Gubernur Anies Baswedan Mengenang Prof. H. Yahya Muhaimin

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berkunjung ke rumah Prof H Yahya Muhaimin di Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah pada April 2021.(Foto: IG Anies Baswedan)

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) di era Presiden Abdurrahman Wahid, Prof Dr H Yahya A Muhaimin meninggal dunia, Rabu (9/2/2022). Tokoh kelahiran Bumiayu, Jawa Tengah ini meninggal di usia 79 tahun dan mengembuskan napas terakhir di RS Giatri Purwokerto, pukul 10.15 WIB.

Sosok mantan Mendiknas Yahya Muhaimin lahir pada 17 Mei 1943. Ia meraih gelar sarjana pada 1971 dari Universitas Gadjah Mada dan gelar doktor dari Massachusetts Institute of Technology pada 1982. Sebelum diangkat menjadi menteri, ia adalah dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM.

Jakarta memiliki kenangan bersama almarhum saat Anies masih menjadi mahasiswa program doktor di Illinois, Amerika Serikat.

Berikut kenangan Gubernur Anies yang diunggah di akun resmi Instagramnya pada Kamis (10/2/2022):

“Anies, daripada kamu sendirian, bayar sewa, udah pindah aja ke sini; di atas ada kamar. Selalu kosong kok,” begitu kata Pak Yahya Muhaimin.

Saya sedang menulis makalah pagi itu, saat Pak Yahya menelpon, meminta saya pindah dari apartemen dekat kampus University of Maryland ke rumah beliau sebagai Atase Pendidikan di Washington DC.

Beberapa kali beliau mengulang, sampai akhirnya saya pindah dan tinggal di lantai atas rumahnya di kawasan elit di Bethesda, Maryland.

Setelah tinggal di rumahnya, kami diskusi hampir tiap malam. Belajar banyak dari cendekiawan yang amat baik hati itu.

Saat saya sudah mahasiswa program doktor di Illinois. Sudah pindah dari rumah beliau yang di Maryland. Jaraknya lebih dari 1.100 km.

Suatu sore, sepulang dari kampus, terlihat sebuah amplop di kotak surat. Tertulis nama pengirimnya Yahya Muhaimin. Saat dibuka, hanya berisi selembar uang 100 dolar di dalam lipatan kertas HVS. Tidak ada tulisan apapun. Hanya selembar uang.

Langsung saya telepon Pak Yahya, beliau tertawa sambil bilang, “Saya kemarin ingat kamu, mungkin kamu lagi susah ya. Kuliah doktor itu berat apalagi kalau udah ada anak, selalu kekurangan biaya. Dulu waktu saya kuliah juga gitu.”

Itu bukan cuma sekali tapi berkali-kali. Tiap beberapa waktu beliau selalu kirim amplop tanpa kata, berisi selembar uang 100 dolar. Uang itu bagi kami yang beasiswanya sangat pas-pasan, terasa luar biasa bernilai.

April 2021 lalu, kami mampir ke rumahnya di Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah. Mendengar kabar bahwa beliau sedang kurang sehat. Kami ngobrol, cerita banyak hal. Fisiknya memang telah lebih lemah, tapi pancaran wajahnya tetap terang, wajah jernih seorang cendekiawan yang amat alim.

Kemarin beliau berpulang. Allah panggil pulang seorang yang amat mulia hatinya, amat teduh akhlaknya. Pribadi yang amat dalam komitmennya untuk memajukan umat. Beliau memang dosen di UGM Jogja, tapi juga berkiprah memajukan pendidikan di kampung halamannya di Bumiayu.

Kami yakin, InsyaAllah, Allahyarham Pak Yahya dimuliakan di sisi-Nya, dialirkan tanpa henti pahala padanya lewat ilmu dan amal jariyahnya yang luar biasa banyaknya…

Kami semua adalah saksinya.

Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu.

#ABW

(AK/R1/B04)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.