Keagungan Al-Quran

Oleh: Rendy Setiawan, Jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Al-Quran adalah wahyu Allah Ta’ala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam melalui perantaran malaikat Jibril alaihissalam. Al-Quran adalah kitab suci terakhir dari sisi Allah, kepada nabi dan rasul terakhir, untuk menjadi pedoman hidup bagi seluruh umat manusia dan jin.

Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai mukjizat retoris (balaghoh) dan kefasihan (fasahah) yang memang pada zaman itu, orang-orang Jahiliyyah sangat pandai dan terkenal karena kefasihan balaghahnya, kefasihan syairnya dan semisalnya.

Selama 14 abad lamanya, Al-Quran selalu unggul terhadap segala kritik yang dialamatkan kepadanya dan memberikan kebanggaan bagi jutaan bahkan milyaran muslim di muka bumi ini dengan kehebatannya dalam mendefinisikan seluruh makna secara sempurna. Al-Quran adalah kitab ilmiah terbaik yang Allah anugerahkan kepada umat manusia yang bahkan jauh lebih unggul dari pada falsafah Yunani kuno.

Al-Quran penuh dengan pujian dan syukur kepada Sang Pencipta bumi dan langit. Kesempurnaan dalam tiap kata Al-Quran tersembunyi di dalam kebesaran Allah yang telah menciptakan segalanya , dan telah mengutus dan memandu mereka sesuai dengan kemampuannya.

Bagi sastrawan, Al-Quran adalah kitab sastra. Bagi ahli bahasa, Al-Quran adalah harta karun kata-kata. Bagi penyair, Al-Quran adalah sumber harmoni. Lebih jauh lagi, kitab ini memasukkan semua kisah atas nama aqidah (keyakinan), ahkam (hukum-hukum) dan fikih (pemahaman).

Al-Quran boleh saja dilecehkan oleh kaum kafir maupun kelompok liberal. Namun, semua tindakan pelecehan mereka tak akan pernah mengurangi kemuliaan dan keagungan Al-Quran. Saat ini banyak (orang Barat yang mempelajari dunia ke-Timuran, khususnya Islam) menilai Al-Quran dari satu sisi, kemudian diikuti tanpa sikap kritis oleh kelompok liberal yang ingin menggugat Al-Quran.

Pada awalnya, hanya sekadar mengkritik hukum-hukum yang dikandung di dalam Al-Quran, yang dianggap tidak relevan lagi dengan zaman yang demikian maju, hingga fitnah keji dengan menuduh Al-Quran sebagai karangan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam belaka.

Andai Al-Quran bukan wahyu Allah, alias karangan manusia, lalu mampukah manusia di muka bumi ini membuat sesuatu tandingan dengan Al-Quran? Tanyakan kepada Musailamah Al-Kadzdzab yang mengaku sebagai rasul setelah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mencoba menandingi kehebatan Al-Quran.

Allah Ta’ala berfirman,

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ‌ۚ وَلَوۡ كَانَ مِنۡ عِندِ غَيۡرِ ٱللَّهِ لَوَجَدُواْ فِيهِ ٱخۡتِلَـٰفً۬ا ڪَثِيرً۬ا

Artinya: “Tidakkah kalian memperhatikan Al-Quran? Seandainya Alquran itu bukan dari sisi Allah, tentu mereka bakal menjumpai banyak pertentangan di dalamnya.” (Qs. An-Nisa’ [4]: 82)

Kemudian pada ayat lain, Allah Ta’ala juga berfirman,

وَإِن ڪُنتُمۡ فِى رَيۡبٍ۬ مِّمَّا نَزَّلۡنَا عَلَىٰ عَبۡدِنَا فَأۡتُواْ بِسُورَةٍ۬ مِّن مِّثۡلِهِۦ وَٱدۡعُواْ شُهَدَآءَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ صَـٰدِقِينَ

Artinya: “Jika kalian tetap dalam keraguan tentang Al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surah saja yang serupa dengan Al-Quran itu, dan ajaklah para penolong kalian selain Allah jika kalian memang orang-orang yang benar.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 23)

Al-Quran

Kemurnian Al-Quran terjaga melalui dua cara, yaitu hafalan jutaan orang yang  hafal Al-Quran  dan tulisan dalam mushaf yang dibaca oleh jutaan umat Islam setiap harinya. Mushaf Al-Quran terdiri dari 30 juz, 114 surat, dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas. Demikian pula hafalan para hafizh dan hafizhah seratus persen bersesuaian dengan tulisan di dalam mushaf Al-Qur’an.

Al-Quran adalah satu-satunya kitab suci Allah yang terpelihara kemurniannya dengan dua cara yang agung ini. Dengan terjaganya kemurnian Al-Quran, maka tidak ada seorang pun makhluk yang mampu menambah-nambahi, mengurang-ngurangi, atau merubah-rubah Al-Quran.

Setiap upaya yang dilakukan oleh tangan-tangan jahat untuk merusak Al-Quran berhasil dibongkar dan dipatahkan. Kemurnian Al-Quran akan senantiasa terjaga, sampai suatu waktu kelak menjelang hari kiamat, di saat Allah berkehendak untuk mengangkat Al-Quran dari muka bumi.

Sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah,

(وَلَٮِٕن شِئۡنَا لَنَذۡهَبَنَّ بِٱلَّذِىٓ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ بِهِۦ عَلَيۡنَا وَڪِيلاً (٨٦) إِلَّا رَحۡمَةً۬ مِّن رَّبِّكَ‌ۚ إِنَّ فَضۡلَهُ ۥ كَانَ عَلَيۡكَ ڪَبِيرً۬ا (٨٧

Artinya: “Dan sesungguhnya jika Kami menghendaki, niscaya Kami lenyapkan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan dengan pelenyapan itu, kamu tidak akan mendapatkan seorang pembela pun terhadap Kami. Kecuali karena rahmat dari Rabb-mu. Sesungguhnya karunia-Nya atasmu adalah besar.” (Qs. Al-Isra’ [17]: 86-87)

Semoga Allah menjadikan kita termasuk penghafal Al-Quran yang memiliki ikatan kokoh dengannya, dan selalu menjadikan Al-Quran sebagai pedoman dan penawar penyakit hati. Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang memiliki mushaf, maka hendaklah membacanya setiap hari walaupun beberapa ayat, supaya mushaf itu tidak seperti ditinggalkan.” (P011/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rendi Setiawan

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.