Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur
Topik khutbah Jumat edisi pekan ke empat bulan Juli 2024 kali ini adalah Bergembira Menjalankan Syariat Agama.
Topik ini dipilih untuk memberi semangat bagi umat Islam agar melaksanakan ibadah dengan kegembiraan dan kebahagiaan, sehingga terasa ringan tanpa beban.
Semoga khutba ini dapat memberi manfaat dan menambah semangat umat Islam, sehingga menjalani ibadah dengan hati gembira dan bahagia. Selamat menyimak
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa
بسم الله الرحمن الرحيم
Khutbah ke-1:
إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan semesta alam. Dialah Pencipta, Pemelihara dan Pemberi rizki bagi seluruh makhluk-Nya. Manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya sudah selayaknya menyembah, memuji dan memohon pertolongan, hanya kepada-Nya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Rasa syukur marilah senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebagai bentuk syukur itu, marilah kita terus pelihara dan tingkatkan iman dan takwa, dengan menunaikan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.
Dalam menunaikan perintah-perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala, marilah kita lakukan dengan gembira, sehingga ibadah yang kita tunaikan terasa ringan dan mudah sehingga berlimpah keberkahan dan kebaikan pada diri kita.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Pada kesempatan khutbah Jumat ini, khatib akan menyampaikan topik: Bergembira dalam Menjalankan Syariat Agama. Sebagai landasan topik tersebut, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terdapat dalam surah Yunus [10], ayat 58;
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
قُلْ بِفَضْلِ ٱللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا۟ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ (يونس [١٠]: ٥٨)
“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
Imam Jalaluddin As-Suyuthi Rahimahullah, dalam kitab tafsir Jalalain menjelaskan ayat di atas, yang dimaksud dengan فَضْلِ ٱللّٰهِ adalah Islam. Sementara yang dimaksud dengan رَحْمَتِهِ adalah Al-Qur’an.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat di atas, setelah sebelumnya menjelaskan bahwa Al-Qur’an bukanlah produk pemikiran manusia, bukan pula mantra sihir yang melenakan manusia.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Al-Qur’an adalah wahyu Allah Ta’ala, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasalam sebagai petunjuk bagi manusia, jalan menuju kebahagiaan, cahaya di tengah kegelapan, pembeda antara kebenaran dan kebatilan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasalam agar mengatakan kepada umatnya, bahwa Islam dan Al-Qur’an adalah nikmat yang paling utama dan sangat berharga. Nilai dan manfaat keduanya melebihi semua jenis harta benda, perhiasan dan segala kenikmatan yang ada di dunia.
Maka, dengan kedua hal itu, hendaknya umat Islam bergembira dan bersyukur. Mengapa demikian? Karena nikmat dari keduanya tidak akan hilang, akan tetap kekal, senantiasa dapat dirasakan manfaatnya dalam kehidupan dunia, hingga akhirat.
Sementara kenikmatan berupa harta benda, kekayaan dan perhiasan apapun di dunia ini, semua adalah kesenangan sesaat, berbatas waktu dan tempat, pasti akan ditinggal, pasti akan sirna, hancur dan hilang bersama masa.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Syariat-syariatnya menuntun manusia menuju kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Sementara Al-Qur’an adalah kitab suci, menjadi sumber petunjuk dan pedoman hidup. Al-Qur’an memberi solusi atas berbagai permasalahan hidup.
Membacanya akan mampu menentramkan jiwa. Mengamalkan isinya dapat menyelamatkan manusia dari segala bentuk kesesatan, kemaksiatan dan kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sementara, Syaikh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Tafsir “Marah Labid” menjelaskan, ayat di atas mengajak umat Islam untuk bersyukur, tidak hanya tertuju pada nikmatnya, tetapi kepada Sang Pemberi nikmat, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kesadaran tersebut akan meningkatkan keimanan, ketaatan, dan menghindarkan kita dari kesombongan dan kufur nikmat. Pada akhirnya, seseorang akan mampu merasakan kegembiraan dan kebahagiaan dalam ibadahnya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Bersyukur atas diturunkannya Al-Qur’an adalah dengan membacanya, memahami maknanya, mengamalkan isinya, istiqamah di dalamnya dan mengajak orang lain menjalankan syariat-syariatnya.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi Wasalam mengajarkan kepada umatnya untuk menjalankan agama ini dengan mudah, tidak memperberat, namun tidak pula menyepelekan.
Beliau menekankan untuk menyampaikan kabar gembira kepada umat. Dengan Islam, manusia akan mampu menggapai bahagia. Dengan Al-Qur’an, umat akan menemukan jalan keselamatan, dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam berpesan kepada sahabatnya yang cerdas, Abu Hurairah Radiallahu anhu:
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا ، َاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ (رواه البخارى)
“Sesungguhnya agama itu mudah. Dan selamanya agama tidak akan memberatkan seseorang, melainkan memudahkannya. Karena itu, luruskanlah, dekatilah, dan berilah kabar gembira! Minta tolonglah kalian di waktu pagi-pagi, siang hari di kala waktu istirahat dan di awal malam,” (HR Al-Bukhari)
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Atsqalani Rahimahullah, dalam kitab “Fathul Baari” menerangkan, yang dimaksud “agama itu mudah” adalah, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengangkat beban syariat kaum terdahulu, tidak lagi dibebankan kepada umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasalam.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Umat Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam mendapat keistimewaan di sisi Allah Ta’ala. Meski ringan syariatnya, namun tetap mendapat limpahan rahmat dan ampunan, sebagaimana umat-umat sebelumnya.
Maka, dalam menjalankan syariat agama ini, tidak perlu berlebih-lebihan sehingga melampaui batas (ghuluw), tidak pula dengan membuat syariat baru (bid’ah). Itu semua hanya akan menyulitkan pelakunya. Ia pasti akan menemui kesulitan, kesusahan, dan akan binasa karena keluar dari kodratnya.
Dalam riwayat lain dikisahkan, ketika ada tiga orang yang menghadap Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam, mereka berjanji akan beribadah dengan sungguh-sungguh.
Orang pertama menyatakan tidak akan menikah. Orang kedua berkata, tidak akan tidur di malam hari. Orang ketiga berjanji tidak akan berbuka ketika puasa.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
Maka Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam bersabda, “Aku adalah orang yang paling takwa di antara kalian. Aku beribadah, tetapi aku juga menikah. Aku berpuasa, tetapi juga berbuka, dan aku menunaikan shalat malam, tetapi juga tidur.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Menjalankan syariat bukan hanya sekadar menggugurkan kewajiban, menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Tetapi lebih dari itu, menunaikan syariat adalah untuk menggapai ketenangan jiwa, meraih kebahagiaan, serta mendatangkan kegembiraan.
Dengan memahami makna, hakikat dan hikmah dalam ibadah, maka seseorang akan mampu menunaikan syariat dengan gembira, ringan tanpa beban.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus
Para ulama memberikan panduan tentang cara agar kita semua bisa menjalankan ibadah dengan gembira, di antaranya:
Pertama, bersyukur dalam setiap keadaan.
Apapun kondisi kita hadapi saat ini, hendaknya disikapi dengan selalu bersyukur. Bersyukur atas segala kesempatan yang diberikan, mengapresiasi setiap usaha dan perjuangan yang orang lain lakukan. Berhusnudzan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahwa Dia pasti memberikan yang terbaik untuk hamba-hambanya, termasuk dengan keadaan kita
Kedua, beribadah dengan ikhlas.
Ikhlas berarti semua yang kita lakukan berorientasi pada keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak lagi berfokus kepada penilaian manusia, berupa penghargaan, pujian atau pun cacian.
Dengan keikhlasan, menunaikan ibadah akan menjadi ringan dan gembira, karena yakin bahwa Allah Maha Menyaksikan, akan membalas segala amal kebaikan dengan pahala tak terhingga.
Ketiga, saling membantu, memberi nasihat dan bekerja sama.
Saling tolong-menolong, bantu-membantu, nasihat-menasihati, berkasih-sayang dan bekerja sama adalah ruh dalam kehidupan berjamaah.
Nikmat hidup berjamaah akan membawa kebahagiaan, menunaikan pekerjaan menjadi ringan karena adanya kerja sama dan jika terjadi kesalahan akan segera diluruskan karena ada yang menasihati dan mengarahkan.
Keempat, memaafkan dan menghindari dendam.
Manusia tidak ada yang sempurna. potensi kekeliruan dan salah paham pasti terjadi. Oleh karenanya, memaafkan kesalahan orang lain dan menghindari rasa dendam merupakan cara beragama yang akan mampu memberi kebahagiaan dalam kehidupan.
Kelima, menambah ilmu, meningkatkan pemahaman.
Kebahagiaan dan kegembiraan dalam beragama akan tumbuh saat kita terus belajar dan meningkatkan pemahaman. Salah satu tanda kesempurnaan beragama adalah ketika seseorang terus belajar, menambah ilmu dan wawasan sehingga ia semakin bijaksana dalam mengambil keputusan.
Semoga kita semua mampu menjalankan ibadah dengan penuh kegembiraan, sehingga semakin dekat dengan rahmat dan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.
Khutbah ke-2
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللّٰهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللّٰهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ , وَقَالَ اَيَضًا،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Mi’raj News Agency (MINA)