Oleh: Imaam Muslimin Yakhsaallah Mansur
Firmal Allah di dalam Surat Al-Jumuah ayat 2-4 :
هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِى الْاُمِّيّٖنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍۙ
وَّاٰخَرِيْنَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوْا بِهِمْۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُۙ
Baca Juga: Ustadz Hidayaturrahman: Lima Langkah Mentadaburi Al-Qur’an Dengan Metode Tathbiqi
ذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ
Artinya: “Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
Dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.
Demikianlah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki; dan Allah memiliki karunia yang besar”. (QS: Al-Jumuah 2-4).
Baca Juga: Islam Memuliakan Kaum Perempuan, Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur
Penjelasan surah Al-Jumuah ayat 1-4 ini sangat erat hubungannya maka jika melihat sebagian mushaf Al-Qur’an dari ke 2, 3, 4 tersebut diberi wakaf ‘La Wafa’.
Ayat ini membahas tentang Tanasub ayat (hubungan ayat dengan ayat sebelumnya) bahkan Tanasubul surah (hubungan surah dengan surah sebeleumnya). Mengapa Surah Al-Jumuah ini diletakan setelah surah Ash-Shaff yang menjelaskan tentang ahli kitab khusus orang Yahudi.
Surah Al-Jumu’ah ini menjelaskan bagaimana perilaku orang Yahudi, utamanya terhadap reaksi orang Yahudi dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah, dan juga perilaku orang Yahudi pada hari Jumat.
Maka, di dalam Surah Al-Jumuah ini Allah menjadikan untuk agama Islam hari berkumpul setiap pekan pada hari Jumat Namun kaum yahudi menyelengkan harinya menjadi hari Sabtu. Sejak awal Allah SWT menurunkan agama Islam menjadikan berkumpulnya umat Islam setiap pekan adalah hari Jumat.
Baca Juga: Ketika Umat Islam Diberi Anugerah Kekuasaan Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur
Hari Jumat artinya berkumpul kemudian orang Yahudi memindahkan dari jumat menjadi hari Sabtu kemudian dipindakan orang Nasrani menjadi hari Ahad atau Minggu.
Penjelasan Hari Jumat
Pertama ketentuan Allah untuk pelaksanaan ibadah per pekan adalah pada hari Jumat. Kemudian oleh orang Yahudi dipindahkan menjadi hari Sabtu kemudian oleh orang Nasrani dipindahkan lagi menjadi hari Minggu.
Setelah itu, Rasulullah membuktikan bahwasan beliau benar-benar Nabi yang diutus oleh Allah maka mengembalikan keutamaan hari Jumat, pertama kali shalat Jumat di Madinah setelah Rasulullah hijrah.
Baca Juga: Shalat Tahajud Penyebab Kemenangan dalam Jihad Melawan Musuh
Kemudian kenapa susunan dalam Asmaul Husna dalam ayat pertama disebutkan adalah Al-malik itu dijelaskan oleh Ibnu Kasir bahwasan sifat ini adalah sifat yang mempunyai zat yang mempunyai kemampuan untuk mengatur apa yang ada dilangit maupun dibumi dengan hukumnya.
Orang Yahudi setuju tidak dengan Kerasulullahan nabi Muhammad? Sangat tidak setujuh! mereka mengharapkan Nabi yang terakhir itu adalah bukan dari keturunan Ismail tetapi keturunan Ishaq. Tapi soal menentukan Nabi adalah hak Allah tetapi orang yahudi tidak mau, mereka untuk melawan kehendak Allah.
Menurut Ibnu Asyur Kata (فِي) fi atau pada oleh ayat di atas berfungsi menjelaskan keadaan Rasul. Ditengah mereka yakni bahwa beliau senantiasa berada dalam bersama mereka, tidak pernah meninggalkan mereka, bukan juga pendatang di antara mereka.
Kata (الأمِّيِّينَ) Al Ummiyyyin adalah bentuk jamak dari kata (ﺃﻣﻲ) Ummiyy dan terambil dari kata (ﺃﻢ) Umm/Ibu dalam arti seorang yang tidak pandai membaca dan menulis. Seakan-akan keadaanya dari segi pengetahuan sama dengan keadaanya ketika dilahirkan oleh ibunya atau sama dengan keadaan ibunya yang tak pandai membaca dan menulis.
Baca Juga: Urgensi Tulisan, Alat Tulis dan Penulis dalam Peradaban, Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur
Ini karena masyarakat Arab pada masa jahiliyah umumnya yang tak pandai membaca dan menulis, lebih-lebih kaum wanitanya.
Ada juga yang berpendapat bahwa kata Ummiyy terambil dari kata (ﺃﻣﺔ) ummah/umat yang menunjuk kepada masyarakat ketika turunnya al-Qur’an yang oleh Rasul dilukiskan ”Sesunggunya kita adalah umat yang ummiyy, tidak pandai membaca dan berhitung.” Betapapun, yang dimaksud dengan al-Ummiyyyin adalah masyarakat Arab.
Apalagi beliau diutus dari bangsa yang Umi (Buta Huruf). Jadi Rasul tidak buta huruf, bahkan orang-orang Jaringan Islam Liberal mengatakan Rasulullah itu buta huruf. Pernyataan seperti memalukan sampai semacam itu logika mereka, ya tidak pantas Rasul buta huruf. Tetapi diperkuat lagi riwayat-riwayat Tarikh mendukung bahwa Rasul ini buta huruf dan sekaligus membuktikan kebenaran Al-Quran.
Pertama, Beliau (Rasulullah) tidak buta huruf, bahkan ada tuduhan membaca kitab lama, Namun sebagian umat Islam menyatakan Nabi bukan buta huruf. Yang mengatur siapa Nabi sekarang adalah Allah bukan kamu (Yahudi) maka disebutkan dalam sifat-sifat Allah Al-Malik.
Baca Juga: Meneladani Kepribadian Rasulullah dengan Mengikuti Sunnahnya, Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur
Kedua, Al-Qudus adalah zat yang bersih dari sifat-sifat kekurangan dan memiliki sifat yang sempurna, jadi kamu (Yahudi) mengganggap Rasul itu kurang sempurna berarti juga Tuhan yang mengirim beliau (Kudus) tidak sempurna.
Ketiga, Al-Aziz (Maha Perkasa) tidak bisa dihalang-halang oleh kekuatan apapun, bahwasaan Allah sudah menentukan Nabi terakhir adalah dari keturunan Ismail.
Keempat, Al Hakim (Maha Bijaksana), tidak mungkin bahwasan Allah sesudah menentukan sesuatu atas landasaan kezhaliman.
Jadi, untuk meyakinankan orang-orang yahudi tenang kebenaran Kerasulullan Nabi Muhammad, Allah SWT menyebutkan 4 sifat-sifah Asmaul Husna. (A/R4/RS2)
Baca Juga: Kajian Surah Al-Jinn: Iblis dari Golongan Jin
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Semangat Hijrah dan Memperselisihi Orang Yahudi, Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur