Warga Palestina di Jalur Gaza kini memasuki tahun ke-11 di bawah pengepungan Israel.
Blokade tersebut mendiktekan kenyataan sehari-hari bagi orang-orang di Gaza, karena Israel mengendalikan perbatasan, wilayah udara, dan perairan.
Isolasi telah menghancurkan ekonomi di Gaza, memiskinkan sebagian besar dari 2 juta orang di dalamnya. Kini tanpa pasokan listrik, air dan kesehatan yang memadai.
Baca Juga: Israel kembali Serang RS Kamal Adwan, Sejumlah Fasilitas Hancur
Juni 2017 juga menandai tahun kesepuluh pemerintahan Hamas di Jalur Gaza.
Wartawan Al Jazeera berbicara kepada orang-orang Palestina di Gaza tentang kehidupan sebelum dan sesudah pengepungan Israel tahun 2007 diberlakukan.
Mohammad Abu Jayyab (35), Pemimpin Redaksi Al-Eqtesadia, koran ekonomi Palestina.
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Situasi ekonomi yang kita alami sejak pemilu 2006 hingga saat ini adalah realitas yang kompleks. Setiap tahun, situasi hidup, kemanusiaan dan sosial semakin buruk.
Kita berbicara tentang sekitar 17.000 – 18.000 mahasiswa yang lulus setiap tahun yang belum dapat menemukan pekerjaan.
Bahkan sektor industri dan produksi, yang dulunya menawarkan lebih dari 120.000 lapangan kerja, kini tidak menawarkan lebih dari 7.000 peluang. Sektor konstruksi praktis yang tidak beroperasi, dulu berkontribusi sekitar 22 persen dari produksi lokal dan menawarkan sekitar 70.000 peluang pekerjaan.
Di sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur, ada masalah besar, terutama di bidang air dan sanitasi. Air hari ini di Gaza tidak layak untuk diminum atau dimanfaatkan manusia. Kami berada di ambang bencana lingkungan dan kesehatan.
Baca Juga: Bantuan Pangan untuk Palestina
Kondisi ini sebagian besar disebabkan oleh kemunduran yang disembunyikan oleh politik internal Palestina setelah Hamas memenangkan pemilihan. Perpecahan dalam wilayah politik mendorong Hamas secara militer mengendalikan Gaza dan mendorong Otorita Palestina (PA) pindah ke Ramallah.
Tingkat pendapatan terus menurun dan tingkat kemiskinan semakin meningkat. Sedikitnya 80 persen orang di Gaza hidup dengan bantuan internasional dan sekitar 60 persen berada di bawah garis kemiskinan.
PA juga mengambil beberapa langkah beberapa bulan lalu yang mengakibatkan prospek ekonomi semakin suram di Gaza.
Hamas tidak memiliki alternatif untuk menghadapi kenyataan mengerikan yang kita jalani. Setiap penduduk di Gaza, bergantung dari intervensi eksternal dan belas kasihan Israel, orang Arab dan masyarakat internasional.
Baca Juga: RSF: Israel Bunuh Sepertiga Jurnalis selama 2024
Hammam Alyazji (35), spesialis pemasaran
Sepuluh tahun terakhir ini tragis dan bencana. Konflik dalam politik internal Palestina juga telah menjadi bencana, dan pendudukan Israel menjadi penerima manfaat utama dari konflik ini.
Kami biasa berbicara tentang hak pulang, tentang Yerusalem, tentang sebuah negara Palestina. Hari ini, tidak ada yang membicarakan masalah ini. Hari ini, kami berbicara tentang listrik, kami meminta hanya delapan jam, bahkan bukan 24 jam. Kami meminta penyeberangan dibuka sehingga kami bisa keluar dari sini.
Baca Juga: Al-Qassam Sita Tiga Drone Israel
Isu nomor satu di benak pemuda Gaza saat ini adalah berimigrasi. Begitu perbatasan terbuka, tanpa berlebihan, sekitar 50 persen pemuda di Gaza, jika mereka bisa pergi, mereka akan pergi.
Tidak ada masa depan di sini, tidak ada pekerjaan dan tidak ada kehidupan. Kami bahkan tidak memiliki kebutuhan dasar dalam hidup, yang tidak dipikirkan banyak orang, seperti listrik.
Kebebasan bergerak, listrik, dan perbatasan terbuka, sangat mewah bagi kami. Saya pikir dalam 10 tahun terakhir, Gaza telah terdorong mundur 50 tahun. Energi pemuda akan sia-sia belaka.
Satu-satunya pilihan yang kami miliki adalah tetap teguh dan sabar. Kami tidak akan menerima tunduk dan menyerah, dan kami juga tidak akan dikalahkan. Kami tidak sabar dengan pilihan, ini takdir kami. Untuk tetap waras, kukatakan pada diriku sendiri bahwa tidak ada yang abadi selamanya dan situasi yang kami hadapi ini tidak akan bertahan selamanya.
Baca Juga: Parlemen Inggris Desak Pemerintah Segera Beri Visa Medis untuk Anak-Anak Gaza
Shaymaa Marzouq (30), Wartawan
Sepuluh tahun terakhir telah mengubah wajah perlawanan Palestina. Jalur Gaza telah berubah menjadi garis depan pertahanan untuk kepentingan Palestina dan melawan proyek-proyek yang bertujuan untuk membubarkan hak Palestina menentukan nasib sendiri.
Gaza telah menjadi ikon gerakan perlawanan, dan telah ada dukungan besar-besaran dari rakyat untuk Gaza, baik dari wilayah Palestina lainnya di daerah-daerah yang diduduki pada tahun 1948, atau di dunia Arab pada umumnya. Kami telah melihat kampanye besar untuk mendukung Gaza di seluruh dunia, terutama selama serangan Israel.
Kehadiran Gaza, sebagai pembawa gerakan perlawanan. Dengan perlawanan militer sebesar ini, yang belum pernah terjadi sebelumnya di Palestina dalam menghadapi pendudukan, membawa begitu banyak nilai. Sayangnya, hal itu telah menyebabkan konsekuensi keras yang dipaksakan oleh Israel terhadap Gaza secara keseluruhan.
Baca Juga: Paus Fransiskus Terima Kunjungan Presiden Palestina di Vatikan
Itu adalah kenyataan yang dipaksakan pada kita. Israel tidak mematuhi Persetujuan Oslo, yang dimaksudkan untuk memimpin sebuah negara Palestina. Oleh karena itu, pasti banyak orang yang memilih jalan perlawanan.
Siapa pun yang Anda tanyakan hari ini akan menyadari bahwa Gaza setelah 2007 memburuk. Ada keruntuhan total di semua sektor keuangan di Gaza.
Kami mengharapkan hal-hal menjadi lebih baik setelah penarikan mundur Israel di tahun 2005. Saya pikir fakta bahwa keadaan menjadi lebih buruk, adalah kejutan bagi sebagian orang, tapi pendudukan tersebut memberlakukan pengepungan pada kami sehingga Anda jelas akan melihat lebih banyak efek negatif setelah tahun 2007.
Ketiga perang tersebut telah terbukti merupakan pengalaman paling sulit bagi Gaza, tapi ada dua sisi dalam hal ini.
Baca Juga: Israel Serang Kamp Nuseirat, 33 Warga Gaza Syahid
Peperangan tersebut menunjukkan bahwa Gaza mampu melawan. Pada saat bersamaan, kami harus menghadapi dampak seperti penghancuran perang dan penundaan yang tertunda dalam pembangunan kembali Gaza.
Saya percaya ini adalah pesan Israel (yang berbunyi), “Anda memilih jalan ini, jadi Anda harus membayar harganya.” (T/RI-1/P1)
Sumber: Tulisan Hosam Salem di Al Jazeera
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas: Pemindahan Kedutaan Paraguay ke Yerusalem Langgar Hukum Internasional