Indonesia dan Inggris Kerja Sama Danai Riset Kebencanaan

Jakarta, MINA – Menteri, Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi () Prof. Mohamad Nasir menyatakan Pemerintah menjalin kerja sama dengan Kerajaan , untuk mendanai riset di bidang kebencanaan yang difokuskan tahun 2019-2021 mendatang.

Nasir mengatakan, Kerajaan Inggris melalui Newton Fund telah menyiapkan Rp 31 miliar untuk mendanai kegiatan penelitian yang akan dilakukan oleh tiga peneliti terbaik Indonesia dan Inggris.

“Dari Indonesia dan Inggris, 10 proposal yang lolos didiskusikan pada panel meeting  bulan Agustus 2018, samapi akhirnya diputuskan tiga proposal yang didanai bersama dengan total dana 31 miliar rupiah,” kata Nasir saat konferensi pers peluncuran kerja sama Indonesia-Inggris melalui program Newton Fund di Gedung Kemenristekdikti, Jakarta Pusat, Kamis (7/2).

Ia menjelaskan, tiga penelitian tersebut memang berfokus pada bencana hydrometeologi seperti banjir, nantinya penelitian ini akan menjadi dasar untuk penentuan kebijakan pemerintah dalam penangangan dan penanggulangan bencana serupa.

“Ini adalah kebencanaan di bidang banjir, mungkin kita akan buka di bidang kebencanaan lain juga. Mungkin masalah tsunami, kebetulan tsunami kita bekerja sama dengan Jepang. Yang penting kita bidang kebencanaan. Yang ini fokus pada banjir,” ujar Nasir.

“Pemerintah Indonesia juga akan memperhatikan penelitian-penelitian kebencanaan yang lain. Kerja sama serupa juga sudah dilakukan bersama Jepang dalam penelitian tentang tsunami,” lanjutnya.

Duta Besar (Dubes) Inggris untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste Moazzam Malik dengan kolaborasi bersekala internasional dan komitmen pendanaan akan memberikan dampak yang signifikan baik secara sosial maupun ekonomi bagi Indonesia.

Newton Fund, dalam kemitraannya dengan Kemenristekdikti berkomitmen untuk mendanai riset-riset kolaboras bersekala internasional yang dapat memberikan kontribusi positif baik secara sosial maupun ekonomi,” katanya.

“Bencana banjir dan longsor tidak hanya mengancam keberlangsungan hidup masyarakat namun juga perkembangan ekonomi Indonesia. Ilmuwan terbaik Inggris dan Indonesia bekerja sama dan saling belajar agar bisa membuat suatu perubahan besar, serta menginpirasi generasi ilmuan mudah lainnya,” ujarnya.

Moazzam mengatakan dalam bidang sains  dan riset Inggris menempati posisi kedua dunia, yaitu 54 persen hasil penelitiannya masuk kedalam kategori terbaik dunia. Hasil riset Inggris dikutip lebih banyak bila ibandingkan dengan hasil riset negara lainnya.

“Ada 38 persen peraih Nobel memilih untuk bersekolah di Inggris. Saya bangga kami bisa bermitra dengan ilmuwan di Indonesia serta berkontribusi untuk membangun Indonesia yang lebih aman, lebih makmur dan lebih unggul,” lanjutnya.

Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Muhammad Dimyati menyatakan, Pemerintah Indonesia memilih Inggris sebagai mitra kerjasama dikarenakan kualitas hasil penelitiannya merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Kemitraan ini dapat memperkuat kerja sama sains keuda negara serta meningkatkan kesiapan Indonesia dalam kebencanan.

“Kolaborasi riset ini mendukung Prioritas Riset Nasional 2020-2024 dalam manajemen bencana, terutama di bidang kerjasama multi-sektoral. Kami harap ketiga riset yang dipilih ini akan membangun kekayaan ilmu pengetahuan bidang kebencanaan, dimana kesiapan terhadap ancaman bencana di Indonesia dapat lahir dan berkembang dari penelitian-penelitian ini,” tutupnya. (L/Haf/B05)

Mi’raj News Agency (MINA)