Figur Pendidik Harapan Peserta Didik

(Foto: Ilustrasi)

Oleh : Septia Eka Putri/ Wartawan kantor berita Islam Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, sehingga mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT, khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup hidup mandiri.

Seorang pendidik merupakan figur utama di sekolah serta bagi , jika figur yang dimiliki pendidik baik, maka peserta didik pun ikut baik, begitupun sebaliknya. Seorang pendidik harus bisa jadi tauladan bagi peserta didik dan pendidik merupakan orang tua di sekolah yang bertanggung jawab penuh terhadap apapun yang terjadi di sekolah.

Dalam pandangan Islam, keteladanan merupakan metode pendidikan yang terbaik dan yang paling membekas. (Mualiffah, 2009). Seorang pendidik menyampaikan pengetahuaan dan pengalaman yang diterjemahkan kedalam tingkah laku dalam kehidupan. Menjadikan prinsip tauhid sebagai pusat penyebaran misi iman, islam dan insan dalam kekuatan rohani pokok yang dikembangkan dalam nilai-nilai agama dan moral serta mengenal Allah SWT dalam artian luas serta memahami risalah yang dibawa Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam.

Baca Juga:  Fenomena Masyarakat Barat Dukung Palestina

Seorang pendidik berperan penting dalam dunia ilmu pengetahuan yang mampu memberikan bimbingan dan penjelasan tentang segala sesuatu, yang bertugas sebagai “warasatul anbiya’”,  sehingga tidak mudah menjadi seorang pendidik, ia mempunya tugas dan tanggung jawab yang amat berat, bukan mendidik itu sekedar menyampaikan ilmu, atau ketika telah menjadi PNS berpikiran bagaimana untuk dapat mngembalikan modal, namun seorang pendidik mempunyai tugas – tugas yang lazim diampu karena pertanggung jawabannya akan ditagih kelak di yaumil akhir.

Berikut tips beberapa figur pendidik yang diharapkan peserta didik/siswa di masa ini diantaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, Pendidik memberikan perhatian penuh kepada peserta didik agar peserta didik terpusat perhatiannya kepada pembelajaran.

Kedua, Pendidik dapat mengajak peserta didik dalam mengambil suatu keputusan. Mereka merasa berguna dan dihargai sehingga peserta didik tidak akan malu mengemukakan masalah yang dihadapinya terutama dalam pembelajaran. Peserta didik akan merasa senang memberikan tentang infromasi tentang hal-hal yang diketahuinya, setiap pembelajaran akan terjadi suatu kerja sama yang baik dalam diri peserta didik dan akan tumbuh sikap terbuka terhadap berbagai hal yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dirinya.

Baca Juga:  Hardiknas 2024, Mendikbudristek Minta Semua Pihak Meneruskan Merdeka Belajar Berkelanjutan

Ketiga, Pendidik dapat mendekatkan diri kepada peserta didik dengan cara-cara komunikatif menggunakan bahasa, gerakan atau pendekatan individual yang menunjukkan keakraban. Dengan cara ini pendidik memahami karakteristik peserta didik dan tidak menganggu perasaaannya.

Keempat, Pendidik adalah sumber manusiawi dalam pendidikan dan merupakan figur yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan, peserta didik sangat erat dengan penampilan pendidik dalam pengelola proses pembelajaran. Figur seorang pendidik di kelas merupakan kebahagiaan bagi peserta didik apalagi bila pendidik merupakan figur yang disenangi peserta didik jadi, pendidik adalah pemimpin, perencana, pelaksana, pengorganisasi, pembelajar, dan pengontrol aktifitas peserta didik.

Menurut seorang Guru/Pendidik dan Murid/Peserta didik harus mempunyai kode etik yang harus selalu dijungjung tinggi dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, sudah jelas bahwa kode etik guru menurut Imam Al-Ghazali diantaranya adalah sebagai berikut: Kasih Sayang kepada peserta didik dan memperlakukannya sebagai anaknya sendiri, Meneladani Rasulullah sehingga jangan menuntut upah, imbalan maupun penghargaan, Hendaknya tidak memberi predikat atau martabat pada peserta didik sebelum ia pantas dan kompeten untuk menyandangnya, dan jangan memberi ilmu yang samar ( al-ilm al-kafy) sebelum tuntas ilmu yang jelas (al-ilm al-jaly), Hendaknya  peserta didik dari akhlaq yang jelek (sedapat mungkin) dengan cara sindiran dan tunjuk hidung, Pendidik yang memegang bidang studi tertentu sebaiknya tidak menjelek-jelekan atau merendahkan bidang studi yang lain, Menyajikan pelajaran pada peserta didik sesuai dengan taraf kemampuan mereka, Dalam menghadapi peserta didik yang kurang mampu, sebaiknya diberi ilmu ilmu global yang tidak perlu menyajikan detailnya, Pendidik hendaknya mengamalkan ilmunya, dan jangan sampai ucapannya bertentangan dengan perbuatan.

Baca Juga:  Kisah 70 Tahun Lalu, Timnas Indonesia di Olimpiade Melbourne

Dan begitu juga seorang peserta didik harus mempunyai kode-kode etik ketika dalam pelaksanaan belajar yang sangat bagus untuk dijadikan pedoman, kode etik itu menurut Al-Ghazali sebagai berikut : Sebelum memulai proses belajar, anak didik harus terlebih dahulu menyucikan jiwa dari perangai buruk dan sifat tercela, Seorang pelajar jangan pindah dari satu ilmu yang terpuji kepada cabang-cabangnya kecuali setelah ia memahami pelajaran sebelumnya, mengingat bahwa berbagai macam ilmu itu saling berkaitan satu sama lain dan masih banyak lagi kode etik yang harus di pahami peserta didik. Wallahualam. (R07/P2)

Dari berbagai sumber

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.