Jessey Eagan, seorang ibu rumah tangga dengan dua putera, beragama Kristen yang bekerja paruh waktu sebagai direktur pengasuhan anak-anak di Gereja Dei Imago di Peoria, Illinois, Amerika Serikat, telah memilih untuk memakai jilbab.
Ia mengungkapkan, telah mengenakan jilbab sebulan lebih, komentarnya di dunia maya tentang pengalaman istimewanya di #40daysofhijab.
Dalam sebuah wawancara dengan The Christian Post (CP), Senin (March 2) lalu, Eagan menjelaskan mengapa ia memutuskan untuk memakai jilbab penutup kepalanya, pakaian yang biasa dikenakan oleh wanita Muslimah di depan umum. Beberapa reaksi pun dia terima baik dari kalangan Kristen maupun Muslim.
Berikut cuplikan wawancara The Christian Post (CP) dengan Jessey Eagan (JE):
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
CP: Apa yang mengilhami Anda untuk memakai jilbab?
JE: Sekitar tujuh tahun yang lalu saya dan suami saya tinggal di Amman, Yordania. Kami akhirnya mengajar di sebuah sekolah Islam, kami berada di sana. Ketika kami kembali, kami juga tidak terlalu tahu banyak tentang Islam.
Kami hanya datang ke sana dan kemudian tahu banyak orang yang beragama Islam, mereka dalam membangun persahabatan benar-benar hebat. Itu memiliki efek yang sangat besar pada pandangan saya terhadap kehidupan.
Suatu malam pada tahun ini, saya sedang duduk di rumah, saya berkata kepada suami saya, mungkin saya harus memakai jilbab yang dipinjamkan seorang teman lama dulu waktu di Jordania.
Suami saya bertanya, ”Mengapa pakai jilbab?”.
Pertanyaan itu tentu saja wajar karena suami saya ingin tahu, sebab keluarga saya dan keluarga tinggal di Peoria, Illinois, AS, dan ada jumlah Muslim yang cukup banyak di sini.
Saya bilang pada suami bahwa saya ingin mencoba saja memakainya dan saya akan coba bekerja di perhotelan. Saya ingin mengingat bagaimana rasanya menjadi orang luar, atau seperti Muslimah yang berjilbab di tengah masyarakat luar. Karena selama saya di Yordania, saya pasti tahu apa yang terasa seperti.
Dulu saya memperlihatkan rambut pirang, gadis bermata biru di kawasan Timur Tengah, saya berposisi sebagai orang luar. Aku mengingatkan diriku sendiri bagaimana rasanya menjadi orang luar, sehingga saya bisa mencintai orang lain, mencintai orang asing dan mencintai musuh.
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
CP: Apakah dengan memakai jilbab Anda merasa eksklusif?
JE: Ya, itu sulit dengan media yang tampaknya sering menggambarkan Islamofobia. Orang akhirnya pengelompokan semua Muslim dengan ekstrimis. Saya ingin mengingatkan bahwa orang-orang adalah memiliki hak individu, dan saya termasuk orang yang tidak peduli dengan apa yang mereka katakan.
CP: Bagaimana orang-orang Kristen dan Muslim bereaksi terhadap keputusan Anda untuk memakai jilbab?
JE: Saya mendapatkan masukan-masukan yang sangat positif dari kedua belah pihak. Saya bekerja paruh waktu mengasuh anak-anak di Gereja dan saya tetap berhubungan dengan sangat baik dengan komunitas Kristen saya. Mereka menganggap bagus.
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
Pada hari Minggu di Gereja, seorang wanita datang kepada saya dan berkata, “Jessey, aku sangat bangga padamu dan benar-benar menyukai postingan di blog Anda.”
Dia berada di sebuah pameran rumah di Peoria, di mana di sana ada seorang wanita Muslim berjilbab menjalankan pameran bisnis.
Sebelum membaca blog Anda, saya menjauh dan tidak pernah melakukan kontak dengan dia. Tetapi setelah membaca blog Anda, saya tidak seperti itu lagi. Ini benar-benar mengubah perspektif tentang wanita Muslim berjilbab itu. Itu benar-benar menggembirakan!
Sebelum saya mulai memakai jilbab, saya mengirim pesan kepada teman saya yang Muslim. Dia adalah asisten utama di sekolah Islam tempat saya mengajar dulu.
Saya bilang bahwa saya tidak bermaksud menyinggung perasaan orang lain, dan saya hanya ingin tahu apakah ide saya memakai jilbab itu memang boleh.
Dia berpikir bahwa itu adalah ide yang sangat baik dan siapa pun tidak masalah dengan itu. Dia menyebutnya sebagai tindakan yang bagus, wujud perdamaian dan cinta. Dia meminjamkan saya 20 kerudung untuk saya pakai.
Suatu ketika, ibu saya meminta saya untuk pergi berenang. Saya tidak pernah berpikir saya akan lakukan itu apalagi di tengah musim dingin. Apakah saya berenang dengan memakai jilbab pinjaman? Tapi saya bilang OK. Tapi saya sendiri tidak tahu bagaimana saya akan melakukan itu nanti.
Teman saya Muslim dari sekolah lain ternyata memiliki pakaian burkini yang dapat menutup seluruh aurat saat berenang, yang dapat menutupi rambut, leher, sampai kaki.
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
Saya pun memakai itu untuk pergi berenang dengan ibu saya dan anak-anak saya.
Dan dari komunitas Muslim di sini, saya banyak mendapat penghargaan dan dorongan. Banyak orang mengatakan bahwa itu benar-benar baik untuk mengetahui bahwa ada orang di luar Muslim yang bersedia melakukan hal semacam ini, memakai jilbab. Bagi perempuan Muslim tentu apalagi, pasti memakainya, pikirnya. Subhanallaah. (T/P4/R11).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya