Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

WAWANCARA EKSKLUSIF MINA DENGAN WANITA JURU BICARA HAMAS

Abu Al Ghazi - Ahad, 20 April 2014 - 06:55 WIB

Ahad, 20 April 2014 - 06:55 WIB

1130 Views ㅤ

Wawancara EksklusifWawancara Ekslusif dengan Wanita Juru Bicara Pemerintahan Hamas di Gaza,

Oleh Tim Koresponden Mi’raj Islamic News Agency (MINA)*

Seorang wanita bernama Isra Al Mudallah (24), sejak setahun yang lalu ditunjuk menjadi juru bicara wanita pertama Pemerintahan Palestina di Gaza yang dipimpin oleh Hamas. Sebuah posisi penting dan strategis. Penunjukan seorang wanita ini sekaligus membantah tuduhan-tuduhan oleh barat seolah wanita tidak mendapat kesempatan luas dalam Pemerintahan Hamas.

Jadi pengangkatan Isra’ sebagai juru bicara pemerintahan di Gaza, adalah untuk menyampaikan kepada dunia luar dan barat khususnya bahwa perempuan memiliki hak yang sama di pemerintahan di Gaza.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Menjadi seorang juru bicara memang memerlukan pengetahuan yang cukup banyak tentang berbagai hal. Dan wanita ini mempunyai kompetensi untuk itu. Ia pernah sekolah di Mesir dan Inggeris, serta pernah belajar di Rusia College. Isra’ Al Mudallal baru-baru ini memberikan waktunya secara khusus untuk diwawancarai oleh wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di pantai bernama Mina di Gaza City.

Berikut petikan wawancaranya :

MINA : Bisa jelaskan siapakah anda?

Isra Al Mudallal : Nama saya Isra Al Mudallal, Saya Juru Bicara Pemerintahan Palestina di Gaza, usia saya 24 tahun, saya mempunyai satu orang anak bernama Maryam, dan saya salah seorang pengungsi Palestina. Saya lahir di Egypt dan saya sempat sekolah di sana, Saya juga sempat sekolah di Inggris. Ketika saya kembali ke Gaza saya tinggal di Camp pengungsian di rafah, kemudian saya pindah ke Buraij dan tinggal di sana, saya masuk  ke Rusia College dan melanjutkan pendidikan ke jenjang S-1 di Islamic University of Gaza (IUG) jurusan media dan informasi.

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El-Awaisi (3): Kita Butuh Persatuan untuk Bebaskan Baitul Maqdis

MINA : Bagaimana progress rekonsiliasi Hamas dan Fatah hingga saat ini?

Isra Al Mudallal : Sejujurnya rekonsiliasai ini mengalami pasang surut, sebagai Pemerintah Palestina di Gaza, kami menginginkan rekonsiliasai terus berlanjut untuk menghentikan berbagai krisis yang terjadi, baik krisis kemanusian di Jalur Gaza dan menghentikan pembangunan perumahan ilegal dan situasi buruk di Tepi Barat dan Al Quds atau Jerusalem. Otoritas Palestina selalu mendapatkan tekanan dari Amerika Serikat dan penjajah Israel untuk menghentikan  proses rekonsiliasi ini.

Secara keseluruhan, kita memerlukan keputusan yang serius untuk memiliki satu pemerintahan yang kuat guna menghadapi Zionis Israel. Pemerintahan di Gaza menyambut rekonsiliasi dan proses pemilu serta menyerukan untuk melakukan pertemuan baru dengan keputusan yang serius untuk berhasilnya proses rekonsiliasi ini. Tapi sayangnya kita dikecewakan oleh Otoritas Palestina yang tak melanjutkan pertemuan ini. Mereka mengatakan akan datang, dan kami menunggu juru runding fatah, Azamal Ahmad untuk datang dan berdiskusi di Gaza, tapi tidak ada kabar hingga saat ini dan tidak ada reaksi serius untuk melanjutkan proses rekonsiliasi dengan pemerintahan di Gaza.

MINA : Beberapa orang mengatakan bahwa anda adalah jubir Hamas dan bukan dari pemerintahan, bagaimana anda menanggapi hal ini?

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis

Isra Al Mudallal : Sebenarnya sama saja, tidak ada bedanya. Karena sistem operasi keduanya, baik pergerakan ataupun pemerintahan itu sama. Perbedaanya pada keanggotan, strategi dan rencana. Pergerakan kita lebih pada perlawanan dan keputusan terletak pada rakyat bukan dari keputusan-keputusan pemerintah saja. Mengenai perencanaan, kita memiliki rencana sendiri dan Pemerintah Gaza memiliki anggota dan rakyat dan tugas saya adalah sebagai jubir rakyat Palestina yang terdiri dari pengungsi dan para tahanan di penjara Israel. Tentu ada perbedaan besar di sini dan saya fikir menghormati dan mengakui hak-hak rakyat palestina adalah hal yang paling penting pada posisi saya sebagai Juru Bicara.

MINA : Bagaimana situasi perundingan antara Otoritas Palestina dan Israel,  setelah Palestina diakui menjadi anggota PBB?

Isra Al Mudallal : Kami punya negara yang jelas, mengapa kita harus melakukan perundingan sementara di waktu yang sama Israel terus melakukan banyak tindak kekerasan, terus melanjutkan pembangunan  pemukiman Yahudi di Tepi Barat dan Al Quds (Jerusalem) serta merebut hak-hak rakyat Palestina dengan semua agresinya.

Setiap kita mencoba menghentikan perampasan hak-hak rakyat Palestina oleh Israel, kita selalu gagal, inilah mengapa Hamas tetap pada jalur perlawanan bukan dengan perundingan, karena ini lebih berguna untuk melawan agresi yang dilakukan israel dan blokade terhadap Gaza. Negosiasi tidak banyak berguna dan tidak menghasilkan sesuatu sejak dimulainya perundingan 20 tahun yang lalu, dan kami mengalami banyak kerugian terutama rakyat Palestina.

Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina

MINA : Jika kita melihat dua perbedaan besar antara Hamas dan Fatah, di mana Hamas inginkan perlawanan sementara Fatah menginginkan perundingan. Apakah anda yakin rekonsiliasi antar kedua faksi besar ini akan berhasil?

Isra Al Mudallal : Kemungkinannya tergantung dari rakyat Pelstina sendiri, kami tidak memiliki kekuatan untuk membalas pembantaian terhadap rakyat Palestina dan blokade baik di Gaza maupun di Tepi Barat. Dan hal ini berkaitan dengan penjajah apertheid Israel, Fatah harus berani mengambil keputusan yang tegas.

Saya pikir perlawanan adalah yang utama dalam hal ini, karena kami hidup dalam penjajahan, pergerakan perlawanan harus datang dari pemeritah maupun rakyatnya. Inilah cara dan jalan untuk menyelamatkan anak-anak dan tanah Palestina. Sangat sulit  jika kita hanya berdiri, melihat dan hanya menyimpan amarah didalam dada. Jadi intinya adalah, apa yang bisa kita lakukan untuk bertahan, membalas dan menjadi cukup kuat untuk memperoleh hak-hak kami kembali.

MINA : Delegasi yang mengunjungi Gaza berkurang secara drastis, akibat pengetatan blokade oleh Israel dan Mesir, bagaimana menurut anda?

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (1): Peran Strategis Indonesia dalam Pembebasan Baitul Maqdis

Isra Al Mudallal : Mereka bersama-sama melakukan hukuman terhadap Gaza. Mereka tidak menginginkan orang-orang Palestina maju, untuk melakukan bisnis untuk memperoleh obat-obatan dan memperoleh pendidikan diluar sana. Secara sistematis mereka ingin mem-blokade Gaza dalam segala sisi kehidupan rakyat Gaza. Sangat sulit untuk menerima perlakuan penjajah Israel. Kami terus menyerukan kepada Pemerintah Mesir untuk membuka perbatasan Rafah dan memecahkan persoalan Palestina, persoalan kebebasan dan kemerdekaan.

MINA : Bagaimana menurut anda seruan untuk memboikot produk-produk Israel atau yang berhubungan dengan Israel ? Apakah orang-orang Palestina juga melakukan hal yang sama memboikot produk-produk Israel?

Isra Al Mudallal : Ini persoalan yang sangat sensitif di Gaza, kami membutuhkan barang  untuk kebutuhan pokok. Kebanyakan memang produk-produk dari Israel, kami harus membeli dan mengadakan perdagangan dengan mereka karena kami tidak punya pilihan. Dalam hal ini sangat diperlukan pengertian dan dukungan nyata terhadap persoalan ini.

MINA : Apa pesan anda pada rakyat Indonesia dan bagaimana menurut anda rakyat Indonesia bisa membantu Gaza menyelesaikan masalah blokade ini?

Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel

Isra Al Mudallal : Sebenarnya, ini juga terjadi di berbagai belahan dunia, tanpa melihat perbedaan agama, budaya dan bahasa, kami menyerukan atas nama manusia dan hak-hak kemanusiaan dan hukum, kami inginkan kehidupan yang normal, kami sangat sedih ketika semua orang diam saja melihat apa yang terjadi di Gaza. Kami percaya bahwa Indonesia tidak akan membiarkan apa yang terjadi di Gaza, dan kami yakin banyak hal yang bisa kita lakukan bersama terutama masalah peri-kemanusiaan.

Peri-kemanusiaan adalah modal kepercayaan kita satu sama lain, sangat penting mencermati konflik yang terjadi, mengetahui bangaimana keberanian pemuda-pemuda Palestina, wanita dan anak-anaknya yang telah lebih dari 70 tahun mengalami penderitaan demi mempertahankan tanah Palestina. Kebebasan rakyat Palestina dan menghormati kebebasan hak-hak rakyat Palestina, tergantung bagaimana kita bisa berdiri bersama menghadapi Zionis Israel, dan kami percaya kita bisa melakukan semua itu, kami menyambut seluruh rakyat Indonesia di Gaza.

Kami menyerukan kepada rakyat Indonesia untuk memahami apa yang terjadi. Benar kami dalam posisi yang sangat lemah tanpa negara, tanpa tentara, tanpa senjata dan tak punya kesempatan pengembangan hidup seperti rakyat Indonesia yang mempunyai  alam yang kaya. Namun kami memiliki Rakyat yang juga memiliki hak sebagai seorang manusia, inilah hal yang paling kuat yang kami miliki sebagai seorang Palestina. (L/KJ/P015/IR)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya

Rekomendasi untuk Anda