Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Konjen RI New York: Islam Sudah Menjadi Bagian Dari Masyarakat Amerika

Rana Setiawan - Jumat, 25 Desember 2020 - 18:03 WIB

Jumat, 25 Desember 2020 - 18:03 WIB

7 Views

Konsul Jenderal RI di New York, Amerika Serikat, Dr. Arifi Saiman, MA., mengungkapkan, saat ini Islam sudah menjadi bagian dari masyarakat Amerika Serikat (AS).

Idul Fitri dan Idul Adha belum merupakan hari libur nasional atau libur negara bagian, namun perayaan hari-hari penting umat Islam cukup dikenal di AS.

“Banyak pegawai muslim yang diizinkan mengambil cuti untuk menunaikan sholat Idul Fitri dan Idul Adha. Muslimah yang mengenakan jilbab di AS juga sudah lazim dijumpai sehari-hari,” kata Konjen Arifi dalam wawancara eksklusif tertulis dengan Kantor Berita  MINA, yang disiarkan Jumat (25/12).

Diplomat RI yang juga pernah bertugas di Kanada, Senegal, Paris itu juga menjelaskan perkembangan pembangunan pesantren pertama di New York yang diinisiasi oleh seorang WNI Bapak Dr. Muhammad Syamsi Ali, Lc, MA.

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El-Awaisi (3): Kita Butuh Persatuan untuk Bebaskan Baitul Maqdis

Selain itu, ia juga menjelaskan keadaan WNI di New York di tengah pandemi Covid-19 dan apa usaha yang dilakukan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) untuk WNI di sana.

New York adalah kota terpadat di Amerika Serikat, sejak pandemi virus corona atau Covid-19 kota New York telah menjadi daerah yang terdampak paling parah akibat pandemi Covid-19.

Konjen Arifi berhasil meraih Doktor Ilmu Komunikasi di Universitas Padjadjaran Bandung, dengan disertasi tentang peran mediasi Nahdlatul Ulama dalam meredam konflik di Thailand Selatan pada 17 Juli 2013 dengan predikat Cum Laude.

Ia pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia, Pasifik dan Afrika, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri RI.

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis

Berikut kutipan wawancara selengkapnya:

MINA: Bagaimana perkembangan Islam di New York?

Konjen Arifi: Islam sudah lama menjadi bagian dari kota New York, AS sejak tahun 1600-an. Dewasa ini diperkirakan terdapat sekitar 700 ribu sampai dengan satu juta umat muslim dan 300 lebih masjid yang terdaftar di kota New York. Beberapa masjid besar di kota New York antara lain adalah Islamic Cultural Center of New York, Malcolm Shabazz Mosque dan Masjidi Hazrati Abu Bakr Siddique.

Perkembangan Islam di kota New York mendapatkan perhatian yang signifikan pasca terjadinya peristiwa 9/11. Hal ini juga menjadi blessing in disguise (berkah yang tersamar), karena banyak warga AS yang ingin mengetahui lebih banyak mengenai Islam.

Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina

Tidak semua masyarakat AS memandang Islam sebagai agama teroris yang harus diperangi. Media massa dan media sosial juga memainkan peran penting terhadap perkembangan Islam di kota New York. Penerimaan mengenai Islam oleh masyarakat AS tergantung dari perspektif yang mereka terima di media massa atau media sosial.

Masyarakat AS adalah masyarakat yang terbuka dengan perbedaan, karena dari awal berdirinya negara ini dibangun oleh kaum imigran dengan keanekaragaman budaya, adat istiadat dan kebiasaan. Oleh sebab itu masyarakat AS secara umum sangat toleran dan terbuka kepada Islam sebagaimana mereka terbuka pada pemeluk agama lainnya seperti Nasrani dan Yahudi.

Saat ini Islam sudah menjadi bagian dari masyarakat AS. Walaupun Idul Fitri dan Idul Adha belum merupakan hari libur nasional atau libur negara bagian, namun perayaan hari-hari penting umat Islam cukup dikenal di AS. Banyak pegawai muslim yang diizinkan mengambil cuti untuk menunaikan sholat Idul Fitri dan Idul Adha. Muslimah yang mengenakan jilbab di AS juga sudah lazim dijumpai sehari-hari.

Pemerintah AS menjamin perlindungan bagi umat beragama di mata hukum. Selama tidak melanggar peraturan dan taat pada ketentuan yang ada, seperti membayar pajak, maka tidak ada perbedaan perlakuan antara masyarakat muslim dengan masyarakat beragama lainnya.

Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (1): Peran Strategis Indonesia dalam Pembebasan Baitul Maqdis

Sentimen negatif atau diskriminasi memang selalu ada, namun hal ini terjadi tidak hanya pada kalangan muslim saja, tetapi juga dengan komunitas lain. Misalnya insiden rasisme terhadap keturunan Tionghoa di AS yang dianggap sebagai biang kerok atau sumber virus Covid-19.

Muslim juga banyak berkecimpung di politik AS. Setidaknya terdapat tiga orang muslimah yang tengah duduk di House of Representatives, yaitu Andre Carson (Indiana), Ilhan Omar (Minnesota), dan Rashida Tlaib (Michigan). Ketiganya diusung dari partai Demokrat. Pemerintahan Biden sendiri telah menunjuk seseorang perempuan keturunan Palestina, Reema Dodin, sebagai wakil direktur Kantor Urusan Legislatif Gedung Putih.

Pew Research (2018) memperkirakan terdapat sebanyak 3,45 juta atau 1,1% dari populasi AS merupakan muslim. Diproyeksikan bahwa populasi umat muslim di AS akan menjadi kedua terbesar setelah Nasrani. Pada tahun 2050 diproyeksikan bahwa jumlah umat muslim di AS akan mencapai sekitar 8,1 juta orang atau 2,1% dari total populasi penduduk AS. Populasi muslim di negara bagian New York merupakan ketiga terbesar di AS, setelah negara bagian Illinois dan Virgnia.

MINA: Bagaimana peran tokoh/ulama asal Indonesia di New York dalam dakwah Islam?

Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel

Konjen Arifi: Tokoh/ulama asal Indonesia merupakan bagian penting dalam komunitas Indonesia di kota New York dan biasanya berafiliasi ke masjid yang dipimpinnya. Salah satu contohnya adalah Masjid Al-Hikmah di daerah Queens, New York, merupakan salah satu masjid komunitas Indonesia dengan beragam aktivitas.

Selain menyelenggarakan sholat fardhu dan sholat Jumat, masjid juga mengadakan berbagai kegiatan rutin lainnya, seperti pengajian, bazar dan kegiatan komunitas lainnya. Selain Masjid Al-Hikmah, juga terdapat masjid lain, yang Jamaica Muslim Center yang dipimpin Imam asal Indonesia Bapak Dr. Muhammad Syamsi Ali, Lc, MA.

Karena saat ini pandemi Covid-19 sedang melanda kota New York, maka masjid-masjid hanya buka secara sebatas sekedar untuk menunaikan ibadah sholat fardhu dan sholat Jumat dengan mematuhi protokol kesehatan Covid-19.

MINA: Bagaimana perkembangan pembangunan pesantren pertama di New York yang diinisiasi oleh seorang WNI Bapak Dr. Muhammad Syamsi Ali, Lc, MA.?

Baca Juga: Basarnas: Gempa, Jangan Panik, Berikut Langkah Antisipasinya

Konjen Arifi: Pembangunan pondok pesantren Nur Inka Nusantara Madani dimotori oleh Bapak Dr. Muhammad Syamsi Ali, Lc, MA. Pesantren dengan luas 7,4 hektar ini terletak di kota Moodus, Connecticut, sekitar 2,5 jam perjalanan dari kota New York ke arah timur laut. Kami sudah pernah mengunjungi pesantren ini tahun 2019 lalu.

Sampai dengan Agustus 2020, sudah banyak menyelenggarakan kegiatan yang dilakukan di pesantren ini baik untuk kegiatan keagamaan maupun pendidikan, termasuk juga pesantren musim panas (summer boarding school) maupun pertandingan olahraga memperingati hari Kemerdekaan RI.

MINA: Bagaimana fasilitas ibadah Islam di Markas Besar PBB dan sekitarnya, mengingat banyaknya diplomat/staf beragama Islam di sana?

Untuk shalat wajib seperti shalat Dhuhur/Ashar, biasanya diplomat/staf PBB menggunakan ruangan Dag Hammarskold Library yang berlokasi di lantai 3 dengan kapasitas kira-kira 20 orang. Selain itu, para diplomat juga dapat kembali ke kantor perutusan tetap masing-masing untuk menunaikan shalat wajib.

Baca Juga: Basarnas Siapkan Sumber Daya yang Siap dan Sigap

Untuk shalat Jumat, diplomat/staf UN menggunakan fasilitas East Lounge/Qatar Lounge yang cukup luas dan dapat menampung jumlah jamaah yang cukup banyak, kira-kira 100-200 orang. Selain itu di sekitar komplek PBB juga ada sebuah masjid yang bernama Islamic Society of Mid Manhattan beralamat di 55th Street atau Islamic Cultural Center of New York berlokasi di 96th-97th Street, 3rd Avenue.

Semenjak pandemi Covid-19 melanda New York, fasilitas sholat di PBB ditutup sementara selama masa pandemi, sedangkan masjid tetap buka namun wajib mematuhi protokol kesehatan Covid-19.

MINA: Bisnis halal cukup diminati di New York, tetapi dominasi produk masih dari negara-negara nonmuslim di Amerika Latin dan Asia bukan Indonesia. Apa usaha RI untuk penetrasi pasar halal di New York?

Konjen Arifi: Diperpanjangnya status Indonesia dalam program GSP (Generalized System of Preferences) Amerika Serikat merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk memperbesar jumlah produk yang diekspor ke AS, termasuk produk-produk halal.

Baca Juga: Cerita Perjuangan dr. Arief Rachman Jalankan “Mission Impossible” Pembangunan RS Indonesia di Gaza (Bagian 3)

Berdasarkan informasi dari Islamic Food and Nutrition Council of America (IFANCA), bisnis pangan halal mencapai lebih dari US$ 20 juta dolar pada tahun 2020. Terdapat 405 produk halal yang sudah terdaftar dan tersebar di AS dengan sertifikasi halal IFANCA.

Meski segmen pasar produk halal masih lebih kecil dibandingkan dengan produk organik dan kosher, namun pada kalangan industri makanan dan minat terhadap produk makanan halal semakin meningkat. Kesadaran mengkonsumsi makanan halal yang diproses sesuai dengan hukum Islam semakin tinggi di kalangan masyarakat Muslim dan non-Muslim Amerika Serikat (AS).

Produk-produk halal Indonesia juga dipromosikan lewat pameran Halal Food dan juga sudah dijual di sejumlah supermarket besar di New York dan online seperti mie instan, snack kacang, jamu, keripik kentang, ubi, singkong dan talas, permen, biskuit, kecap dan bumbu jadi kemasan.

Bisnis halal tidak hanya terbatas hanya industri pangan saja, tetapi juga industri lain seperti kosmetik. PT. Mustika Ratu telah mengekspor produk kosmetiknya pada tahun 2019 memasuki pasar Amerika Serikat. Untuk mendukung pemasaran, PT. Mustika Ratu bekerja sama dengan distributor lokal obat herbal dan produk kecantikan. Selain itu, produk kosmetik Martha Tilaar juga sudah dipasarkan di Amerika Serikat sejak tahun 2013.

Baca Juga: Cerita Perjuangan dr. Arief Rachman Jalankan “Mission Impossible” Pembangunan RS Indonesia di Gaza (Bagian 2)

MINA: Bagaimana keadaan WNI di New York di tengah pandemi Covid-19 dan apa usaha yang dilakukan KJRI untuk WNI di sana?

Konjen Arifi: Pada kondisi terkini WNI di wilayah kerja KJRI New York, per tanggal 30 September 2020, jumlah WNI di wilayah kerja KJRI New York yang tercatat dalam database lapor diri sebanyak 32.078 orang dengan rincian per negara bagian sebagai berikut: Maine 105, New Hampshire 1.575, Vermont 18, Massachusetts 1.506, Rhode Island 156, Connecticut 546, New Jersey 2.743, Delaware 150, Maryland 2.914, West Virginia 138, Virginia 2.655, Pennsylvania 7.764, New York 10.029, North Carolina 1.416, dan South Carolina 363.

Sementara jumlah WNI di wilayah kerja KJRI New York yang terkonfirmasi positif COVID-19 per tanggal 7 Desember 2020 adalah sebanyak 91 orang dengan rincian 17 orang meninggal dunia, 63 orang telah sembuh, dan 11 menjalani karantina mandiri.

Kami mencatat jumlah WNI yang terpapar COVID-19 di atas belum termasuk WNI yang mungkin telah terpapar COVID-19, tetapi tidak atau belum melaporkannya kepada KJRI New York.

Baca Juga: Wawancara dengan MER-C: Peran dan Misi Kemanusiaan MER-C di Afghanistan

Selain itu, bebragai upaya KJRI New York dalam penanganan COVID-19 terus kami lakukan.

Guna membantu warga Indonesia yang terdampak Covid-19, KJRI New York telah membentuk Satgas KJRI New York Peduli yang antara lain bertugas untuk menyalurkan bantuan kepada WNI yang terdampak Covid-19.

Selain membentuk Satgas COVID-19, KJRI New York juga membentuk WAG ‘KJRI New York Peduli’ secara sarana komunikasi interaktif dengan warga masyarakat Indonesia di wilayah kerja KJRI New York, secara reguler menyampaikan imbauan dan press release kepada warga negara Indonesia terkait perkembangan pandemi COVID-19 di wilayah kerja KJRI New York, dan membuat lima nomor hotline COVID-19 untuk melayani warga masyarakat Indonesia yang memerlukan bantuan selama masa pandemi.

Selain itu, KJRI New York juga membantu proses pemulangan WNI yang positif COVID-19 setelah yang bersangkutan dinyatakan sembuh. WNI yang dipulangkan adalah yang berstatus tidak mampu dan tidak memiliki keluarga di Amerika Serikat/terlantar.

KJRI juga membantu proses pemakaman atau kremasi para WNI yang meninggal dunia karena COVID-19. Selain bantuan uang duka untuk biaya pemakaman atau kremasi bagi yang berstatus tidak mampu, KJRI memfasilitasi komunikasi antara keluarga almarhum/almarhumah di Indonesia dengan pihak Funeral Home atau dengan City Morgue.

KJRI New York juga menyelenggarakan program pemberian bantuan masyarakat Indonesia di wilayah kerja KJRI New York berupa bantuan logistik, vitamin, dan alat pelindung Kesehatan (APD) seperti masker, sarung tangan dan hand sanitizer. Bantuan diberikan kepada warga negara Indonesia yang terdampak COVID-19 di wilayah kerja KJRI New York.

Pemberian bantuan diprioritaskan pada tiga kelompok masyarakat, yaitu: a) WNI Lansia yang hidup sebatang kara; b) WNI yang terpapar COVID-19 termasuk yang sedang menjalani karantina mandiri; dan c) para mahasiswa/pelajar Indoensia yang terdampak pandemi COVID-19.

Selain itu, Dharma Wanita Persatuan KJRI New York juga turut berperan aktif dalam membantu warga masyarakat Indonesia yang terkena dampak COVID-19 melalui program Dharma Wanita Persatuan (DWP) KJRI New York Peduli.

Dalam rangka membantu warga masyarakat Indonesia yang terdampak secara ekonomi akibat pandemi COVID-19, KJRI New York bekerjasama dengan PERMIAS East Coast menginisiasi pembuatan e-platform untuk membantu kehidupan warga masyarakat Indonesia yang terdampak secara ekonomi akibat pandemi COVID-19 dengan penyediaan lapak digital secara cuma-cuma (gratis) sebagai tempat usaha virtual bagi mereka.(R1/RA-1/RE-1/P2/R07/R09-P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Internasional
Internasional
Internasional
Internasional
Internasional