Kairo, MINA – Sebuah konvoi besar perangkat keras militer Mesir – termasuk tank dan helikopter serang – dilaporkan telah melintasi perbatasan Libya, hanya dua hari setelah Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi mengumumkan proposal gencatan senjata secara sepihak untuk mengakhiri pertempuran di negara itu.
Dikutip dari The New Arab, gencatan senjata yang disebut “Deklarasi Kairo” itu menyerukan penarikan “tentara bayaran asing” dari semua wilayah Libya.
Deklarasi Kairo diumumkan Al-Sisi bersama Komandan milisi Libya timur Khalifa Haftar dan ketua parlemen timur Aguila Saleh.
Ia juga menyerukan “pembubaran milisi dan menyerahkan persenjataan mereka”.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Seruan itu muncul menyusul serangkaian kemenangan militer Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) Libya yang diakui PBB merebut sejumlah kota dan pangkalan udara yang sebelumnya dikuasai pasukan Haftar.
Deklarasi itu dengan cepat ditolak oleh GNA yang pada Ahad (7/6) membombardir Sirte, pemukiman besar terakhir sebelum batas tradisional antara Libya barat dan Libya timur.
Pertempuran untuk merebut kembali Sirte, pintu gerbang utama ke ladang minyak utama di timur negara itu, mengikuti perebutan kembali semua pos terdepan Libya barat dari milisi pro-Haftar.
Meskipun ada seruan untuk “perdamaian” pada Ahad, bendera-bendera Mesir terlihat dikibarkan di konvoi besar peralatan militer yang bergerak di dekat perbatasan dengan Libya.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Menurut wartawan setempat, konvoi itu dilaporkan membawa 18 tank tempur M1A2 Abrams buatan AS, di tengah laporan tentang penempatan helikopter serang Mi-24 Mesir di daerah yang sama.
Seorang pakar militer Mesir yang menggunakan nama samaran Egypt Defense Review mengatakan kepada AFP, Kairo tetap menjadi “pemasok utama senjata, pelatihan, dan dukungan logistik” kepada Haftar.
Ia mengatakan, Mesir telah menyediakan “segala sesuatu dari tank era Perang Dingin, jet tempur, helikopter, dan berbagai macam amunisi … dari cadangan mereka sendiri dan bertentangan dengan embargo senjata PBB di negara itu.”
Menurut pengamat itu, kekhawatiran utama bagi Al-Sisi adalah untuk mengamankan perbatasan barat yang lama dengan Libya, yang ditunjukkan dengan pembangunan perangkat keras militer di wilayah tersebut pada hari Ahad. (T/RI-1/RS2)
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Presiden Afsel Minta Dunia Tekan Israel Hentikan Serangan di Gaza