Kadin Harap Pemerintah Tingkatkan Industri Perikanan Indonesia

Wakil Ketua Umum Bidang dan , Yugi Prayanto.(Foto: SWA)

Jakarta, MINA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan meminta tahun ini pemerintah lebih memperhatikan pada aspek produksi, penyerapan dan pemasaran, industrialisasi hingga peningkatan investasi di sektor perikanan.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan, Yugi Prayanto mengatakan, pihaknya berharap agar pemerintah dapat memberikan kemudahan dalam proses penangkapan dan produksi komoditas perikanan. Pasalnya, sekarang ini kondisi di lapangan kurang begitu kondusif.

“Masih banyak nelayan yang mengeluhkan tentang kebijakan pemerintah. Ini tentu menghambat proses produksi,” ungkap Yugi di sela-sela pertemuan dengan jajaran Komite Tetap Kadin di Kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (10/1).

Sebaiknya, lanjut dia, pemerintah dapat memetakan kebijakan yang proporsional dengan memperhatikan aspek ekologis dan ekonomis untuk keberlanjutan sektor kelautan dan perikanan nasional.

Pihaknya juga berharap, juknis Inpres No. 7 Tahun 2016 Tentang Percepatan Industri Perikanan realisasi dan implementasinya dapat dipercepat.

Ekspor perikanan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2014 mencapai 1,3 juta ton, sementara tahun 2015 sekitar 1,1 juta ton. Ekspor produk perikanan 2016 hanya 1,07 ton, sedangkan tahun 2017 diperkirakan capaiannya relatif sama dengan tahun sebelumnya.

“Ekspor produk perikanan Indonesia belum banyak mengalami perubahan, jumlahnya juga ternyata semakin turun dan ini merupakan dampak dari turunnya produksi,” kata Yugi.

Berkaitan dengan hal tersebut, pihaknya juga mengingatkan pemerintah untuk terus mendorong sektor budidaya yang potensinya tidak kalah besar.

“Perkembangan budidaya kita masih harus ditingkatkan lagi. Dalam hal ini kita masih banyak ketinggalan sehingga pertumbuhan dan kontribusinya juga belum optimal”.

Untuk budidaya, Yugi memperkirakan Indonesia berpotensi menguasai 25% pasar seafood dunia di 2024 dengan capaian 240 juta ton/tahun sesuai dengan data yang diperoleh dari FAO. Dengan asumsi sebesar 60 juta ton/tahun dapat menjadi yang terbesar di dunia, senilai US$ 240 milyar/tahun dan dapat membuka lapangan kerja langsung untuk 30 juta kepala keluarga. (L/R01/RI-1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)