.” Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepadamu kemuliaan, kesucian, dan suami yang shalih.” (Sumber: A.A.N, Madinah. Jilbab Online dari buku “Istriku Menikahkanku”, As-Sayid bin Abdul Aziz As-Sa’dani, Darul Falah, cet. Agustus 2004)

1,5 Juta Wanita Saudi Telat Nikah

DOA TUK PENGNTNKabar terbaru dan terheboh adalah dari negeri kaya minyak; Saudi Arabia yang kebanjiaran perawan tua: 1,5 juta orang. Jumlah itu tentu sangat mengkhawatirkan bagi sebuah negara yang kaya minyak, juga ‘kaya’ ulama. Adakah solusi yang bisa ditawarkan? Bila Anda berminat, maka silahkan saja datang ke Saudi, siapa tahu Anda bisa sedikit meringankan jumlah pertu (perawan tua) di sana.

Menurut beberapa sumber, banyak wanita telat menikah di negeri itu karena mahar yang diminta oleh pihak wanita terlampau tinggi. Saking tingginya, banyak lelaki yang keder untuk menikah, apalagi dana yang cukup besar itu tak mungkin didapat hanya dalam hitungan hari. Akibatnya, banyak wanita yang telat nikah karena mematok tarif yang selangit, miris.

“Ini adalah angka yang sangat fantastis, menakutkan dan merupakan bencana sosial yang tidak menyenangkan. Harus ditemukan solusi yang tepat untuk fenomena ini,” kata seorang aktivis Saudi yang tidak disebutkan namanya menanggapi membludaknya wanita telat nikah.

Dr. Ali Zahrani, dosen di Islamic University Madinah yang melakukan penelitian untuk organisasi “USRATI” (My Family) mengatakan, di antara perempuan tua yang tertinggi adalah di kota Madinah Muanawwarah. Penelitian tersebut menyebutkan ada 18.000 kasus penceraian tahun lalu, berbanding dengan 60.000 keadaan pernikahan. Atau 30 % kegagalan rumah rumah tangga per setahun.

Sebagian besar kasus perceraian di Arab Saudi, terjadi dalam rentang waktu tiga tahun pertama perkawinan, menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Dr Ibtisam Al-Halwani di Universitas King Abdul Aziz yang muncul di sebuah artikel yang diterbitkan Website ArtArabia.com pada bulan Agustus 2008.

Halwani menuturkan, kekerasan dan perlakuan buruk, satu dari dua alasan utama di balik sebagian besar kasus perceraian. Sementara sosiolog Abdullah Fauzan, yang bekerja di King Saud University di Riyadh, mengatakan kepada Al-sharg Al Awsat, bahwa praktek poligami bertanggung jawab pada 55 persen kasus perceraian.

Para sosiolog juga memperingatkan fenomena meningkatnya perceraian dalam masyarakat Arab Saudi mencapai lebih dari 25 % dari situasi pernikahan, atau bertambah dari antara 18 % hingga 22 %, bahkan tingkat perceraian rumah tangga baru (penganten baru) mencapai 60 % dalam tahun pertama perkawinan, mereka sudah bercerai. Pada tahun 2009 tercatat 25.000 perceraian berbanding dengan 120.000 pernikahan pada tahun yang sama. Pada 20 tahun sebelumnya, tingkat perceraian di Arab Saudi antara 25 % hingga 60 %. Dengan demikian, banyak juga janda di negeri minyak itu selain perawan tua.

Solusi dalam Islam

Ada beberapa solusi yang Islam tawarkan untuk mengatasi fenomena perawan tua, baik itu di Saudi maupun di negeri lainnya.

Pertama, ta’addud (poligami) (http://mirajnews.com/id/timur-tengah/kampanye-poligami-syariah-di-twitter-untuk-kekang-lonjakan-perawan-tua/). Mayoritas wanita, tidak mau menjadi istri kedua, ketiga atau keempat. Alasannya karena cinta itu tak mesti di bagi. Bila alasan itu tak berdasar pada hokum syar’i, maka tentu sulit bisa diterima. Namun demikian, alasan logika juga harus menjadi hal yang dipertimbangkan oleh seorang lelaki yang ingin menikah lagi.

Ta’addud atau poligami adalah solusi yang mungkin bisa dilakukan, sebab ini ada dalil dan anjurannya dalam al-Qur’an. Meski ta’addud dibolehkan dalam Islam, tapi seorang lelaki tentu harus berfikir matang dan yakinkah dia akan mampu ketika hendak beristri lagi.

Ada pertanyaan yang mesti ia lontarkan kepada dirinya sendiri sebelum melangkah, “Apakah dengan menikah lagi Allah akan istrinya terlebih lagi Allah akan ridha sehingga akan turun rahmat dan suasanan surgawi di rumahnya? Atau sebaliknya, justseru dengan menikah lagi, akan datang murka dan bencana besar dalam rumah tangganya.”

Kedua, hendaknya pihak wanita jangan membebani calon suami dengan mahar yang tinggi selangit. Mahar yang besar dan berat, tentu bukan dari ajaran Islam. Karena itu, lihatlah sejarah bagaimana Rasulullah dan para sahabat menikahkan anak-anak wanitanya.

Ketiga, jangan pasang target yang berlebihan. Allah tidak suka kepada hamba-Nya yang berlebihan. Seorang wanita dan para orang tua, hendaknya menjadikan keshalihan sebagai syarat utama bagi seorang lelaki untuk menjadi suaminya.

Keempat, nikah massal. Mungkin ini bisa menjadi solusi juga untuk mengatasi perawan tua yang jumlahnya tak sedikit. Tentu, dalam merancang nikah massal ini dibutuhkan andil besar dari sebuah organisasi yang konsen dan peduli terhadap perawan tua. Termasuk juga sangat diharapkan peran besar dari para ulama, ustazah bahkan pemerintah. Semoga bermanfaat. (T/R02/P3)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0