Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Imaamul Muslimin: Wartawan Harus Miliki Sifat Dasar Nabi

Fauziah Al Hakim - Kamis, 17 Maret 2016 - 12:46 WIB

Kamis, 17 Maret 2016 - 12:46 WIB

489 Views ㅤ

imm afta

Diklat Jurnalistik kerjasama SAR STAI Al-Fatah Bogor bersama Kantor Berita Islam MINA. Pembukaan Kamis (17/3). (Afta/MINA)

Jakarta, 8 Jumadil Akhir 1437/17 Maret 2016 (MINA) – Banyaknya beredar berita bias dan penuh rekayasa saat ini, maka seorang jurnalis Muslim harus mengantisipasinya dengan cara mengikuti sifat dasar Nabi.

Hal ini disampaikan oleh Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansyur dalam tausiyahnya pada acara Diklat Jurnalistik untuk Potensi SAR Mahasiswa STAI Al-Fatah di Gedung MER-C, Jalan Kramat Lontar, Jakarta Pusat, Kamis (17/3).

“Seorang wartawan harus jujur, amanah dan terpercaya, tidak memanipulasi, harus menyampaikan berita secara tuntas, serta harus cerdas dan banyak wawasan. Seorang wartawan harus miliki empat sifat dasar nabi ini, yaitu sidiq, amanah, tabligh dan fathonah,” ujar Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur.

“Empat sifat dasar nabi ini harus diaplikasikan dalam tulisan maupun lisan. Menyampaikan berita harus tuntas, jangan setengah-setengah. Jangan sampai ada yang tertinggal,” tegasnya.

Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi

Yakhsyallah Mansur lebih lanjut menjelaskan, jurnalis Muslim memiliki lima peran penting, yaitu sebagai Muaddib (pendidik), Musyaddid (Pelurus), Mujaddid (Pembaharu), Muwahhid (Pemersatu), dan Mujahid (Pejuang).

“Seorang jurnalis Muslim harus bisa menjadi seorang pendidik, harus mampu meluruskan berita, dan harus mampu menjadi jembatan untuk mempersatukan umat Islam, serta menjadi seorang pejuang yang berusaha bersusah payah mencari berita yang benar,” katanya.

“Dan yang paling penting adalah Jurnalis Muslim harus berakhlak baik. Penuh nasihat yang baik, bijaksana, dan argumennya jelas. Jangan sampai membingungkan pembaca. Dalam setiap pemberitaan juga harus tabayyun (ceck and receck),” tuturnya.

Menurut Ketua Panitia Pelaksana, Nur Ikhwan Abadi, Diklat Jurnalistik untuk Potensi Relawan SAR Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Fatah Cileungsi, Bogor berlangsung selama dua bulan.

Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina

Para tutor adalah Redaktur dan Wartawan Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency). Pembelajaran dilakukan melalui Kelas interaktif, praktik menulis, praktik liputan langsung di ibukota, dan praktik wawancara.

Adapun materi terdiri dari : Tausiyah/Kuliah Umum Jurnalistik Islam, Dakwah Bil Qalam, Perjuangan Pembebasan Al-Aqsha melalui Media, Visi Misi, Kebijakan dan Style Book Redaksional MINA, Kode Etik Jurnalistik, Teknik Menulis Berita, Teknik Menulis Artikel Islami, Teknik Wawancara, dan Manajemen Koordinasi Liputan.(L/P006/fit/P4).

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat

Rekomendasi untuk Anda