Pada zaman yang serba modern ini, banyak sekali kita jumpai gaya-gaya yang menurut kebanyakan orang adalah gaya yang lagi ngetrend. Seperti halnya dalam penggunaan hijab. Salah satu yang lagi trend sekarang ini adalah banyaknya gaya dan turorial memakai hijab yang diminati oleh kalangan remaja.
Al-Quranul Karim telah menjelaskan berbagai topik hijab dalam berbagai bentuk, gambaran, dan ibarat yang berbeda-beda. Oleh karena itu, hijab dipandang sebagai suatu kewajiban dalam agama Islam, dan apabila seseorang mengingkarinya maka dia telah mengingkari satu hukum yang telah diwajibkan dalam Islam.
Untuk mengungkap lebih jauh tentang hijab, berikut Wawancara Reporter Mi’raj Islamic News Agency (MINA) dengan Koordinasi Muslimah Pusat Pondok Pesantren Al-Fatah Bogor, Jawa Barat, Ummi Maghfiroh, terkait hijab-internasional/">Hari Hijab Internasional.
MINA: Mengapa wanita Islam harus berhijab dan apa manfaat hijab?
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Umi: Pada awalnya isteri-isteri Rasul telah memakai hijab, sebelum Rasul memerintahkan untuk menggunakan hijab. Lalu secaraagama dan dalil, ditetapkan seorang wanita Muslimah itu diwajibkan menggunakan hijab, seperti yang dijelaskan dalam Q.s. Al-Ahzab: 59 dan Q.s. An-Nur: 31.
Dijelaskan dalam ayat tersebut bahwasanya seorang wanita yang memakai hijab agar dia dikenal sebagai Muslimah serta tidak akan didzalimi atau dianiaya oleh orang lain yang ingin menjahatinya.
Manfaat dari segi kesehatan agar lebih menjaga tubuhnya dari sinar matahari dan dari segi tata busana agar menjadi lebih cantik dalam berpenampilan.
MINA: Banyak wanita Muslim enggan menggunakan hijab secara syar’i, mengapa demikian?
Umi: Jika dilihat deri keadaan saat ini, mereka terpengaruh akibat budaya, tapi kalau kita melihat dari segi keimanan dan psikis mungkin memang belum ada dorongan dari hati (niat) untuk memakai hijab yang syar’i.
Tetapi kalau mereka mengikuti syari’at Islam, pasti mereka mengakui bahwa memakai hijab yang syar’i itu wajib hukumnya bagi wanita muslim. Alasan lain, yakni karena belum adanya hidayah atau petunjuk bagi mereka yang belum memakainya serta mengikuti trend budaya barat.
MINA: Bagaimana hijab sesuai syari’at?
Umi: Hijab sesuai syari’at itu sendiri meliputi beberapa syarat, yakni pakaiannya harus longgar, tidak transparan, tidak membentuk lekuk tubuh, tidak diberi wewangian, tidak menyerupai laki-laki pakaiannya, tidak memakai pakaian yang menimbulkan fitnah (pakaian yang glamour). Jadi sebenarnya hijab itu tidak harus dengan hiasan yang rame atau mencolok, dan tidak berlebih-lebihan.
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
MINA: Bagaimana menyikapi fenomena trend hijab?
Umi: yaitu harus selektif dalam memilih dan mencari hijab dan busana yang sesuai syari’at-syari’at yang diperintahkan Allah. Jika kita kembali ke syari’at yang diperintahkan Allah maka apa yang kita lakukan dan kerjakan akan sesuai dengan apa yang kita inginkan.
MINA: Bagaimana menyikapi jilboob?
Umi: Jilboob itu sendiri adalah mengenakan hijab tetapi bentuk tubuhnya tampak. Sehingga dapat nenimbulkan fitnah dan adanya pelecehan terhadap si Muslimah itu sendiri. Maka hendaknya kita dapat menasehati saudara-saudara kita ini dengan cara yang baik dan pendekatan-pendekatan melalui tulisan, karikatur, atau media sosial tentang syarat-syarat berhijab yang syar’i.
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
MINA: Perlukah Hari Hijab diperingati?
Umi: Kalau secara Islam sebenarnya tidak ada peringatan-peringatan tersebut. Akan tetapi jika hanya sekedar ingin mengenang kejadian Marwah Al-Sarbini pada tahun 2004 yang mana ia tidak dibolehkan memakai hijab di negaranya. Maka boleh saja kita memperingati hari tersebut. Kemudian kejadian pada tahun 1980-an itu di mana pada saat itu masih jarang yang memakai hijab maka boleh saja kita memperingati hari hijab solidaritas internasional.
Kalau dilihat dari kacamata Islam sendiri, sebenarnya tidak ada peringatan-peringatan semacam itu. hijab-internasional/">Hari hijab Internasional itu sendiri sebenarnya dilatar belakangi oleh kejadian Marwah Al-Sarbini yang dibunuh pada tahun 2009 oleh seorang pria asal Jerman karna menganggap marwa ini seorang teroris akibat menggunakan hijab, sehingga di peringatilah hijab-internasional/">Hari Hijab Internasional pada setiap tanggal 1 Februari.
Merujuk dari kejadian itu, jika hanya sekedar ingin mengenang kejadian itu menurut hemat saya boleh-boleh saja kita memperingati hari hijab solidaritas internasional, mengingat saat ini masih banyak Muslimah yang belum menyadari akan kewajibannya menggunakan hijab.
MINA: Langkah-langkah untuk mengcounter westernisasi dan sekularisme hijab?
Umi: Pertama, harus mempelajari Islam secara mendalam dari sumber yang dipercaya seperti para ulma atau ustadz yang mengerti dan paham tentang hijab itu sendir.
Kedua, pelajari sejarah dari para isteri, keluarga, dan sahabat Rasul terdahulu, ambil pelajaran yang bisa kita ikuti jejak kemuslimatannya.
Ketiga, memperkuat semuanya dengan perbanyak ibadah serta shalat malam, dan shalat sunnah.
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
Keempat, perkuat aqidah serta kembalilah kepada Al-Qur’an dan Sunnah. (L/M012/M010/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya