Dunia internasional kembali dikejutkan dengan penyerangan terhadap kantor majalah satir Charlie Hebdo yang dikenal sangat gemar mencaci Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Berbagai pihak mengecam peristiwa itu, tetapi tidak sedikit juga yang simpati dengan aksi tersebut.
Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur secara pribadi mengecam keras apa yang dilakukan majalah satir Charlie Hebdo. Menurutnya, apa yang telah dilakukan majalah tersebut telah melukai hati kaum Muslimin seluruh dunia.
Bersamaan dengan hal itu, isu Islamopobia sengaja dimunculkan sebagai upaya menyematkan Islam sebagai agama rasis, radikal, ekstrim dan sederet label negatif lainnya.
Lantas, bagaimana kaum muslimin menyikapi Islamophobia yang berkembang ?. Media Islam internasional sekaligus juru bicara umat Islam, Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melakukan wawancara khusus dengan Imaamul Muslimin sebagai pengayom bagi umat Islam, berikut petikan wawancaranya:
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
MINA: menyikapi kasus Charlie Hebdo, bagaimana seharusnya Muslimin bertindak?
Imaam Yakhsyallah: Dalam menyikapi kasus itu, kaum muslimin jangan sampai emosi, kontra produktif, juga jangan menunjukkan kebodohan dalam bertindak. Tapi, kita harus menyikapi dengan arif dan bijak, mengembalikannya kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Ada saatnya, harus menyikapi dengan keras, tapi adakalanya memaafkan. Itu bisa kita lihat dari peristiwa Fathu Makkah. Waktu itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membebaskan orang-orang yang mencacinya. Perlu diperhatikan, keputusan apapun yang diambil, jangan sampai dakwah Islam terhenti dan ternodai.
MINA: Apakah aksi pelaku penembakan itu dibenarkan di dalam hukum Islam?
Imaam: Tidak dibenarkan. Sekali lagi, kita harus kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hal semacam ini harus dihadapi dengan cara menampakkan ajaran-ajaran Islam yang rahmatan lil alamin, secara konsisten. Jangan sampai kita terpengaruh dengan melakukan tindakan yang tidak dibenarkan Islam, seperti halnya penembakan tersebut.
MINA: Dengan meningkatnya Islamophobia di beberapa negara Eropa, sebenarnya apa yang menjadi sebab kecemburuan mereka terhadap umat Islam?
Imaam: Kalau kita perhatikan, ini sebetulnya tidak hanya sekarang saja orang membenci Islam, di dalam Al-Qur’an jelas sangat banyak ayat-ayat yang menyebutkan hal ini, seperti, “walau karihal kaafiruun, walau karihal musyirkuun”, ini sebetulnya Islamophobia juga.
Jadi kalau di Eropa, memang secara historis sejak era Perang Dunia II, banyak pemikiran-pemikiran datang dari Timur-Tengah yang diterapkan, kemudian menimbulkan rasa ‘cemburu’ dengan Islam yang semakin berkembang.
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
Mereka anggap, jika Islam terus berkembang akan mengikis budaya-budaya Eropa yang memang tidak mengenal agama, maka dalam rangka menghambat perkembangan Islam, mereka menyebarkan citra negatif. Misalnya tentang perang, mereka anggap Islam disebarkan dengan pedang. Kemudian tentang hukuman potong tangan dan sebagainya. Jadi yang ditampakkan itu-itu saja. Sementara kebaikan-kebaikan Islam sama sekali diabaikan dalam pandangan mereka.
Sebetulnya banyak syariat Islam yang mesti mereka lihat sebagai sebuah amalan yang baik dan sempurna, bukan sebaliknya melihat sebagai sebuah kekerasan.
MINA: Apakah ada peran dari pihak gereja atau pihak lain dalam kasus ini?
Imaam: Gereja sebetulnya jadi sasaran juga. Mayoritas orang Eropa sebenarnya bukan Kristen, tetapi mereka itu Atheis. Karena kebencian mereka terhadap Gereja, kemudian mereka anggap semua agama seperti agama Kristen. Eropa itu hancur ketika mereka dikuasai oleh Gereja. Dengan pengalaman itu, mereka tidak menginginkan Islam masuk ke Eropa. Mereka menganggap, apabila agama kita masuk, maka Eropa akan hancur.
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
Dalam perjalanannya, Gereja pun ikut menyebarkan Islamophobia supaya mereka bisa hidup lebih bebas. Sebetulnya di Eropa sudah tidak ada lagi agama Kristen kecuali ritualnya saja. Inti ajaran Kristen kan ‘Kasih’, mana ada sekarang kasih sayang di Eropa, sudah hilang ajaran-ajaran Kristen disana.
MINA: Saat ini muncul pernyataan yang menganggap Islam kembali menjajah Eropa, seperti banyaknya pemain sepak bola Muslim di Eropa, juga para ekonom Muslim di sana. Apakah ini akan mengarah kepada kejayaan Islam seperti terjadi di Cordova beberapa abad lalu?
Imaam: Itulah hari-hari yang ditakdirkan Allah Ta’ala. Dia tidak mungkin membiarkan orang-orang yang menentangnya, merajalela di muka bumi. Allah pasti akan memunculkan tandingannya bagi mereka, bukan hanya di Eropa, tapi benua yang dahulu belum tersentuh oleh Islam secara signifikan, seperti Australia, Amerika. Sangat jelas itu janji Allah.
MINA: Apa pesan Imaam untuk saudara sesama Muslim di seluruh dunia khususnya di Perancis?
Imaam: Kaum Muslimin harus konsisten dengan ajaran Islam, jawab Islamophobia dengan mengamalkan ajaran Islam yang benar-benar sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jika umat Islam bisa konsisten membela kebenaran, Allah akan menolong setiap hamba-Nya. Jangan ikuti emosi, jangan mudah terpancing, tapi kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, Insya Allah, Islam akan jauh lebih berkembang di Eropa.
MINA: Menurut data statistik, penduduk Perancis mencapai 66 juta jiwa dan 8 juta jiwa adalah Muslim. Melihat fakta ini, apakah bisa mendukung terbentuknya kekhilafahan?
Imaam: Jelas, karena kita berbicara berdasarkan Al-Qur’an surat Ash-Shaff. Dalam surat itu Allah menyebutkan, orang-orang kafir akan berusaha mematikan cahaya Allah, tetapi Dia berkehendak untuk menyempurnakan cahaya-Nya walaupun mereka tidak senang. Jelas, bukan hanya di Perancis saja, tetapi di seluruh wilayah dunia ini, khilafah pada akhirnya akan tegak. Kita sangat optimis, karena itu janji Allah Ta’ala. Hanya saja kapan datangnya, kita semua tidak tahu. (L/P011/R03/R11)
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)