Khutbah Idul Fitri 1438: Tingkatkan Jihad dengan Al-Quran untuk Kejayaan Islam

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ هُوَ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.  إنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَـغْفِرُهُ , وَنَعُوْذُ بِالله ِمِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا  وَ مِنْ سَـيِّأَتِ أَعْمَالِنَا , مَنْ يَهْدِهِ الله فَلاَ مُضِلَّ لَهُ , وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنََّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ , اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَّعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ وَمَنْ وَّالَهُ , مَا شَاءَ اللهُ كَانَ وَمَا لَمْ يَشَاءَ لَمْ يَكُنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ  إِلاَّ بِاللهِ , اَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ اُوْسِيْنيْ وَاِيَّاكُمْ بِتَقْوَااللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ,كَمَا قَالَ اللهُ وَتَعَالَى , أَعُوْذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ  بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ :  يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ , وَقَالَ اللهُ فِيْ اَيَةٍ اُخَرُ , يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغدٍ  وَّاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ, يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا , يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وَقَالَ
الله اكبر, الله أكبر,  ولله الحمد

Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jamaah Idul Fitri rahimakumullah

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah ‘Azza wa Jalla, Dzat Yang Maha Mulia, Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. Kepada-Nya segenap makhluk bergantung dan hanya kepada-Nya segala sesuatu akan kembali. Dialah Al-Khaliq, Dzat yang telah menciptakan dan mengatur alam dan segala isinya ini dengan seluruh aturan-Nya yang utuh lagi sempurna.

Dialah Al-Hakim, Dzat yang Maha Pembuat Hukum, yang syariat-Nya membawa rahmat bagi semesta alam. Dialah Al-‘Aliim, yang maha mengetahui segala desiran isi hati dan segala angan khayalan inderawi. Kepada-Nya kita masing-masing akan mempertanggungjawabkan setiap apa yang kita lisankan dan apa-apa yang kita kerjakan.

Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan dan teladan kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, segenap keluarganya, para shahabatnya, serta para pengikutnya yang tetap istiqamah berjihad di jalan-Nya, hingga akhir masa. Dialah utusan Allah, yang telah menghabiskan seluruh waktu dan hidupnya untuk menegakkan syariat Allah di muka bumi ini. Dialah Rasul berakhlak Al-, yang ucapannya selaras dengan tindakannya, tutur katanya jujur, indah dan bermakna. Dialah Al-Amin yang menjadi uswatun hanasah bagi kita ummatnya yang mencintainya.

Dialah Rasulullah pembawa kedamaian, kesejahteraan dan kasih sayang bagi segenap alam, pembaca misi Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Saudara-saudara mukminin mukminat yang dimuliakan Allah

Saat ini di pagi nan benderang, beratapkan cakrawala membentang, kita melaksanakan shalat Idul Fitri secara berjamaah karena Allah, dengan penuh kegembiraan.

Kita semuanya berbahagia dan bersyukur ke hadirat ilahi robbi, Sang Penguasa jagat raya pemilik langit dan bumi, pemberi rezki seluruh makhluk-Nya dari jaman terdahulu hingga kini dan kemudian hari.

Dialah yang telah mengantarkan kita ke hari yang fitri ini. Semoga mengantarkan kita menjadi hamba-hamba-Nya yang hakiki, pemegang derajat taqwa di sisi robbul ‘izzati. Amiin ya robbal ‘aalamiin.

Selanjutnya, melalui khutbah ini khatib berwasiat untuk dirinya dan untuk seluruh hadirin tercinta, marilah kita semua senantiasa menjaga kualitas taqwa yang telah kita raih pada bulan suci Ramadhan kemarin, untuk selanjutnya kita teruskan pada bulan-bulan sesudahnya. Sebab, kemuliaan seseorang di sisi Allah sangat tergantung dari tingkatan ketaqwaannya, bukan karena banyaknya harta, atau sebab tingginya pangkat, juga tidak dengan hebatnya kedudukan di dunia. Namun semata-mata karena taqwanya, keistiqamahannya menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.

إنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya: ”Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS Al-Hujurat :13).

…..وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُ ۥ مَخۡرَجً۬ا وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُ‌ۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُ ۥۤ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَـٰلِغُ أَمۡرِهِۦ‌ۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدۡرً۬ا …..وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُ ۥ مِنۡ أَمۡرِهِۦ يُسۡرً۬ا

Artinya : “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan [keperluan]-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan [yang dikehendaki]-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. …..Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS At-Talaq : 1-4).

Hadirin-hadirat yang sama-sama mengharap ridha dan ampunan Allah Ta’ala

Setelah kita menjalankan ibadah sepanjang bulan suci Ramadhan, marilah coba kita renungkan kembali dan kita teruskan hikmah-hikmah Ramadhan tersebut. Di antaranya adalah:

Hikmah Pertama, Ramadhan mengantarkan hamba-Nya menjadi manusia bertakwa yang senantiasa terhubung dan dekat dengan Allah atau muroqobatullah. “La’allakum tattaquun,” begitulah memang tujuan puasa, meraih derajat takwa.

Bagaimana tidak, saat puasa di siang hari, tidak ada siapa-siapa, juga tidak ada cctv. Namun biarpun demikian, ada makanan enak dan meninuman menyegarkan, tetap saja tangan tidak berani meraihnya dan mulut tidak mau meminumnya. Apa artinya? Artinya adalah jiwa merasa dekat dan dilihat oleh Allah.

Merasa selalu dalam pengawasan Allah, inilah hikmah utama dari pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan.

Dan memang demikianlah, manusia jika ingin mendapatkan tempat terhormat di sisi Allah Yang Maha Suci, mestilah kembali dengan hati yang suci, hari yang bersih, hati yang jujur, baik, tanpa ada rasa benci, dendam dan iri hati atau Qolbun Salim.

Ini seperti Allah sebutkan di dalam ayat:

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)

Artinya: (Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.(QS. Asy-Syu’ara [26]: 88).

Itulah maka, setelah sebulan berpuasa di siang harinya, dan melaksanakan shalat tarawih pada malam harinya, maka kita kembali pada Hari Raya Idul Fitri, kembali pada fitrahnya manusia, bersih lagi suci.

فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفً۬ا‌ۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡہَا‌ۚ لَا تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِ‌ۚ ذَٲلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَـٰكِنَّ أَڪۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ (٣٠) مُنِيبِينَ إِلَيۡهِ وَٱتَّقُوهُ وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَلَا تَكُونُواْ مِنَ ٱلۡمُشۡرِڪِينَ (٣١) مِنَ ٱلَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمۡ وَڪَانُواْ شِيَعً۬ا‌ۖ كُلُّ حِزۡبِۭ بِمَا لَدَيۡہِمۡ فَرِحُونَ (٣٢)

Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama [Allah]; [tetaplah atas] fithrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fithrah itu. Tidak ada perubahan pada fithrah Allah. [Itulah] agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (30) dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, (31) yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (32). (QS Ar-Ruum [30]: 30-32).

Allahu akbar walillaahilhamd.

Selanjutnya, hadirin yang berbahagia

Hikmah Kedua, Ramadhan mengantarkan hamba-Nya menjadi orang-orang yang mencintai dan berpedoman pada Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana ayat yang berkaitan dengan Ramadhan mengatakan:

شَہۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِ…..‌ۚ

Artinya: “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan [permulaan] Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda [antara yang hak dan yang bathil]……”. (QS Al-Baqarah [2]: 185).

Karena Al-Quran itu adalah mutlak wahyu Allah, maka siapapun yang berpegang teguh pada Al-Quran, niscaya dia akan selamat dan mendapatkan pahala yang besar.

Pada ayat lain disebutkan:

إِنَّ هَـٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ يَہۡدِى لِلَّتِى هِىَ أَقۡوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرً۬ا كَبِيرً۬ا

Artinya: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada [jalan] yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (QS Al-Isra [17]: 9).

Maka, sebaliknya, siapa saja yang menghina, melecehkan atau berolok-olok dengan ayat-ayat Allah, maka Allah memperingatkan mereka dengan azab yang pedih. Di antaranya disebut di dalam ayat:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ . لا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ

Artinya: “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian selalu berolok-olok?.” Tidak usah kalian meminta maaf, karena kalian telah kafir sesudah kalian beriman. Jika Kami memaafkan segolongan daripada kalian (lantaran mereka tobat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS At-Taubah [9]: 65-66).

Dan begitulah memang, orang-orang kafir yang memusuhi Islam, mulut-mulut mereka benci kepada umat Islam, dan apa yang ada di hati mereka jauh lebih besar lagi.

Allah menyebut di dalam ayat:

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ بِطَانَةً۬ مِّن دُونِكُمۡ لَا يَأۡلُونَكُمۡ خَبَالاً۬ وَدُّواْ مَا عَنِتُّمۡ قَدۡ بَدَتِ ٱلۡبَغۡضَآءُ مِنۡ أَفۡوَٲهِهِمۡ وَمَا تُخۡفِى صُدُورُهُمۡ أَكۡبَرُ‌ۚ قَدۡ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلۡأَيَـٰتِ‌ۖ إِن كُنتُمۡ تَعۡقِلُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu [karena] mereka tidak henti-hentinya [menimbulkan] kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat [Kami], jika kamu memahaminya”. (QS Ali Imran [3]: 118).

يُرِيدُونَ لِيُطۡفِـُٔواْ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفۡوَٲهِهِمۡ وَٱللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوۡ ڪَرِهَ ٱلۡكَـٰفِرُونَ

Artinya: “Mereka ingin hendak memadamkan cahaya [agama] Allah dengan mulut [ucapan-ucapan] mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.” (QS Ash-Shaff [61]: 8).

Apalagi kalau sampai menghina atau tidak memuliakan para ulama pewaris Nabi, ulama yang ikhlas, ulama yang jujur. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan:

لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ

Artinya: “Bukan termasuk ummatku, siapa yang tidak memuliakan orang yang lebih tua, menyayangi orang yang lebih muda dan mengetahui hak-hak orang alim.” (HR Al-Hakim dari Ubadah bin Shamit Radhiyallahu ‘Anhu).

Berkata Al-Imam Hasan Al-Bashri “Dunia itu seluruhnya gelap, kecuali majelis-majelisnya para ulama.”

Maka, mari kita hormati, hargai, jaga dan bela para ulama pewaris para Nabi tersebut.

Hadirin Rahimakumullah

Hikmah Ketiga, Ramadhan mengantarkan hamba-Nya menjadi orang-orang lebih giat berjihad berjuang, di jalan Allah, dalam meninggikan kalimah Allah.

Untuk menegakkan kalimatullah hiyal ‘ulya, diperlukan semangat yang tidak boleh putus. Karena jihad inilah merupakan puncak amal ibadah kita kepada Allah. Seperti nuansa jihad dalam bulan Ramadhan. Semangat Perang Badar Al-Kubra, yang juga terjadi pada bulan suci Ramadhan.

Semangat juang kemerdekaan Republik Indonesia, yang juga terjadi pada bulan suci Ramadhan. Kemerdekaan yang diraih dengan kalimat Takbir “Allahu Akbar”, kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dimotori oleh para ulama, tokoh Islam dan kaum santri.

Tentang jihad sebagai puncak perkara, disebutkan dalam hadits Mu’adz Radhiyallahu ‘Anhu:

رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ

Artinya: Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak perkaranya adalah jihad.” (HR Ay-Tirmidzi).

Dalam hal ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

 فُكُّوا الْعَانِيَ وَأَطْعِمُوا الْجَائِعَ، وَعُودُوا الْمَرِيضَ

Artinya : “Bebaskan orang yang sedang tertawan, berikanlah makan kepada orang yang sedang kelaparan, dan jenguklah orang sedang sakit”. (HR Bukhari).

Dan, kalau sampai seseorang meninggalkan jihad, maka justru kefakiranlah akibatnya.

لاَ يَدَعُ قَوْمٌ الْجِهَادَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ ضَرَبَهُمُ الله بِالْفَقْرِ

Artinya : “Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad fie sabilillah, melainkan Allah timpakan kefakiran terhadap mereka.” (HR Ibnu ‘Asakir).

Dan untuk itu, untuk mewujudkan kesatuan umat Islam, untuk menegakkan kalimatullah hiyal ‘ulya, diperlukan semangat jihad yang tidak boleh putus. Karena jihad inilah merupakan puncak amal ibadah kita kepada Allah.

Jihad menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, menegakkan keadilan dan kebanaran, serta membangun bangsa dan negeri dalam ridha Allah. Termasuk dari bagian jihad adalah membebaskan saudara-saudara kita di Palestina yang masih terjajah Zionis Israel. Juga saudara-saudara kita yang memerlukan pertolongan, mereka yang tertawan, mereka yang di pengungsian, mereka yang terzalimi.

Allahu akbar walillaahil hamd. Jamaah Idul Fitri yang terhormat,

Hikmah keempat adalah bahwa Ramadhan mengantarkan hamba-Nya sesama orang-orang berikan adalah satu kesatuan umat Islam dalam memperibadati-Nya.

Puasa Ramadhan sebulan penuh telah mengantarkan hamba-Nya menjadi manusia yang memiliki empati kepada sesama saudaranya.

Kalau simpati itu ada orang lain berduka, kita ikut berduka. Orang lain susah, kita ikutn prihatin. Tapi kalau empati adalah ketika orang lain susah, kita bukan hanya ikut prihatin tapi juga langsung aksi nyata ikut menolongnya.

Itulah maka dalam bulan suci Ramadhan itu dianjurkan untuk saling menolong sesama, gemar berderma atau berinfaq di jalan yang Allah ridhai.

Bagaimana tidak, orang yang berpuasa merasakan batapa haus dan laparnya saat berpuasa. Baru puasa sehari, seminggu atau paling lama sebulan.

Namun coba lihatlah bagaimana saudara kita yang tinggal tak menentu di pengungsian, yang jumlahnya kini mendapai puluhan juta. Bayangkan bagaimana nasib para pengungsi oraang-orang Palestina yang terusir dari negerinya sendiri yang sah. Anak-anak suriah, Irak. Juga bagamana nasib ibadah saudara-saudara kita di negeri minoritas seperti di Rohingya Arakan, Myanmar, di Uighur China, dan di tempat-tempat lainnya.

Di sinilah dengan ibadah puasa mengajarkan rasa persaudaraan yang tinggi, bahwa sesungguhnya sesama orang beriman itu bersaudara. Di mana ada saudara kita sakit kita ikut sakit, ada saudara kita dizalimi kita ikut bergerak.

Allah menyebutkan di dalam ayat:

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٌ۬ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡ‌ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (QS Al-Hujurat [49]: 10).

Di dalam hadits disebutkan:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَاللهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَادَامَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ اَخِيْهِ.

Artinya : “Siapa yang melepaskan kesusahan seorang mukmin di dunia niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Siapa yang memudahkan orang yang kesusahan, niscaya Allah akan memudahkan (urusannya) di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR Muslim).

Itulah tanda bahwa umat Islam itu adalah umat yang satu, umat yang kuat dan tidak mudah dipecah-belah.

Allah menyebutkan di dalam ayat:

وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِي. فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ. فَذَرْهُمْ فِي غَمْرَتِهِمْ حَتَّى حِينٍ

Artinya : “Dan sesungguhnya (agama) tauhid ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada KU. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka menjadi terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka  biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu.” (QS Al-Mu’minun : 52-54).

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

Artinya : “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian  pada tali Allah  seraya  berjama’ah, dan janganlah kamu berfirqah-firqah (bergolong-golongan), dan ingatlah akan ni’mat Allah atas kamu  tatkala kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah jinakkan antara hati-hati kamu, maka dengan ni’mat itu kamu menjadi bersaudara, padahal kamu dahulu nya telah berada di tepi jurang api Neraka, tetapi Dia (Allah) menyelamatkan kamu dari padanya; begitulah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu, supaya kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali ‘Imran: 103 ).

Kaum Muslimin wal Muslimat.

Semoga pada Hari Raya Idul Fitri ini dan seterusnya kita dapat mengambil hikmah dan mengamalkan nilai-nilai Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari, dalam bingkai Islam yang rahmatan lil alamin. Aamiin.

Akhirnya, marilah kita tutup dengan Doa:

الحَمْدُ لله رَبِّ العَلَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْن َوَعَلَى الِهِ وَأَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ .أَللَّهُمَّ  مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ  اْلأَحْزَابِ  اَللَّهُمَّ هْزِمْهُمْ  وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ. أَللَّهُمَّ  مُنْزِلَ الْكِتَابِ سَرِيْعَ  اْلحِسَابِ اِهْزِمِ  اْلأَحْزَابِ أَللَّهُمَّ  اهْزِمْهُمْ  وَزَلْزِلْهُمْ. أَللَّهُمَّ احْيِ اْلمُسْلِمِيْنَ  وَاِمَامَهُمْ  بِجَمَاعَةِ  اْلمُسْلِمِيْنَ حَيَاةً  كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ  قُوَّةً  غَالِبَةً عَلَى كُلِّ  بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَسُوْءٍ  وَفَاحِشٍ  وَمُنْكَرٍ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ .رَبَّنَا ءَامَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. اللَّهُمَّ انْجِ الْمُسْلِمِيْنَ اللَّهُمَّ انْجِ الْمُؤْمِنِيْنَ فىِ بِلاَدِ الْعِرَاقِ وَأَفْغَانِسْتَانِ وَسُورِيَة وَرَاهِنْياَ وَفَلَسْطِيْنَ خَاصَّةً, وَفىِ بُلْدَانِ اْلمُؤْمِنِيْنَ عَامَّةً. اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى الكُفَّارِ وَشُرَكَائِهِمْ. اللَّهُمَّ وَشَطَّطْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ اللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ. رَبَّنَا اَتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ْالأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ أَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأَبْرَارِ يَا عَزِيْزٌ يَا غَفَّارٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّاوَمِنْكُمْ, تَقَبَّلْ يَاكَرِيْم.

Alhamdulillah. Taqobbalallaahu minna waminkum taqobbal yaa kariem. (RS2/)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.