Kerjasama dengan Umat Budha, MER-C Bangun Rumah Sakit Indonesia Myanmar

Wawancara Eksklusif MINA dengan ketua Presidium  , Dr. Sarbini Abdul Murad.

Setelah sukses membangun Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina, kini lembaga kemanusiaaan yang bergerak di bidang medis kegawatdaruratan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) bekerja sama dengan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) dan didukung sepenuhnya oleh pemerintah Indonesia segera membangun rumah sakit Indonesia di wilayah , , untuk memberikan bantuan pengobatan kepada warga Muslim dan Budha di wilayah itu.

Wartawan MINA, Hasanatun Alya, mendapatkan kesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif dengan Presidium MER-C , Dr. Sarbini Abdul Murad yang akrab disapa dokter Ben. Berikut petikan wawancaranya;

MINA: Apa yang memotivasi MER-C sehingga ingin membangun rumah sakit di Myanmar?

Dr. Ben (MER-C): Perlu diketahui bahwa MER-C sebagai bagian dari elemen anak bangsa mempunyai peran untuk  menyebarkan nilai-nilai bangsa Indonesia yang luhur dan berbudi mulia. Diplomasi kemanusiaan yang ditawarkan MER-C menjadi salah satu strategi untuk mengkampanyekan perdamaian di seluruh penjuru dunia, termasuk dalam hal ini di Myanmar.

Konsep yang ingin kita berikan kepada rakyat Myanmar adalah, bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai macam suku, ras dan agama mampu membangun kerukunan, keharmonisan dan kerja sama dengan harmonis diantara pemeluk agama. Islam dan Budha di Indonesia bisa menjadi potret kerukunan yang layak ditiru oleh rakyat Myanmar.

Sebagaimana misi dan visi MER-C yang memberikan bantuan medis di wilayah-wilayah konflik, Propinsi Rakhine, Myanmar menjadi salah satu tujuan kita. Sebagaimana kita telah ketahui, wilayah itu menjadi daerah rawan konflik terutama komunitas Muslim dan Budha. Dengan adanya rumah sakit Indonesia yang dibangun atas kerjasama umat Muslim (MER-C) dan umat Budha (Walubi) dan pemerintah Indonesia tentunya akan menjadi potret kerukunan umat beragama di Indonesia.

MINA: Apa bentuk dukungan pemerintah Indonesia terhadap pembangunan rumah sakit di Myanmar?

Dr. Ben (MER-C): Oh, besar sekali, terutama diplomasi dengan pemerintah Myanmar. Selama ini, hubungan pemerintah Indonesia dengan Myanmar cukup baik. Perhatian berupa bantuan dana, sekolah gratis, fasilitas kesehatan yang diberikan pemerintah Indonesia untuk warga Rohingya juga cukup bagus.

Dari hasil pertemuan kami dengan Bapak Wakil Presiden Jusuf Kalla, pemerintah mendukung penuh pembangunan rumah sakit ini, mulai dari diplomasinya hingga bantuan dananya. Kita akan bergotong royong bersama, umat Islam yang di wakili MER-C, umat Budha yang diwakili Walubi, Palang Merah Indonesia, dan pemerintah Indonesia siap mensukseskan program ini mulai pembangunan fisiknya hingga rumah sakit ini beropresasi.

MINA : Sudah sejauh mana pembahasan dengan pihak Walubi?

Dr. Ben (MER-C): Pihak walubi yang diwakili oleh Ibu Siti Hartati Murdaya dan Suami menyambut positif rencana ini. Kami berdiskusi bersama-sama di kantor Wapres dan Alhamdulillah masing-masing dari kita berkomitmen untuk mensukseskannya.

Kita menyambut positif komitmen dari saudara kita Walubi dan kita berharap akan bisa bekerja sama hingga rumah sakit ini beroperasi. Tugas media mengawal hal ini demi suksesnya pembangunan rumah sakit tersebut.

MINA : Mengapa MER-C memilih lokasi pembangunan rumah sakit di Rakhine?

Dr. Ben (MER-C): Di Rakhine ada komunitas Muslim dan Budha. Populasi Muslim di sana ada sekitar 500 kepala keluarga, sementara komunitas Budha ada sekitar 1800 kepala keluarga. Saat ini kondisi di wilayah itu sudah berangsur membaik, meski belum sepenuhnya pulih.

Pesan kita, rumah sakit tetap dibangun dengan nama rumah sakit Indonesia. Kita berharap rumah sakit itu akan menjadi wahana rekonsiliasi. Jangan sampai ada pemisahan, rumah sakit ini benar-benar menerima kedua komunitas Muslim dan Budha.

Kita mendapat wakaf tanah seluas 4.000 meter persegi di Rakhine. Sekarang  sedang kita desain rumah sakit, bila rumah sakit sudah selesai, kita meminta persetujuan pemerintah di sana, kemudian kita serahkan kepada pemerintah disana.

MINA :  Berapa dana yang dibutuhkan untuk pembangunan rumah sakit itu?

Dr. Ben (MER-C): Kita targetkan dana 30 Milyar yang akan ditanggung oleh MER-C, Walubi, PMI dan pemerintah Indonesia.

Jumlah itu sudah termasuk pembangunan fisik berikut alat kesehatannya. Memang rencananya tidak sebesar rumah sakit Indonesia di Gaza, namun setidaknya lebih besar dari ukuran puskesmas. Kalau untuk fungsinya, kita akan setting tetap seperti rumah sakit.

MINA : Untuk relawan pembangunan, apakah akan dikerjakan relawan dari Indonesia ?

Dr. Ben (MER-C): Kita rencanakan pembangunan fisiknya melibatkan warga lokal sehingga lebih terasa partisipasi mereka. Kita hanya menyiapkan managemen, insinyur dan dananya. Namun tidak menutup kemungkinan melibatkan juga relawan dari putra-purti Indonesia.

Ketua pembangunan rumah sakit ini akan dipegang oleh Ir. Faried Thalieb. Beliau yang berpengalaman beberapa kali pergi ke Rakhine, memiliki jaringan dengan para pengusaha di Myanmar, juga memiliki hubungan baik dengan para tokoh di sana.

MINA : Sejauh ini respon pemerintah Myanmar tehadap MER-C seperti apa?

Dr. Ben (MER-C) : Sangat bagus, malah mereka yang menanyakan terus, kapan pembangunan rumah sakit Indonesia dimulai.

Pemerintah Myanmar baru saja mengalami pergantian pimpinan. Mudah-mudahan dengan adanya pemimpin baru Myanmar, mereka akan bisa mengakomodir kepentingan minorotas Muslim di sana, memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga negara dan hak-haknya dapat dipenuhi.

Saya pribadi optimis, pemerintah Myanmar akan berlaku adil kepada komunitas Muslim, khususnya warga Rohingya.

MINA : Target pembangunan sampai kapan?

Dr. Ben (MER-C) : Kita belum pastikan, tapi insyaAllah secepatnya. Mudah mudahan kurang dari dua tahun pembangunan akan selesai dan segera beroperasi.

Kita bangun rumah sakit di Gaza saja perlu waktu dua tahun. Di Myanmar, lebih mudah dan tingkat bahayanya lebih rendah daripada di Gaza. Musah-mudahan segera selesai.

MINA : Apakah MER-C optimis dengan adanya RS Indonesia di Rakhine dapat meredakan ketegangan di sana?

Dr. Ben (MER-C) : Kita berusaha untuk memberikan pelajaran dan contoh kepada masyarakat Myanmar bahwa masyarakat Indonesia seperti ini lho. Buktinya rumah sakit ini didirikan dari masing-masing elemen, baik Muslim dan Budha, jadi yang benar-benar kita  kedepankan adalah keharmonisan, karena kebencian tidak perlu kita pelihara.

MER-C bukan diplomat, tapi sebagai upaya diplomasi, kita bisa memberikan sumbang sih terhadap sesama manusia. Kita harus menghormati sebagai sesama manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Kita harus tunjukkan kepada masyarakat Myanmar, agama bukan alat untuk saling membunuh, tapi sebagai sarana untuk membangun kerjasama yang harmonis.

MINA : Sampai saat ini sudah berapa dana yang masuk ke MER-C untuk Pembangunan RS tersebut?

Dr. Ben (MER-C) : Masih sangat sedikit, mungkin baru sekitar 500 ribu rupiah. Tapi kita optimis, dana akan bisa kita galang dengan dukungan seluruh komponen bangsa. Apalagi pemerintah mendukung penuh program ini.

MINA :  Jika ada yang ingin mendonasikan dana untuk pembangunan RS Indonesia di Myanmar, kemana mereka harus donasi ?

Dr. Ben (MER-C) : Bagi yang ingin mendonasikan dana untuk pembangunan RS Indonesia di Myanmar bisa melalui;  Bank Syariah Mandiri,  700.130.6833  atau  BCA, no rekening 686.028.0009, atas nama: Medical Emergency Rescue Committee.

MINA : Apa pesan dokter untuk masyarakat Indonesia supaya bisa membantu pembangunan RS di sana?

Dr. Ben (MER-C) : Di bulan Ramadhan penuh berkah, ini kesempatan buat kita, terutama umat Muslim untuk bisa membantu saudara kita di Myanmar, pada saat ini mereka menantikan dan membutuhkan bantuan dan uluran tangan kita.(L/hna/R03 )

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

 

 

 

 

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.