Jakarta, MINA – Ketua Panitia Indonesia Internasional Book Fair (IIBF) 2017, Husni Syawie mengatakan Ikatan Penerbit Indonesia dan panitia IIBF akan terus bekerja mewujudkan IIBF yang prestisius secara internasional dan sekaligus ramah bagi penerbit dalam negeri.
“Indonesia punya peluang dalam dunia perbukuan, IIBF ini menjadi saksi sekaligus pelaku sejarah perbukuan Indonesia, dengan umur yang sudah 37 tahun, IIBF merekam jejak upaya bangsa ini dalam membangun industri perbukuan, harapan saya Indonesia punya peluang sebagai produsen dan konsumen buku utama di Dunia,” ujarnya kepada Mi’raj News Agency (MINA), Sabtu (9/9).
Indonesia International Book Fair (IIBF) 2017 berlangsung pada 6-10 September 2017 di Jakarta Convention Center (JCC) dengan menghadirkan puluhan peserta dari dalam maupun luar negeri.
IIBF merupakan pameran buku dengan sejarah yang panjang. Ikata Penerbit Indonesia (IKAPI) memulai kegiatan ini pada 37 tahun yang lalu dan hingga kini dengan setia berada di tengah-tengah kita sebagai peristiwa kebudayaan tahunan yang unik, melibatkan aspek bisnis dan aspek intelektualitas sekaligus.
Berikut wawancara eksklusif Septia Eka Putri, wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA) dengan Ketua Panitia IIBF Husni Syawie.
MINA: Bisa diceritakan secara umum mengenai IIBF 2017?
Husni: Ketika buku menjadi sumber dan muara dari semua kreativitas dan aktivitas. Ketika pameran buku menjadi judul agung bagi pameran multiproduk kreatif, maka kita memerlukan lebih dari sekedar book fair. Kita membutuhkan book fair!.
IIBF terus berbenah melakukan transformasi dan khususnya dalam empat tahun terakhir sedang berusaha keras mengakomodir persyaratan-persyaratan standar sebagai pameran buku internasional, tanpa meninggalkan karakter tradisionalnya sebagai pameran retail. Tantangan tentu menghadang. Zaman di era internet saat ini memungkinkan banyak hal bisa dilakukan secara online.
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
MINA: Tahun ini Bekraf ikut andil?
Husni: Pimpinan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), mengatakan IIBF adalah alat diplomasi kebudayaan. IIBF adalah showcase bagi industri buku dalam negeri serta peristiwa penting, etaase capaian literasi bangsa selain berguna secara ekonomi, karena itu Bekraf merasa perlu memberikan dukungan dalam penyelenggara IIBF dan penerbitan yang masuk menjadi salah satu sub-sektor industri kreatif.
Tidak hanya Bekraf. Sejumlah lembaga juga ikut serta dan memberikan dukuangan dalam pelaksanaan IIBF 2017, diantaranya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Perpustakaan Nasional RI dan perpustakaan daerah, Pmerintah Provinsi DKI Jakarta, Komisi Pemberantasan Korupsi, Bank Central Asia, dan lain-lain.
Rangkaian kegiatan yang diselenggarakan di IIBF menyasar semua segmen dan kalangan yang terkait dengan penerbitan dan literasi. Menghadirkan para penulis Indonesia dan mancanegara.
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
MINA: Dari negara mana saja peserta yang ikut IIBF tahun ini?
Husni: IIBF 2017 diikuti sejumlah negara, yaitu Indonesia sendiri, Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan, China, Korea, Jepang, Jerman, Perancis, Belanda, Bosnia, India, Mesir, Saudi Arabia dan Inggris. Sementara negara yang ikut sebagai buyer itu adalah Pakistan, Vietnam. Kalau yang unibook ada Amerika, dan Australia.
Buku-buku dari sejumlah penerbit ternama mancanegara bergabung di stan yang buku asing. Jadi, selain menampilkan buku dan produk dari penerbit-penerbit Indonesia, IIBF juga menghadirkan buku-buku dari penerbit mancanegara.
MINA: Apa yang paling istimewa di IIBF 2017?
Husni: Saya yakin dunia penerbitan Indonesia bermasa depan cerah, IIBF tahun ini menjadi ajang silaturahim dan tukar pikiran antara penerbit domestik dan mancanegara, serta tidak menutup kemungkinan bagi penulis ataupun masyarakat yang hadir di IIBF bisa saling berkunjung ke penerbit-penerbit seperti diskusi atau menanyakan hak cipta, adaptasi tentang perfilman dan animasi, right fair mengakomodir publik dan transaksi bisnis di stan ruangan.
Kemudian, Kerajaan Arab Saudi melalui lembaga pendidikannya, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Arab (LIPIA) membagikan 10 tiket haji gratis (grand prize) sebagai tamu raja, yang diundi selama berlangsungnya International Inonesia Book Fair.
MINA: Apa harapan Anda untuk IIBF ini?
Husni: Dan akhirnya kita sama-sama melafalkan bahwa it is not just a book fair; it’s a book affair. Sebagai peristiwa kebudayaan dan sebagaimana juga pameran buku di berbagai negara, IIBF juga tidak melulu soal buku. Produk-produk kebudayaan dan kreatif lain-musik, film, animasi, fashion, kuliner, dan lain-lain- sedang dan akan terus dilibatkan dalam perhelatan ini.
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
Pameran buku, suatu saat, boleh jadi akan menjadi judul agung bagi pameran multiproduk kreatif. Semua pihak salutnya merasa bangga menjadi bagian kegiatan terhormat bernama pameran buku.
Tahun ini, kita kosong mendatangkan tamu kehormatan, tapi insya Allah kedepan kita akan berusaha untuk lebih baik lagi, dan insya Allah kita sedang mencoba Perancis sebagai tamu kehormatan. (L/R07/RS2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya