Islamofobia Mengepung Kota London

Oleh: Illa Kartila – Redaktur Senior Miraj Islamic News Agency/MINA

Warga Muslim di Inggris bersedih dan ketakutan atas serangan yang terjadi di Masjid Finsbury Park di London utara, Ahad (18/6) malam 2017 waktu setempat, ketika sebuah van menghantam sejumlah jemaah yang baru saja usai mengikuti salat tarawih dan mengakibatkan sedikitnya satu orang tewas dan 10 korban lainnya luka-luka.

Menurut saksi mata atas serangan ke Masjid Finsbury Park London, dia melihat seorang pria di belakang stir mobil keluar dari vannya dan berteriak bahwa dia ingin membunuh seluruh Muslim. Pelaku berusia sekitar 48 tahun itu telah ditahan polisi namun belum diketahui identitasnya.

Warga Worcester menyatakan sangat terkejut atas insiden serangan terhadap jamaah Masjid Finsbury Park London. Belum lama ini mereka dikagetkan oleh tiga serangan mematikan di Jembatan Westminster, Manchester, dan Jembatan London serta Pasar Borough, Sabtu (3/6) malam.

Serangan di London pada akhir pekan lalu itu melibatkan tiga ekstremis Islam – Khuram Butt, Rachid Redouane, dan Youssef Zaghba, yang kemudian dibunuh oleh polisi. Sebelum ditembak mati polisi, mereka membunuh delapan orang. Pelaku, yang diklaim ISIS sebagai “tentara” mereka menabrakkan kendaraannya kepada para pelintas di trotoar Jembatan London, dan menusuk beberapa orang.

Serangan anti-Muslim di London, ibukota Inggris menurut walikota Sadiq Khan meningkat lima kali sejak serangan di Jembatan London itu. Seperti dikutip oleh kantor berita Perancis AFP, dia memperingatkan, polisi akan melakukan “pendekatan tanpa toleransi untuk setiap ujaran kebencian dan segala kemungkinan guna membasmi ekstremisme dari kota kita”.

Statistik sementara sampai 6 Juni menunjukkan peningkatan insiden rasis sebesar 40 persen, dibandingkan dengan rata-rata harian tahun 2017. Ada peningkatan jumlah insiden lima kali lipat,” kata kantor walikota tersebut dalam sebuah pernyataan.

Disebutkan, setidaknya terjadi 54 insiden rasis. Jumlah itu jauh lebih tinggi dari rata-rata harian sepanjang tahun 2017 hingga 6 Juni, yang hanya 38 kasus per hari, 20 di antaranya adalah insiden insiden insiden anti-Muslim, jauh di atas rata-rata harian 2017 yakni 3,5 kasus.

“Ini adalah tingkat kejadian Islamofobia tertinggi di tahun 2017 sampai saat ini,” kata pernyataan walikota tersebut sambil menambahkan bahwa hal itu lebih tinggi daripada tingkat kasus yang terjadi setelah serangan teror di sejumlah tempat pada November 2015 di Paris, Perancis, yang menyebabkan 130 orang tewas.

Di halaman Facebook-nya, Khan meminta warga London “untuk bersama-sama, dan mengirim pesan yang jelas ke seluruh dunia bahwa kota kita tidak akan pernah terbagi oleh orang-orang yang menakutkan, yang berusaha menyakiti kita dan menghancurkan jalan hidup kita”.

Dia menyebut insiden penabrakan jamaah yang menewaskan satu orang ini merupakan serangan terhadap nilai-nilai bersama. “Seperti serangan di Manchester, Westminster dan London Bridge, ini adalah serangan terhadap nilai-nilai kita bersama dalam hal toleransi, kebebasan dan rasa hormat,” ujarnya dalam pernyataan yang dikutip Reuter.

Insiden ini terjadi di ruas jalan Seven Sisters di Islington. Menurut pantauan CNN daerah tersebut merupakan pusat komunitas Muslim di sana. Dengan 10 persen populasi Muslim, sedikitnya Islington memiliki empat masjid besar.

Dugaan aksi teror pertama kali diungkapkan oleh Perdana Menteri Inggris Theresa May. “Polisi mengonfirmasi insiden ini diduga merupakan serangan teroris.” Melalui pernyataan tersebut, dia juga mengucapkan belasungkawa kepada para korban.

Mohammed Iqbal, Sekretaris Jenderal Masjid Sentral Worcester mengatakan, “insiden seperti ini – menabur kebencian terhadap umat Muslim atau pihak manapun – tidak membantu. Saya bangun ketika mendengar kabar serangan itu. Saya sangat terkejut. Saya rasa insiden itu mengerikan khususnya bila dikaitkan dengan peristiwa terbakarnya sebuah apartemen di London.”

Dikepung teror

Serangan itu menambah panjang daftar insiden yang meneror warga London sepanjang tahun 2017. Rangkaian teror ini berawal pada Maret lalu, ketika seorang pria mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi ke arah pejalan kaki di Jembatan Westminster.

Pelaku kemudian keluar dari mobil dan menusuk seorang petugas di depan gedung parlemen Inggris. Insiden yang terjadi dalam waktu 82 detik itu merenggut empat dan melukai puluhan orang lainnya. Teror masih mengguncang Kota London ketika pada 3 Juni, tiga pria menabrakkan mobilnya ke arah kerumunan di Jembatan London dan menewaskan 22 orang.

Tak hanya London, Manchester juga menjadi target aksi teror ketika serangan bom bunuh diri mengguncang arena konser Ariaba Grande hingga menelan 22 korban jiwa pada 22 Mei lalu.

Peristiwa yang terjadi lepas tengah malam pada para jamaah masjid disebut polisi sebagai “insiden besar” dan mereka langsung menutup Seven Sisters Road, perempatan sibuk yang menjadi tempat kejadian perkara. Helikopter dan kendaraan tanggap darurat langsung disiagakan di lokasi.

Selain itu, pasukan keamanan terlihat berjaga sementara polisi memasang garis keamanan sepanjang radius satu kilometer di sekeliling area masjid. Anjing pelacak juga diturunkan di lokasi kejadian.

“Kami melihat banyak orang berteriak dan terluka,” kata salah seorang saksi mata, David Robinson kepada AFP.
Cyntia Vanzella yang tinggal dekat lokasi kejadian menulis di Twitter, “sangat menegerikan melihat polisi melakulkan CPR, berusaha menolong orang-orang yang bergelimpangan di jalan. “Saya berharap, mereka semua selamat.”

Organisasi Muslim terbesar di London, Muslim Council of Britain (MCB) menyebut insiden itu terjadi di luar Muslim Walfare House di Seven Sisters Road.

Petugas media dan kru tanggap darurat di lokasi kejadian mengatakan, “prioritas kami adalah memeriksa tingkatan luka dan memastikan mereka yang paling membutuhkan perawatan lebih dulu dan dibawa ke rumahsakit.”

Jumlah warga Muslim di Inggris untuk pertama kalinya menembus angka tiga juta, berdasarkan data dari Badan Nasional Statistik (ONS), yang dirilis pada akhir Januari 2016. Data ONS memperlihatkan jumlah warga Muslim mencapai 3.114.992 orang pada 2014 atau setara dengan 5,4% dari total populasi.

Menurut mingguan Mail on Sunday yang mendapatkan data ONS, kenaikan warga Muslim ini disebabkan oleh imigrasi dan tingkat kelahiran. Di beberapa kawasan di ibu kota London, proporsi penduduk Muslim mencapai hampir 50 persen seperti di Tower Hamlets dan Newham di London timur.

Mingguan ini memperkirakan, jika tren ini berlanjut, di dua kawasan ini Muslim akan menjadi warga mayoritas dalam kurun 10 tahun mendatang. Islam adalah salah satu agama dengan pertumbuhan tertinggi di Inggris. Pada 1991 lalu jumlah warga Muslim di Inggris hanya tercatat 950.000 jiwa atau sekitar 1,9 persen dari total penduduk. (RS1/P1)

Miraj Iskamic News Agency/MINA

Wartawan: illa

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.